Peristiwa Nasional

Mayjen TNI Farid Makruf Tuangkan Keunikan Ketadulakoan dalam Membangun Ketahanan Nasional

Rabu, 29 Mei 2024 - 17:49 | 53.67k
Mayjen TNI Farid Makruf saat ujian seminar hasil penelitian doktoral di Universitas Tadulako, Selasa, (28/5/2024). (Foto : Syarifah Latowa/ TIMES Indonesia)
Mayjen TNI Farid Makruf saat ujian seminar hasil penelitian doktoral di Universitas Tadulako, Selasa, (28/5/2024). (Foto : Syarifah Latowa/ TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PALU – Mayjen TNI Farid Makruf Menuangkan Keunikan Sistem Budaya Ketadulakoan dalam Membangun Ketahanan Nasional Lewat Disertasi 

Selasa, 28 Mei 2024, di salah satu ruangan pascasarjana yang berada di Universitas Tadulako, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Mayjen TNI Farid Makruf duduk tegak di depan panel penguji yang terdiri dari Prof. Dr. Muhammad Khairil Msi, Prof. Dr. Muhammad Nur Ali M.Si, Dr. Hasan Muhammad, dan Dr. Achmad Herman M.Si. 

Advertisement

Suasana ruangan terasa hening namun penuh antusiasme intelektual. Ekspresi serius terpancar dari wajah mereka, menunjukkan konsentrasi dan kehati-hatian dalam menilai hasil penelitian Mayjen TNI Farid.

Dalam presentasinya, Mayjen TNI Farid Makruf secara ringkas memperkenalkan judul penelitiannya yang berfokus pada analisis Sistem Budaya Ketadulakoan dalam Perspektif Ketahanan Nasional. 

Mantan Pangdam V Brawijaya itu menjelaskan, penelitian itu bertujuan untuk mengetahui konsep dan nilai teladan tadulako sebagai sosok pejuang Sulawesi Tengah dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

Ia menjelaskan, dalam risetnya bagaimana nilai-nilai ketadulakoan menjadi bagian integral dari identitas Sulawesi Tengah. 

Dia memperjuangkan perlindungan dan pengabadian nilai-nilai tersebut melalui riset yang memadukan sejarah, budaya, dan ketahanan nasional.

Selama penelitian, Mayjen TNI Farid menghadapi kendala dalam menemukan sumber daya manusia yang mendalami ketadulakoan secara mendalam serta literatur yang konkret tentang subjek tersebut. 

Namun, tantangan tersebut tidak menghalangi tekadnya untuk menjadikan penelitiannya sebagai landasan kearifan lokal yang berharga bagi masyarakat Sulawesi Tengah.

Dengan penuh kegigihan, Mayjen TNI Farid Makruf berharap risetnya akan menjadi pijakan untuk melestarikan dan memperkaya kearifan lokal Tadulako, menjadikannya sebagai warisan berharga bagi generasi muda Sulawesi Tengah.

Tadulako adalah simbol keutamaan dan pemimpin dalam suatu komunitas, yang dianggap mewakili nilai-nilai Ketadulakoan yang harus dijunjung tinggi.

Ia menambahkan, ketahanan nasional itu harusnya ada di ketahanan setiap individu sebagai contoh yang diteladani dari Tadulako. Sehingga, sambungnya, dapat membentuk keluarga yang kuat-selanjutnya membentuk komunitas dan masyarakat yang kuat dan akhirnya membentuk bangsa yang kuat.

Saat giliran Dr. Hasan memberikan komentarnya, dia terkesima dengan keunggulan dan keunikan hasil riset tersebut. Dia menyatakan, "Hasil riset ini sungguh luar biasa."

Mengapa dirinya menilai ini sangat luar biasa? Karena, konsep penelitian ini dianggap baru. Ia mengakui, sebelum-sebelumnya, sudah banyak orang yang meneliti soal tadulako. Sudah banyak juga yang meneliti soal ketahanan nasional namun itu terpisah. 

Tetapi, sambungnya, riset Mayjen TNI Farid Makruf ini berhasil menghubungkan konsep ketadulakoan dengan ketahanan nasional.

Konsep ketahanan nasional berisi keuletan dan ketahanan kekuatan nasional mampu mengatasi ancaman tantangan hambatan dan gangguan. 

Sedangkan konsep ketadulakoan ini memiliki nilai-nilai ketadulakoan bijaksana, berani, setia, pelindung, pengayom, pemersatu rakyat, cinta tanah air dan rela berkorban untuk tanah air. 

"Nah, riset ini mengembangkan bagaimana konsep ketadulakoan dapat diartikulasikan ke dalam konteks ketahanan nasional, membentuk nilai-nilai luar biasa yang mendukung keuletan dan ketahanan kekuatan nasional. Inilah keunikannya," ucapnya.

Sehingga, sambungnya, riset ini dinilai memiliki manfaat teoritis yang besar dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya terkait ketahanan nasional. 

Dalam implementasinya, Dr. Hasan menyoroti pentingnya penyampaian nilai-nilai ketadulakoan dalam pembelajaran, sehingga terjadi transmisi nilai dari generasi sebelumnya kepada generasi penerus. 

"Riset Mayjen Farid Makruf ini memiliki potensi untuk ditindaklanjuti menjadi materi ajar yang efektif, terutama dalam konteks sekolah bela negara," ujarnya. 

Ia berharap buku yang dihasilkan dari penelitian ini dapat digunakan sebagai panduan mulai dari tingkat sekolah dasar hingga menengah atas, untuk membentuk karakter individu yang kuat dan mampu menghadapi tantangan dengan baik.

"Riset ini sangat luar biasa dan berkualitas, layak dijadikan bahan edukasi untuk anak-anak di tingkat sekolah dasar hingga SLTA," tambahnya.

Dia menyoroti urgensi transfer pengetahuan tentang ketadulakoan dari generasi sekarang ke generasi mendatang, agar warisan kearifan lokal tersebut tidak terkikis oleh waktu.

Ia juga menyampaikan, nilai-nilai ketadulakoan dari sejarah kerajaan seperti Raja Tombolotutu dan Tomaidompo menarik perhatian. 

"Nilai-nilai tersebut dianggap memiliki potensi untuk diteruskan kepada mahasiswa dan generasi muda sebagai bagian dari warisan budaya yang perlu dilestarikan," ucapnya. 

"Hal ini sangat penting agar kearifan lokal Tadulako tidak hilang begitu saja seiring berjalannya waktu," tambahnya. 

Sementara itu, Prof. Dr. Muhammad Khairil Msi menekankan pentingnya penelitian ini dalam mengembangkan aspek teoretis dari ketahanan nasional, serta potensinya sebagai bahan ajar di sekolah bela negara.

"Potensi riset ini dalam menjadi dasar untuk kebijakan pendidikan yang lebih berbasis budaya lokal, terutama nilai-nilai ketadulakoan," ungkapnya. 

Memahami Ketadulakoan: Inspirasi Budaya Lokal dalam Ketahanan Nasional

Di tempat yang sama, Dr. Achmad Herman M.Si menilai topik disertasi Mayjen TNI Farid Makruf sangat menarik. "Analisis Sistem Budaya Ketadulakoan dalam Perspektif Ketahanan Nasional".

Ia menyampaikan, Mayjen TNI Farid Makruf terinspirasi untuk meneliti tentang Tadulako dari pengalaman sebagai Komandan Korem 132/Tadulako ke-32 pada periode April 2020 - November 2021. 

Pengalamannya mengatasi kelompok teroris Poso menjadi latar belakang penting dalam penelitian ini. Pencariannya tentang Tadulako dituangkan dalam dua buku berbeda sebelum beliau mendalami lebih jauh melalui studi ilmiah tentang ke-Tadulako-an.

Penelitian dilakukan melalui wawancara mendalam dengan berbagai komunitas etnis di Palu, Napu, Poso, hingga Bada'. Temuan menunjukkan bahwa Tadulako tidak merujuk pada sosok tertentu, melainkan pada tata sikap, tindak, dan kompetensi yang mewujud dalam keseharian masyarakat Sulawesi Tengah. 

"Konsep ketahanan nasional dilihat dari perspektif budaya lokal, menunjukkan adanya konsep ketahanan dengan nama berbeda dalam masyarakat lokal di Sulawesi Tengah," jelasnya.

Dalam penelitian ini, terbukti bahwa dalam masyarakat lokal terdapat konsep ketahanan yang hidup dalam sistem kebudayaan. Implikasinya, dalam merumuskan kebijakan ketahanan nasional, sebaiknya mengambil inspirasi dari konsep-konsep ketahanan yang ada dalam sistem kebudayaan lokal seperti Ketadulakoan.

Menurutnya, ketadulakoan bukan hanya sekadar nama sebuah wilayah atau individu, tetapi merupakan representasi dari nilai-nilai, sikap, dan kompetensi yang berkembang dalam masyarakat Sulawesi Tengah. 

"Ini adalah pengingat bahwa dalam upaya membangun ketahanan nasional, penting untuk memahami dan menghargai warisan budaya lokal yang kaya seperti Ketadulakoan," ujarnya. 

"Saya berharap penelitian ini dapat menjadi titik awal untuk lebih mendalaminya dan mengintegrasikannya dalam kebijakan ketahanan nasional di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai," tambahnya.

Mayjen TNI Farid Makruf saat ini menjabat sebagai Tenaga Ahli Pengkaji Bidang Sumber Kekayaan Alam Lemhannas. Perjuangan Mayjen TNI Farid Makruf dalam mengungkap nilai-nilai luhur tersebut diharapkan akan membawa dampak positif dalam membangun masyarakat yang kuat, jaya, dan sejahtera di masa depan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES