Polwan Bermahkota Adat Papua: Sentuhan Humanis di Tengah Pengamanan Pendaftaran Paslon Bupati Biak Numfor
TIMESINDONESIA, BIAK – Di tengah derap langkah menuju pemilihan bupati dan wakil bupati, ada satu pemandangan yang mencuri perhatian di Kabupaten Biak Numfor, Papua. Bukan sekadar hiruk-pikuk politik atau kampanye yang ramai, tetapi bagaimana polisi wanita (Polwan) dari Polres Biak Numfor menjalankan tugas pengamanan mereka dengan cara yang unik dan penuh kearifan lokal.
Rabu (29/08/2024) menjadi hari ketiga pendaftaran pasangan calon (Paslon) bupati dan wakil bupati di Kantor KPU Biak Numfor. Seperti hari-hari sebelumnya, suasana di sekitar kantor KPU penuh dengan aktivitas.
Advertisement
Namun, yang membuat hari itu berbeda adalah kehadiran Polwan yang mengenakan mahkota adat Biak, sebuah simbol kebanggaan dan identitas budaya Papua.
Di balik senyum ramah yang menyambut setiap Paslon dan rombongannya, tersirat makna mendalam dari kehadiran Polwan yang berbalut busana tradisional tersebut.
Kapolres Biak Numfor, AKBP Ari Trestiawan, S.H., S.I.K., M.H., menjelaskan bahwa keputusan untuk melibatkan Polwan dalam pengamanan dengan pendekatan yang humanis ini bukan tanpa alasan.
"Kami ingin menunjukkan bahwa Polres Biak Numfor tidak hanya berperan sebagai penegak hukum, tetapi juga sebagai penjaga kedamaian dan harmoni. Dengan mengenakan mahkota adat Biak, Polwan kami menjadi perwujudan dari kearifan lokal yang kami junjung tinggi," ujarnya.
Mengenakan mahkota adat Biak bukanlah sekadar upaya untuk tampil berbeda. Lebih dari itu, ini adalah bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai budaya setempat yang menjadi identitas masyarakat Papua. Polwan yang dilibatkan dalam pengamanan ini tidak hanya menjalankan tugas mereka sebagai aparat keamanan, tetapi juga sebagai duta budaya yang mengedepankan persuasivitas dalam setiap tindakan mereka.
Hari ketiga pendaftaran itu berjalan lancar. Setiap Paslon yang datang ke kantor KPU disambut dengan senyuman oleh para Polwan. Mereka dengan sigap membantu mengarahkan rombongan ke lokasi pendaftaran, memastikan setiap langkah berjalan sesuai dengan prosedur. Tidak ada kesan otoriter atau menakutkan, melainkan suasana yang hangat dan penuh rasa saling menghormati.
Langkah Polres Biak Numfor ini mendapatkan banyak pujian dari berbagai kalangan. Pendekatan humanis yang mereka terapkan dinilai mampu menciptakan suasana yang kondusif di tengah-tengah proses politik yang kadang memanas. Selain itu, penggunaan mahkota adat Biak juga menjadi simbol penting dari upaya melestarikan budaya lokal di tengah modernisasi yang kian merambah.
"Ini bukan hanya soal pengamanan, tetapi juga tentang bagaimana kita bisa menghargai dan melestarikan budaya kita sendiri," tambah AKBP Ari Trestiawan.
Menurutnya, Polwan yang dilibatkan dalam pengamanan ini tidak hanya menjalankan tugas formal, tetapi juga berperan sebagai figur yang merepresentasikan kedamaian dan harmoni di tengah masyarakat.
Proses pendaftaran Paslon yang berlangsung selama tiga hari itu berakhir dengan aman dan tertib. Berkat upaya Polwan Polres Biak Numfor yang menghadirkan pendekatan humanis, situasi di Kabupaten Biak Numfor tetap terjaga dengan baik. Tidak ada insiden berarti yang terjadi, dan ini menjadi bukti bahwa pendekatan yang menghargai budaya lokal dapat memberikan dampak positif dalam menjaga stabilitas dan keamanan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Rifky Rezfany |