Ini Cara Komunitas Pecinta Burung Hantu Membantu Petani di Tuban

TIMESINDONESIA, TUBAN – Komunitas pecinta burung hantu atau Tuban Owl Partners (TOP) di Kabupaten Tuban, Jawa Timur menggelar gathering rutin seminggu sekali di sejumlah lokasi yang berbeda.
Tidak hanya sekedar berkumpul, penghobi burung malam itu juga menyosialisasikan bahwa burung predator hama tikus tersebut sangat bermanfaat bagi petani.
Advertisement
"Masyarakat khususnya petani harus paham tentang burung hantu, itu bukan makhluk mistik atau horror, bahkan bermanfaat untuk petani karena sebagai pembasmi hama tikus di musim tanam padi, jagung, semangka dan melon," kata Teguh Ugik, salah satu penghobi merawat burung hantu saat ditemui TIMES Indonesia di Gedung Olah Raga (GOR) Rangga Jaya Anoraga, Tuban, Sabtu (25/02/2018) malam.
Ugik menjelaskan, di Kabupaten Tuban saat ini memiliki anggota kurang lebih sekitar 50 orang pecinta burung hantu. Komunitas tersebut dibentuk sejak tahun 2015 lalu.
Awalnya hanya beberapa pecinta membentuk komunitas untuk menyalurkan hobinya, selanjutnya sering membagi materi tentang pengetahuan burung hantu dan terbentuklah komunitas di Kabupaten Tuban.
"Burung yang sering keluar malam ini terdapat lima jenis burung hantu diantaranya burung jenis Clepuk atau Scoop owl, burung Gares Barn Owl, jenis Oriental Bay, dan burung jenis Buffy," jelas bapak dua anak itu.
Keberadaan komunitas pecinta burung hantu ini juga memberi manfaat bagi masyarakat desa yang kebanyakan petani. Mereka menyarankan untuk membuat rumah burung hantu di beberapa titik area persawahan.
Ide tersebut juga sudah tergarap, salah satunya di area persawahan lahan produktif di Desa Kembangbilo, Kecamatan Tuban.
"Di Desa Kembangbilo sudah terbangun sebanyak lima belas rumah burung hantu. Itu kerjasama antara komunitas dengan petani setempat," lanjut pria berusia (35) tahun itu.
Diharapkan keberaadaan kominitas TOP ini bukan hanya untuk kesenangan, tetapi juga bermanfaat bagi lingkungan, terutama petani.
"Pemanfaatan burung hantu sebagai pembasmi hama tikus ini sebenarnya sangat efisien. Namun belum banyak diterapkan," harap Teguh Ugik. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Ahmad Sukmana |