Peristiwa Nasional

Soal Temuan Gunung Bawah Laut Pacitan, Ibas: Ini Surprise

Senin, 20 Februari 2023 - 09:22 | 101.33k
Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) saat menghadiri Hajatan Hari Jadi ke-278 Pacitan. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)
Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) saat menghadiri Hajatan Hari Jadi ke-278 Pacitan. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PACITANGunung bawah laut yang ditemukan di perairan laut selatan Kabupaten Pacitan menjadi perbincangan hangat para tokoh, baik nasional maupun daerah. Salah satunya Edhie Baskoro Yudhoyono atau yang akrab disapa Ibas. 

Menurut Ibas, penemuan gunung bawah laut setinggi 2.200 meter dengan jarak 260 kilometer selatan Kota 1001 Goa itu perlu diteliti lebih dalam dan berkelanjutan oleh para ahli sebelum diputuskan menjadi bagian catatan sejarah. 

"Itu juga surprise, ya. Saya juga ingin mengetahui betul, apakah temuan itu sudah benar-benar menjadi temuan yang sudah diresmikan dalam kesejarahan kita," katanya saat memenuhi undangan Hari Jadi ke-278 Pacitan, Minggu (19/2/2023) kemarin. 

Pria kelahiran Bandung 24 November 1980 yang kini menjadi Anggota DPR RI Provinsi Jatim Dapil VI ini mengaku belum tahu banyak soal seberapa besar potensi dan ancaman pasca ditemukannya gunung bawah laut tersebut. 

"Itu kita juga ingin mendengar lebih lanjut, ditemukannya gunung bawah laut itu akan menjadi potensi apa lagi ke depannya," ujar Ibas kepada TIMES Indonesia di Pendopo Jogokariyan. 

Namun demikian, anak kedua dari Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu optimistis, jika fenomena gunung bawah laut menjadi nilai plus masyarakat di kemudian hari. 

"It's never know, ya, kita nggak pernah tahu, kita sebagai masyarakat Pacitan yang ada di sini, ya berterima kasih jika temuan itu membawa dampak yang positif untuk kemaslahatan bersama," jelasnya.

Ibas.jpg

Di samping itu, Ibas mendorong kepada Pemkab Pacitan untuk tetap bersatu dalam mengembangkan potensi daerah dan sumber daya alam yang ada demi kemajuan kota kelahiran SBY itu. 

"Karena di sini banyak sekali potensi besar, mulai wisata, budaya, kesenian dan kuliner yang bernilai tawar tinggi," pungkasnya. 

Sementara itu, informasi yang dihimpun dari pakar geologi Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr. Mirzam Abdurrachman mengatakan, jika kemunculan gunung bawah laut tersebut sudah diidentifikasi sejak 2006 silam. 

"Sedangkan potensi letusannya cenderung minim," ucapnya.

Sebelumnya, soal penemuan gunung bawah laut oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) beberapa waktu lalu, Bupati Pacitan, Indrata Nur Bayuaji berharap jika hal itu bukan sebuah ancaman. 

"Doa kita semua semoga temuan ini adalah kabar baik dan bukan menjadi suatu ancaman, tetapi berkah," katanya saat meresmikan Balai Wartawan di Jalan Dr Soetomo, Sabtu (11/2/2023) lalu. 

Menurut pria yang disapa akrab Aji, posisi gunung bawah laut ini berada sekitar 200 kilometer barat daya perairan laut Pacitan dengan ketinggian diperkirakan mencapai 2.300 meter.

Hal itu diketahui usai BIG memberikan laporannya berdasarkan fenomena tumbukan lempeng Indo-Australia di Samudera Hindia. 

Secara informal, Pemkab Pacitan sudah menanyakan soal apakah gunung bawah laut tersebut aktif atau tidak kepada BRIN namun belum menerima keterangan valid. Warga diminta untuk tidak resah. 

"Tapi belum followup lagi, InsyaAllah membawa manfaat untuk kita semua, masyarakat tak perlu resah, bagi saya sesuatu hal mungkin tak selalu berdampak negatif, bisa jadi ikan-ikan ekosistemnya lebih terlindungi di dalam sana, itu sesuatu hal yang positif," tuturnya. 

Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Pacitan, Erwin Andriatmoko mengungkapkan, tidak pernah ada dalam sejarah dunia bahwa kemunculan gunung besar secara tiba-tiba atau melalui proses gempa skala besar sekalipun. 

"Yang perlu dicatat bahwa tidak ada dalam sejarah kemunculan gunung sebesar itu secara tiba-tiba, dalam artian dalam sekali proses gempa, berarti gunung itu sudah lama ada, tapi baru terdeskripsi," katanya kepada TIMES Indonesia. 

Selain itu, Erwin memastikan jika keberadaan gunung tersebut tidak ada kaitannya dengan aktivitas gempa yang ada di Pacitan selama ini. Terbentuknya gunung itu karena proses alam yang terjadi sejak berjuta-juta tahun lalu. 

Sebagai catatan, tidak ada di dalam database Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM.

"Saya baru saja baru bisa konfirmasi dengan PVMBG, jadi gunung itu terbentuk karena lipatan lempeng, itu sama dengan Gunung Jayawijaya dan Everest. Kalau dilihat dari sejarahnya dulu lautan, sekarang jadi gunung tertinggi di dunia," jelasnya. 

Sejauh ini, masih kata Erwin, belum ada alat yang bisa memantau aktivitas vulkanologi sedalam lebih dari 500 meter di bawah permukaan laut. Sedangkan yang bisa dipantau seperti gunung di Sulawesi Utara sehingga menjadi kesulitan tersendiri. 

"Itupun alat tidak bisa maksimal, hanya saja aktivitas vulkanologi bisa dilihat dari adanya peningkatan gelembung di sekitarnya. Juga adanya ikan yang mati," ucapnya. 

Dengan demikian, masyarakat di Kabupaten Pacitan tidak perlu terlalu risau dengan adanya gunung bawah laut ini. "Yang bisa mengakibatkan tsunami adalah pergeseran lempeng di laut selatan," pungkas Erwin Andriatmoko. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES