Aktivitas Kawah Gunung Bromo Meningkat, Radius 1 Kilometer Harus Steril

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi atau PVMBG menyatakan, kawah Gunung Bromo di Jawa Timur mengalami peningkatan. Hembusan asap dari puncah kawah yang semula putih tipis, berubah menjadi kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal.
Peningkatan aktivitas kawah Gunung Bromo itu, teramati dari Pos Pos Pengamatan Gunungapi (PGA) Bromo di Dusun Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jatim.
Advertisement
Karena kondisi tersebut, PVMBG melarang masyarakat di sekitar Gunung Bromo dan pengujung/wisatawan/pendaki tidak memasuki areal kawah dalam radius 1 kilometer dari kawah aktif.
Masyarakat, pedagang, wisatawan, pendaki, dan pengelola wisata Gunung Bromo diminta mewaspadai terjadinya letusan freatik yang bersifat tiba - tiba dan tanpa didahului oleh gejala-gejala vulkanik yang signifikan.
Pemerintah Daerah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di kabupaten juga diminta senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Bromo di Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura.
Meski terjadi peningkatan aktivitas, status Gunung Bromo masih waspada (level II).
“Tingkat aktivitas Gunung Bromo dapat dievaluasi kembali jika terdapat perubahan aktivitas secara visual dan instrumental yang signifikan,” tulis PVMBG dalam rilis tertulis, Rabu (13/12/2023) malam.
Karakter Gunung Bromo
Berada dalam Kaldera Tengger, Gunung Bromo memiliki tinggi 2.329 meter di atas permukaan laut (mdpl). Gunung ini berada di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru atau TNBTS.
Secara administratif, gunun suci bagi Suku Tengger ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur.
Karakter erupsi Gunung Bromo berupa erupsi eksplosif dan efusif dari kawah pusat. Erupsi tersebut mengeluarkan abu,pasir, lapilli, dan terkadang melontarkan lava pijar dan bom vulkanik.
PVBMG mencatat, erupsi terakhir Gunung Bromo terjadi pada bulan Juli 2019 berupa erupsi freatik tanpa didahului oleh peningkatan kegempaan yang signifikan.
Aktivitas Vulkanik Gunung Bromo
Berdasarkan pengamatan dari Pos Pengamatan Gunung Api Bromo di Dusun Cemoro Lawang pada Rabu (13/12/2023) pukul 06.00 WIB, teramatinya hembusan asap kawah berwarna kelabu, intensitas sedang hingga tebal, dengan tekanan sedang - kuat dari dalam kawah.
“Warna hembusan asap kawah kelabu ini umumnya disertai dengan material abu vulkanik,: sebut PVMBG dalam rilis tersebut.
Padahal dalam pengamatan sebelumnya, hembusan asap kawah berwarna putih dengan intensitas tipis hingga tebal, tekanan lemah - sedang dengan ketingian berkisar 50 - 900 meter dari puncak.
Pengamatan kegempaan menunjukkan masih terekamnya tremor menerus dengan amplitudo 0.5 – 1 milimeter (dominan 0.5 mm) yang disertai pula terekamnya Gempa Vulkanik Dalam 3 kali kejadian selama Desember 2023.
Menurut PVMBG, hal itu menunjukkan adanya proses fluktuasi tekanan di dalam tubuh Gunung Bromo yang disertai oleh aliran fluida ke permukaan.
Kemudian, pengamatan deformasi dengan menggunakan peralatan Borehole Tiltmeter dan Tiltmeter, menunjukkan pola kecenderungan inflasi atau peningkatan tekanan di sekitar tubuh Gunung Bromo selama Desember ini.
Potensi bahaya yang bisa ditimbulkan akibat meningkatnya aktivitas kawah Gunung Bromo adalah terjadinya erupsi freatik ataupun magmatik dengan sebaran material erupsi berupa abu dan lontaran batu (pijar) yang dapat mencapai radius 1 kilometer dari pusat kawah, serta keluarnya gas-gas berbahaya bagi kehidupan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Muhammad Iqbal |
Publisher | : Sholihin Nur |