Legenda Air Nyi Rambut Kasih Majalengka yang Dibawa ke IKN Nusantara

TIMESINDONESIA, MAJALENGKA – Air dan tanah dari Patilasan Nyi Rambut Kasih, yang dibawa oleh Gubernur Ridwan Kamil dan diserahkan ke Presiden di Ibu Kota Negara Nusantara (IKN Nusantara) ternyata punya legenda tersendiri.
Ketua Grup Madjalengka Baheula, Nana Rohmana atau akrab disapa Mang Naro mengatakan, Nyi Rambut Kasih itu hanya cerita yang turun temurun secara lisan.
Advertisement
"Cerita itu bukan berarti sejarah. Hanya legenda atau cerita tutur turun temurun," ujarnya, Selasa (15/3/2022).
Naro menambahkan, Patilasan Nyi Rambut Kasih berada di Dusun Leuwilenggik Kelurahan Sindangkasih Kecamatan/Kabupaten Majalengka Jawa Barat. Leuwilenggik, menurut masyarakat setempat, diartikan sebagai sungai tempat putri cantik yang badannya ramping mandi di sungai itu.
"Konon menurut legenda masyarakat kota Majalengka, Nyi Rambut Kasih dikisahkan ngahyang atau menghilang di tempat yang kini menjadi patilasan itu," ungkapnya.
Dalam Patilasan itu, memang ada batu besar berongga sebagai penanda bahwa di situ sang Ratu Ngahiang atau menghilangkan diri.
"Tapi bukan mati, istilah kerennya yakni Mokswa. Waktu itu, Nyi Ratu terdesak oleh pasukan dari Cirebon yang akan menyebarkan Islam dan mencari buah Maja," jelasnya.
Batu besar berongga itu, masih kata Naro, disebut batu Karancang, karena bentuknya berongga tapi keras.
"Tempat Patilasan itu sakral, karena dulu sering dijadikan tempat melakukan nyepi, menyendiri," ucapnya.
Patilasan Nyi Rambut Kasih dulu, suka dijadikan tempat ritual nyepi atau seseorang yang tak ingin terganggu untuk melakukan ibadah.
Di tempat Patilasan Nyi Rambut Kasih itu, juga tersedia tempat sujud, sajadah, juga ada sumber mata air yang disebut Cai Cikahuripan.
"Dari dulu sumur ini, sering diambil airnya. Katanya sih bertuah," ujarnya.
Naro menambahkan, sementara jika dilihat dari sisi jenis bebatuan, bentuknya batu Patilasan seperti batu muntahan lahar gunung berapi.
"Katanya air dari Patilasan Nyi Rambut Kasih telah dibawa untuk ritual tanah dan air di IKN, ya kalau saya sih mangga-mangga saja," ujarnya.
Naro mengingatkan, walaupun berupa cerita tutur atau legenda, ia berpesan agar masyarakat Majalengka tetap menjaga kearifan lokal ini. Alasannya, Patilasan Nyi Rambut Kasih itu merupakan peninggalan budaya literasi masa lalu.
Sedangkan keberadaan Sosok Nyi Rambut Kasih ini, pihaknya bersama Grumala masih terus menggali dan menelusuri.
"Sosok Nyi Ratu Rambut Kasih belum kami temukan kepastiannya. Titik terang sih sudah ada, misalnya dari catatan tua Talaga, juga dari catatan panitia khusus yang dibentuk jaman Jepang, ada yang menulis tentang keberadaan Nyi Rambut Kasih. Namun asal muasal, waktu hidupnya berbeda dengan yang kita tahu selama ini. Mudah mudahan tokoh ini bisa kita ungkap siapa sebenarnya Nyi Rambut Kasih," ujarnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rizal Dani |