Peristiwa Nasional

Ini Penjelasan BRIN Tekait Fenomena Hujan Turun Awet di Indonesia

Kamis, 14 Maret 2024 - 07:48 | 29.24k
Arsip - Warga menembus hujan di jalan Merdeka Selatan, Jakarta. (foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro)
Arsip - Warga menembus hujan di jalan Merdeka Selatan, Jakarta. (foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan bahwa hujan yang berlangsung lama disebabkan oleh perubahan vorteks menjadi bibit siklon 18S, yang cenderung bergerak lambat karena adanya tekanan rendah di timur yang kini terbagi menjadi dua vorteks.

Periset Iklim dan Atmosfer BRIN Erma Yulihastin, Kamis (14/3/2024), mengatakan bibit siklon tropis itu bergerak lambat dan tidak segera menjauh menuju Australia.

Advertisement

"Inilah yang telah memicu propagasi hujan yang kuat dan maraknya pembentukan badai squall line pemicu hujan persisten berhari-hari, bahkan intensitas hujan bisa ekstrem yang disertai angin kencang," ujarnya.

Erma mengungkapkan efek pergerakan bibit siklon 18S dari barat ke timur (selatan Jawa Timur) menyebabkan hujan deras persisten di Jawa (Demak, Kudus, Pati, Semarang), Madura, dan Kupang. Hujan yang persisten dipicu oleh squall line efek dari vorteks.

Dia mengingatkan agar wilayah Semarang dan Kupang waspada mengantisipasi dampak fenomena tersebut.

Kemunculan bibit siklon 91S yang berada di Samudra Hindia bagian tenggara, tepatnya sebelah barat daya Banten telah menimbulkan hujan di Banten dan Jabodetabek.

Menurut Erma, bibit siklon 91S yang kian mendekat ke Jabodetabek merupakan momen langka. Fenomena itu mengulang penyebab banjir besar Jakarta 2002, karena vorteks telah menyebabkan hujan dini hari yang persisten selama berhari-hari di Jakarta.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan ada tiga bibit siklon tropis di wilayah Indonesia.

Bibit siklon tropis 91S yang berada di sebelah tenggara Samudera Hindia memiliki kecepatan angin maksimum 25-35 knots dan tekanan udara minimum 997 hPa bergerak ke arah tenggara menjauhi wilayah Indonesia.

Kemudian, bibit Siklon Tropis 94S terpantau di Laut Timor bagian selatan, tenggara Nusa Tenggara Timur dengan kecepatan angin maksimum 15-20 knots dan tekanan udara minimum 1000 hPa bergerak ke arah timur.

Adapun bibit Siklon Tropis 93P masih terpantau di Teluk Carpentaria, bagian timur laut Australia, Tenggara Papua dengan kecepatan angin maksimum 15-20 knots dan tekanan udara minimum 1004 hPa bergerak ke arah timur hingga tenggara.

Kemunculan tiga bibit siklon tropis sekaligus itulah yang menyebabkan cuaca basah masih menyelimuti Indonesia. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES