Peristiwa Nasional

Kisah Perdamaian di Aceh, Jusuf Kalla: 300 Senjata GAM Ditukar 10 Batalyon TNI

Kamis, 19 Oktober 2023 - 09:49 | 92.63k
Wakil Presiden ke-10 dan 12 RI Jusuf Kalla (JK) menjadi pembicara pada The Fifth EU Community of Practice on Peace Mediation (EU CoP) di Brussel, Belgia, Rabu (18/10/2023). (ANTARA/HO-Tim Media JK)
Wakil Presiden ke-10 dan 12 RI Jusuf Kalla (JK) menjadi pembicara pada The Fifth EU Community of Practice on Peace Mediation (EU CoP) di Brussel, Belgia, Rabu (18/10/2023). (ANTARA/HO-Tim Media JK)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Wakil Presiden Ke-10 dan Ke-12 Republik Indonesia, Jusuf Kalla (JK), berbagi kisah mengenai proses perdamaian dalam sejumlah konflik di Indonesia termasuk dengan Gerakan Aceh Merdeka atau GAM.

Saat menjadi pembicara di acara The Fifth EU Community of Practice on Peace Mediation (EU CoP) di Brussels, Belgia, pada Rabu (18/10/2023), JK mengatakan, perdamaian harus disertai dengan proses perlucutan senjata. Ia menegaskan bahwa selama senjata masih beredar, mencapai perdamaian akan sulit, karena senjata tersebut dapat digunakan untuk tujuan kekerasan.

Advertisement

"Dalam konteks ini, perdamaian di Aceh ditandai dengan pemusnahan sekitar 900 senjata yang dimiliki oleh Gerakan Aceh Merdeka (GAM), yang diperhatikan oleh Aceh Monitoring Mission (AMM) dari Uni Eropa," kata JK.

Proses pemusnahan senjata tersebut, lanjut JK, dilakukan seiring dengan penarikan 30 batalyon pasukan Tentara Nasional Indonesia (TNI), sebagai simbol keseriusan kedua belah pihak dalam mencapai perdamaian.

"Setiap pemusnahan 300 senjata GAM berbanding dengan pemulangan 10 batalyon pasukan TNI. Setelah pemusnahan sekitar 900 senjata berhasil dilakukan, 30 batalyon pasukan TNI berhasil dipulangkan dari wilayah Aceh, menuju pangkalan masing-masing," jelas JK.

Menurut JK, kisah sukses proses perdamaian di Aceh saat ini menjadi contoh dan rujukan dalam studi perdamaian di berbagai tempat.

JK juga berbicara tentang pengalamannya sebagai mediator dalam perundingan perdamaian, dengan menyoroti pentingnya sikap netral dan keberanian bagi seorang mediator. Ia juga menggarisbawahi peran mediator dalam membangun kepercayaan di antara pihak-pihak yang bersengketa.

"Seorang mediator perlu turun ke lapangan, tidak hanya melakukan perundingan di ruang tertutup. Tanpa kepercayaan, netralitas, dan keberanian, seorang mediator akan menghadapi kesulitan dalam menjalankan tugasnya untuk meredakan konflik," kata JK.

Selain itu, JK juga menyoroti pentingnya menjaga martabat seluruh pihak yang terlibat dalam proses perdamaian, dengan konsep "dignity for all." Ia menegaskan bahwa tidak ada yang boleh merasa kehilangan martabatnya dalam proses perdamaian.

The Fifth EU CoP adalah inisiatif yang digagas oleh The European External Action Service-Peace, Partnerships and Crisis Management Directorate (PCM) di Brussels, Belgia, yang berlangsung pada 18–19 Oktober 2023.

JK menjadi pembicara pertama dalam acara ini pada Rabu (18/10). Pada hari Kamis, ia akan berbagi pengalamannya dalam berkomunikasi dengan pihak Taliban dan pengalamannya sebagai mediator dalam konflik di Afghanistan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES