Pernyataan Unik Ketum Ansor Addin Jauharuddin: Dari Strategi hingga Jenis Ikan dalam Model Kaderisasi di Ansor
TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Dalam Konferwil XV PW GP Ansor Jatim, yang dihelat di Ponpes Zainul Hasan Genggong, Probolinggo, rupanya ada pernyataan menarik. Proses Konferensi dan warna-warni kader GP Ansor yang dinilai unik dan beraneka ragam.
Pernyataan itu disampaikan langsung oleh Ketum PP GP Ansor, Addin Jauharuddin, dalam sambutannya, pada Konferwil XV PW GP Ansor Jatim, pada Senin (12/8/2024).
Advertisement
Dalam setiap Konferensi, kata dia, GP Ansor selalu mengandalkan berbagai disiplin ilmu untuk mencapai tujuan bersama.
Addin mengingatkan pentingnya penerapan ilmu politik dalam merumuskan strategi, ilmu ekonomi dan keuangan untuk memastikan eksekusi yang tepat, serta ilmu hukum untuk menjaga aturan main.
Tidak lupa juga dengan ilmu Seni dan budaya yang berperan dalam mengelola lapangan. Serta kepemimpinan menjadi kunci dalam menyampaikan visi dan misi. Sementara pertahanan dan keamanan memastikan daya tahan calon.
Selain itu, kemampuan negosiasi dan mediasi menjadi penting dalam membangun koalisi. "Semua ilmu ini hanya bisa bersatu dalam arena Konferensi," jelas Addin.
Dalam suasana yang lebih santai, Addin menyampaikan guyonan sejarah sebagai refleksi. Dulu, kata dia, ada kerajaan besar bernama Majapahit, lalu runtuh dan digantikan Demak Bintoro, kemudian Pajang, dan akhirnya Mataram Islam.
"Mataram Islam pun akhirnya diserbu pasukan Trunojoyo dari Madura. Hari ini, calonnya dari Madura," ucapnya, mengundang tawa para kader.
Melanjutkan pesan pentingnya, Addin mengingatkan agar Ansor dan Banser tetap satu komando. "Jangan jalan sendiri-sendiri," tegasnya lantang.
Untuk menggambarkan kondisi kader, Addin menggunakan analogi tiga jenis ikan.
Ikan Lele adalah simbol kader yang cepat berkembang dan mudah dibudidayakan, tetapi senang hidup di air keruh.
"Semakin keruh airnya, semakin pesat pertumbuhan ekonominya," katanya, mengingatkan kader yang sering memanfaatkan situasi tak pasti untuk keuntungan pribadi.
Ikan Koi menggambarkan kader yang tampil menarik di permukaan, tetapi kontribusinya sedikit.
"Senang dipuja, tapi sebenarnya murah," ujar Addin, menyinggung kader yang lebih suka tampil di depan namun kurang memberikan kontribusi nyata.
Ikan Arwana adalah simbol kader yang jarang muncul ke permukaan, namun memiliki kualitas tinggi.
"Ini adalah kader yang sedikit bicara, tapi pekerja keras dan bernilai mahal," jelasnya, menekankan pentingnya kualitas dan komitmen dalam bekerja.
Dengan pendekatan yang ringan namun penuh makna, Addin Jauharuddin berharap para kader GP Ansor terus menjaga persatuan dan selalu meningkatkan kualitas diri.
"Kekuatan kita ada pada kesatuan dan kemampuan untuk selalu memperbaiki diri. Mari kita kelola potensi yang ada untuk kebaikan bersama," pungkasnya.
Dalam Konferwil XV PW GP Ansor Jatim kali ini, telah menetapkan dan menghasilkan satu nama, yakni Musaffa Safril. Sosok ini dipilih secara aklamasi untuk memimpin organisasi tersebut selama satu periode ke depan.
Sekilas tentang Musaffa Safril, sejak lulus pesantren, di Pondok Pesantren Al Ishlah, Kabupaten Sumenep, ia mulai aktif di GP Ansor. Di GP Ansor Jatim ia menjabat sebagai Wakil Ketua GP Ansor Jatim 2019-2024. Saat ini, menjadi Wakil Sekjen PP GP Ansor 2024-2029.
Diluar GP Ansor, ia sosok pengusaha yang konsentrasi sebagai penggerak Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Hingga ia meraih kesuksesan dibidang usaha sarung Batik. Ia adalah CEO Esbeha, yang memproduksi sarung batik Haromain, yang beredar di Indonesia.
Dalam cita-citanya, jika ia terpilih menjadi Ketua GP Ansor Jatim, berharap Ansor mampu masuk pada dunia baru yang serba kecanggihan teknologi. Harus mampu memaknai Peradaban baru. Ansor harus masuk pada peradaban baru masa kini. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Yatimul Ainun |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |