Bonding Nusantara: Resonansi Hati Rakyat dan Pemimpin

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Merdeka!
Merdeka!
Merdeka!
Jakarta, kota yang selalu sibuk dengan dinamika politik dan sosial, kembali menyajikan tontonan penting bagi bangsa ini. Di gedung yang megah, tepat di pusat ibu kota, Rakernas PDI Perjuangan digelar.
Partai wong cilik itu menggelar pertemuan yang menciptakan resonansi di hati banyak orang. Pesan kunci yang disampaikan adalah mengenai pentingnya "bonding bersama rakyat" untuk bersama-sama membangun bangsa ini ke depan.
Bonding bisa diartikan sebagai kelekatan ikatan emosional yang terjalin dengan baik. Semisal, bonding orang tua dan anak sangatlah penting agar anak merasa dirinya aman, nyaman, mendapat dukungan dan merasa diakui.
Dalam kamus istilah KBBI, 'bonding' dapat diartikan sebagai proses pembentukan hubungan yang kuat atau emosional antara orang-orang. Itu berarti bonding tidak sekedar hubungan erat, tapi merupakan hubungan yang "nyawiji", manunggal.
Dalam konteks bangsa dan pemimpinannya, 'bonding' adalah lebih dari sekadar hubungan. Adalah tentang bagaimana pemimpin dan rakyat saling terhubung. Bagaimana mereka memahami, merasakan, dan menjalani setiap momen bersama-sama.
Bonding merupakan jembatan emosional yang memungkinkan pemimpin memahami aspirasi rakyatnya, dan sebaliknya. Lalu, rakyat merasakan kehadiran dan dukungan pemimpinnya.
Di tengah era digital dan globalisasi saat ini, di mana jarak semakin tipis namun jarak hati semakin lebar, Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Sekjen PDIP Hasto Kristianto menegaskan kembali pentingnya kedekatan emosional antara pemimpin dan rakyat. Pentingnya bonding dengan rakyat itu.
Nah, ketika pintu-pintu gedung Rakernas tertutup, di dalamnya terjadi sesuatu yang ajaib. Sebuah pemikiran bahwa kita, sebagai bangsa, harus mulai "ketuk pintu rakyat".
Bukan hanya pintu rumah mereka, tetapi juga pintu hati mereka. Di setiap desa, dari ujung barat hingga timur nusantara. Dari pemuda yang bersemangat hingga presiden yang berwibawa.
Kita semua diingatkan untuk membangun bangsa ini dengan cinta, persatuan, dan empati.
"Merasakan," kata Megawati dengan suara yang penuh emosi dan tekad, "itu adalah esensi dari bonding."
Memahami dan merasakan apa yang dirasakan rakyat bukanlah pilihan, melainkan keharusan. Ketika rakyat menangis, pemimpin harus duduk di samping mereka. Menangis bersama. Merasakan kesedihan yang sama.
Dan ketika rakyat tertawa, pemimpin harus berdiri di samping mereka. Merayakan kebahagiaan yang sama.
Yang paling penting, jika bangsa ini menghadapi cobaan, kita harus selalu memegang teguh keyakinan bahwa "badai pasti berlalu."
Bangsa Indonesia di usianya yang masih 78 tahun ini telah mengalami beberapa peristiwa penting. Ada zaman revolusi hingga reformasi.
Revolusi adalah sebuah kata yang begitu akrab di telinga kita. Namun, revolusi sesungguhnya adalah saat kita mampu mengingat dan menghargai sejarah bangsa, saat kita terus menerus menanamkan nilai-nilai luhur bonding Nusantara di hati generasi muda. Generasi yang diajarkan untuk tidak hanya menatap ke depan, tapi juga belajar dari masa lalu. Terutama mengenai tahun '65 yang menjadi tonggak sejarah penting bagi bangsa ini.
Generasi muda, khususnya Gen Z, memiliki tanggung jawab besar. Di pundak mereka, masa depan bangsa ini bergantung.
Memang, di tengah populasi 270 juta jiwa, masih banyak yang belum merasakan kesejahteraan. Masih banyak anak bangsa yang terpinggirkan, yang membutuhkan perhatian lebih. Di sinilah peran pemimpin menjadi sangat krusial.
Pesan Hasto Kristianto di Rakernas itu juga menambah kedalaman pada isu utama pertemuan tersebut. "Mengingatkan," ujarnya dengan penuh semangat, "Kita semua harus mengingatkan satu sama lain tentang pentingnya bonding dengan rakyat." Karena ruh pemimpin yang sejati adalah ruh yang mewakili apa yang dibutuhkan oleh rakyatnya.
Meskipun reformasi telah berjalan cukup lama, masih ada banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Masih banyak "lobang" dalam sistem yang harus ditambal. Namun, dengan bonding yang kuat bersama rakyat, dengan pemahaman mendalam tentang kebutuhan dan aspirasi mereka. Kita yakin bahwa bangsa ini akan terus maju dan berkembang.
Apapun yang terjadi di pesta demokrasi, kita harus menyambutnya dengan gembira, namun tetap kritis. Kita harus menjadikannya sebagai momentum untuk semakin mempererat tali silaturahmi dengan rakyat. Untuk semakin memahami apa yang mereka butuhkan dan inginkan.
Mari kita bersama-sama bekerja, bergotong royong, cancut taliwondo, untuk bangsa ini. Mari kita jadikan Indonesia sebagai rumah bagi semua, tempat di mana setiap warga negara merasa diterima, dihargai, dan dicintai. Karena bangsa ini bukan hanya milik sekelompok orang, melainkan milik kita semua. (*)
Merdeka!
Merdeka!
Merdeka!
* Penulis adalah Ir R. Agoes Soerjanto MT. Waketum GM FKPPI, ketua PD XIII GM FKPPI Jatim
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Advertisement
Editor | : Khoirul Anwar |
Publisher | : Rifky Rezfany |
Konten promosi pada widget ini bukan konten yang diproduksi oleh redaksi TIMES Indonesia. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.