Peristiwa Nasional

Beda Awal Puasa Bukan Masalah, Begini Candaan Sekum PP Muhammdiyah

Jumat, 08 Maret 2024 - 20:12 | 29.99k
Sekum PP Muhammadiyah Prof. Dr. Abdul Mu'ti, M.Ed. (Foto: Achmad Fikyansyah/TIMES Indonesia)
Sekum PP Muhammadiyah Prof. Dr. Abdul Mu'ti, M.Ed. (Foto: Achmad Fikyansyah/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Kemungkinan besar penentuan awal puasa oleh Pemerintah dan Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah tahun ini akan berbeda. Sekretaris Umum (Sekum) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof. Dr. Abdul Mu'ti, M.Ed mengatakan, PP Muhammadiyah telah memutuskan bahwa awal puasa jatuh pada Senin (11/3/2024).

"Pemerintah mungkin menetapkan  hari puasa tanggal 12 Maret," ucapnya pada saat mengisi stadium general di UMM, Jumat (8/3/2024).

Advertisement

Baginya hal itu bukanlah sebuah permasalahan. Tetapi dengan adanya perbedaan ini, semua harus saling menghormati.

Dalam kesempatan tersebut, ada seorang mahasiswa yang bertanya tentang malam lailatul qadar. Mahasiswa tersebut meminta pendapatnya tentang malam lailatul qadar yang banyak diriwayatkan jatuh pada malam ganjil di bulan ramadan.

Prof Mu'ti pun menjawab, memang hal itu banyak diriwayatkan. Namun malam ganjil di bulan ramadan tahun ini antara Muhammadiyah dengan pemerintah juga berbeda, karena awal puasanya berbeda.

"Kalau muhammadiyah sudah tanggal 23, yang lain masih 22. Lah ini malaikat ikut yang mana ini. Ikut muhammadiyah apa ikut pemerintah? Karena ganjiljnya muhammadiyah dan pemerintah berbeda,

Jangan-jangan malaikat harus voting ikut muhammadiyah apa pemerintah," terangnya sambil bercanda.

Namun terlepas dari itu semua, dia menekankan bahwa yang paling penting, utamanya dalam meraih malam lailatul qadar adalah berusaha sebaik mungkin dalam beribadah dalam bulan puasa.

"Oleh karena itu terhadap perbedaan ini, yang perlu kita tekankan bahwa rasulullah memerintah dan mengajarkan kepada kita untuk mengisi 10 hari terakhir denga memperbanyak ibadah termasuk iktikaf," tuturnya.

Ibadah yang dilakukan harus murni karena Alloh dan bukan untuk hal lainya. "Dapat atau tidak dapat lailatul qadar itu urusan alloh.  Puasa itu alloh yang memberikan pahalanya, dan puasa itu kita lakukan karena alloh. Dapat lailatul qadar alhamdulillah, yang penting dapat ridho allah," pungkasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES