Peristiwa Nasional

Mengenang Jejak Kepahlawanan Pangeran Dipenogoro dan Sultan Hassanuddin di Makassar

Jumat, 01 Oktober 2021 - 15:35 | 33.48k
Kompleks Makam Pangeran Dipenogoro yang berada di lingkungan padat penduduk, Makassar Sulawesi Selatan (28/09/2021) (Foto: Erliani P/TIMES Indonesia)
Kompleks Makam Pangeran Dipenogoro yang berada di lingkungan padat penduduk, Makassar Sulawesi Selatan (28/09/2021) (Foto: Erliani P/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MAKASSAR – “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya”

Kesan sejuk menyambut kami ketika kami memasuki kompleks makam Pangeran Dipenogoro yang terletak di Jalan Pangeran Dipenogoro, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. 

Advertisement

Kompleks makam yang terbilang kecil karena berada di tengah lingkungan padat penduduk nampak tidak terlihat dengan adanya pohon dan tanaman yang membuat kesan sejuk dan rindangnya tempat tersebut. Saat memasuki kompleks makam tersebut, terlihat satu dua peziarah yang tengah khusyuk berdoa di sebelah makam Pangeran Dipenogoro.

Kompleks Makam Pangeran Dipenogoro bPengunjuang yang melakukan kunjungan di  Makam Pangeran Dipenogoro (28/09/2021) (Foto: Erliani P / TIMES Indonesia)

Menurut Juru Kunci makam, Kompleks makam tersebut telah dipelihara dan dirawat oleh generasi dari Pangeran Dipenogoro. Saat ini adalah Raden Hamzah Dipenogoro yang merupakan keturunan generasi kelima yang mendapat kepercayaan untuk menjandi Juru Kunci makam Pangeran Dipenogoro.

Kompleks makam tersebut berisi tidak hanya makam dari Pangeran Dipenogoro saja namun juga terdapat Istri, generasi keturunan Pangeran Dipenogoro dan juga para Laskar dari Pangeran Dipenogoro. Pangeran Dipenogoro sendiri lahir di Yogyakarta, 11 November 1795 dan wafat 8 Januari 1885 di Benteng Rotterdam pada masa pengasingannya yang lama di Sulawesi.

Hamzah menuturkan bahwa saat masa pandemi Covid-19 seperti ini, peziarah yang melakukan kunjungan terhitung lebih sedikit dibandingkan saat sebelum pandemi Covid-19 berlangsung.

“Kalau situasi saat ini peziarah lebih sering datang berkelompok, 1 kelompok dapat lima sampai 10 peziarah, dan kunjungan tamu bisa dilihat dari buku tamu setiap tanggal dan bulannya,” ungkap Hamzah.

Pengisian buku tamu diwajibkan jika kita berkunjung untuk berziarah di dalam kompleks makam tersebut. Kegiatan pengajian juga secara rutin dilakukan di tempat tersebut setiap hari Jumat Kliwon yang mengundang para warga sekitar.

Hamzah menceritakan bahwa makam kompleks yang terletak di titik nol Makassar menjadikan makam tersebut berada di tempat strategis di pusat Kota Makassar. Saat ditanya tentang asal para peziarah yang melakukan kunjungan, Hamzah menuturkan bahwa asal para peziarah umumnya berasal dari luar kota.

“Pengunjung yang melakukan ziarah disini utamanya dari daerah luar khususnya dari daerah Pulau Jawa,” ucap Hamzah dengan senyum lebar.

Salah satu peziarah yang melakukan kunjungan makam saat itu adalah Hery (53) yang berasal dari Semarang, Jawa Tengah. Hery mengungkapkan bahwa ziarah makam merupakan hal yang umum dilakukan oleh masyarakat Jawa sehingga dia menyempatkan diri untuk melakukan ziarah di makam Pangeran Dipenogoro saat berkunjung ke Makassar saat ini.

Kompleks Makam Pangeran Dipenogoro cMakam Sultan Hasanuddin di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (28/09/2021) (Foto: Erliani P / TIMES Indonesia)

“Saya membayangkan jika kompleks makam ini ada di daerah Jawa, Saya yakin daerah jalan ini akan sangat penuh karena memang culture budaya Jawa kita yang seperti itu,” tutur Hery.

Kesan yang berbeda didapati saat berkunjung ke kompleks makam Sultan Hasanuddin yang terletak di Kelurahan Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Suasana yang sepi terlihat di tempat tersebut dan hanya terlihat beberapa anak yang bermain bersama di pendopo aula depan di kompleks makam tersebut.

Juru kunci makam yang berada di tempat tersebut mengungkapkan bahwa saat pandemi berlangsung saat ini peziarah yang datang memang terbilang sedikit. “Kalau tidak pandemi, banyak anak-anak sekolah yang meramaikan makam ini,” kata salah satu juru kunci makam yang ada di tempat tersebut.

Sultan Hasanudin merupakan Pahlawan Nasional yang mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur karena keberaniannya melawan penjajahan Belanda pada masa itu sekaligus Raja Gowa ke-16. Sultan Hasanuddin lahir pada tahun 1629 dan wafat pada tahun 1670 di usia 41 tahun. Makamnya saat ini terdapat di Kompleks Makam Raja-Raja Gowa yang kepengurusannya diatur oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan.

Jika berkunjung ke Sulawesi Selatan jangan lupa sempatkan diri untuk mengunjungi makam pahlawan-pahlawan yang telah membawa kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia. Selain menghargai jasa para pahlawan tersebut, hal itu dapat menjadi tempat destinasi yang cocok untuk melakukan wisata religi di daerah Makassar, Sulawesi Selatan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES