Peristiwa Nasional

Aerides obyrneana, Anggrek Baru Endemik dari Pulau Sulawesi

Senin, 19 Agustus 2024 - 06:00 | 22.47k
Spesies anggrek baru, Aerides obyrneana, yang merupakan endemik Pulau Sulawesi, Indonesia. Anggrek tersebut dikenal dengan nama lokal anggrek kuku macan. (ANTARA/HO-BRIN)
Spesies anggrek baru, Aerides obyrneana, yang merupakan endemik Pulau Sulawesi, Indonesia. Anggrek tersebut dikenal dengan nama lokal anggrek kuku macan. (ANTARA/HO-BRIN)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Daftar anggrek endemik Indonesia bertambah menyusul penemuan spesies anggrek baru yang merupakan endemik dari Pulau Sulawesi, Indonesia.

Spesies ini dikenal di kalangan pehobi dengan nama lokal anggrek kuku macan, dan telah dipublikasikan sebagai spesies baru bernama Aerides obyrneana dalam jurnal Edinburgh Journal of Botany pada Mei 2024.

Advertisement

"Spesies ini memiliki bunga yang sangat menarik dengan kombinasi warna yang jarang ditemukan dalam genusnya, yakni sepal dan petal berwarna putih keunguan serta bibir bunga yang berwarna kuning cerah kehijauan," jelas Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Destario Metusala, dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (18/8/2024).

Sebelum penemuan ini, Indonesia telah mencatat lima spesies Aerides. Di antaranya adalah Aerides odorata yang tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, dan Sulawesi; A. timorana, spesies endemik dari Nusa Tenggara; serta tiga spesies endemik lainnya dari Sulawesi, yaitu A. huttonii, A. inflexa, dan A. thibautiana.

Nama obyrneana dipilih untuk menghormati mendiang Peter O’Byrne, seorang pengamat anggrek dan penulis referensi taksonomi anggrek di Asia Tenggara, khususnya Sulawesi.

Anggrek ini tumbuh secara epifit di habitat alaminya, menempel pada batang pohon tanpa merugikan inangnya. Ukurannya relatif kecil, dengan batang berdaun setinggi 10-16 cm, dan akar lekat yang dapat mencapai panjang 60 cm untuk menyerap kelembapan dari udara serta kulit pohon.

"Bunga Aerides obyrneana memiliki diameter sekitar 2,4-2,6 cm saat mekar sempurna. Sepal dan petalnya kaku serta berlilin, dengan bibir bunga yang bercuping tiga dan cuping tengah yang melebar seperti kipas. Bunga ini juga memiliki spur yang melengkung dan mengandung nektar untuk menarik serangga penyerbuk," tambah Destario.

Anggrek ini hidup di tepian hutan semi-terbuka dengan sirkulasi udara yang baik dan intensitas cahaya sekitar 50-70 persen. Berdasarkan morfologi daunnya yang sempit dan memanjang, serta kemampuannya beradaptasi dengan lingkungan dengan kelembapan rendah dan suhu serta cahaya tinggi, Aerides obyrneana menunjukkan adaptasi yang unik pada habitatnya.

Mengacu pada distribusi alaminya yang terbatas, Aerides obyrneana dianggap sebagai spesies endemik Sulawesi yang berpotensi masuk dalam kategori kritis (Critically Endangered) di Redlist IUCN. Oleh karena itu, Destario menekankan pentingnya kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk komunitas pecinta anggrek, untuk melestarikan spesies yang terancam ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES