
TIMESINDONESIA, TUBAN – Sebagai bentuk kepedulian terhadap kemajuan dunia pendidikan serta menumbuh kembangkan minat baca di kalangan pelajar, PT Pertamina Marketing Operation Regional (Pertamina MOR) V menggelar workshop Literasi Digital Remaja, di Tuban, Kamis (10/5).
Workshop yang digelar di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Mambail Futuh Jenu dan Madrasah Tsanawiyah (Mts) Mambaul Huda Jenu ini adalah rangkaian program "Pertamina Peduli Literasi" atau disingkat Pertalit.
Advertisement
Dua pembicara yang akan memaparkan materi di hadapan para siswa adalah Dion Fajar Arianto, jurnalis Trans Media sekaligus Sekretaris Ronggolawe Press Solidarity (RPS) dan Pipit Wibawanto, jurnalis MNC Media yang juga sebagai ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Tuban.
“Dua pemateri akan berbicara segala hal tentang literasi di era digital, termasuk penggunaan media sosial dan segala konsekuensinya,” kata Manajer Program Pertalit, Sri Wiyono.
Sementara itu Plt Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tuban, Nur Khamid menyampaikan Program Pertalit bisa meningkatkan budaya literasi dan pengembangan perpustakaan.
Menurut dia, program ini sangat didukung oleh Pemerintah Daerah dalam hal ini Bupati Tuban, Fathul Huda secara langsung karena program literasi ini sangat bagus dan mendukung kemajuan di dunia pendidikan.
"Semoga bisa meningkatkan budaya literasi dan membantu pengembangan perpustakaan bagi sekolah. Terutama di wilayah pedesaan,” ujar Nur Khamid
Untuk diketahui, Pertalit telah meluncurkan "Program Penggiat Literasi dan Pengembangan Perpustakaan Sekolah dan Desa" pada April 2018 lalu.
Dalam program Pertalit tersebut, Pertamina MOR V memilih 7 tujuh sebagai penerima manfaat program.
Tujuh sekolah itu adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Mambail Futuh; Madrasah Tsanawiyah (Mts) Mambaul Huda; SDN Remen 1; SDN Remen 2; SDN Tasikharjo; Desa Remen dan Desa Tasikharjo Kecamatan Jenu.
Manajer Program Pertalit, Sri Wiyono mengatakan kegiatan workshop yang dilakukan di dua sekolah tadi adalah rangkaian kegitan dalam program Pertalit.
“Kami memandang perlu untuk menumbuhkan budaya literasi digital buat remaja sesuai SMP dan SMA,” kata Sri Wiyono.
Menurut Sri Wijono, pelajar perlu mendapat wawasan dan budaya literasi agar soal berita hoaks, provokatif, dan ujaran kebencian yang sampai menjurus ke SARA tak mudah ditelan begitu saja. Mereka perlu tahu dampak negatif penggunaan media sosial yang perlu ditanggulangi sedini mungkin. “Terutama di kalangan remaja di Tuban sebagai pewaris generasi selanjutnya,” katanya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Rizal Dani |