De Klerk, Presiden Kulit Putih Afrika Selatan Pembongkar Apartheid Meninggal Dunia

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Presiden kulit putih Afrika Selatan yang terakhir, Frederik Willem (FW) de Klerk meninggal dunia dalam usia 85 tahun di rumahnya, di Cape Town, Kamis (11/11/2021).
Dilansir BBC, setelah kematian de Klerk, FW de Klerk Foundation merilis sebuah rekaman video yang dijuluki sebagai "pesan terakhirnya", dimana dia berbicara tentang apartheid.
Advertisement
"Izinkan saya hari ini, dalam pesan terakhir ulangi: Saya, tanpa syarat, meminta maaf atas rasa sakit dan luka, dan penghinaan, dan kerusakan, kepada orang kulit hitam, cokelat, dan India di Afrika Selatan," katanya.
Yayasan tersebut mengatakan De Klerk telah meninggal dengan tenang di rumahnya setelah perjuangannya melawan mesothelioma, yakni kanker yang mempengaruhi lapisan paru-paru.
De Klerk didiagnosis menderita kanker awal tahun ini.
Dia berkuasa pada tahun 1989 di bawah sistem pemerintahan apartheid, sebuah sistem rasisme yang disahkan, tetapi kemudian menjadi tokoh kunci dalam transisi menuju demokrasi.
Nelson Mandela dan FW de Klerk pada tahun 2006. (FOTO : BBC/Reuters)
Dia juga yang memerintahkan pembebasan Nelson Mandela dari penjara, yang mengarah ke jajak pendapat bersejarah di mana pemimpin anti-apartheid itu akhirnya menjadi presiden kulit hitam pertama.
De Klerk berbagi Hadiah Nobel Perdamaian dengan Mandela karena membantu merundingkan penghentian apartheid. Tapi warisannya telah membagi opini di Afrika Selatan.
Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa mengatakan kematian De Klerk "harus menginspirasi kita semua untuk merenungkan kelahiran demokrasi kita".
Dari Pengacara
Setelah bekerja selama lebih dari satu dekade sebagai pengacara, De Klerk memenangkan kursi parlemen untuk Partai Nasional, yang telah memperkenalkan sistem apartheid pada tahun 1948.
Dia menjabat di beberapa jabatan menteri sebelum mengambil alih sebagai kepala partai pada Februari 1989, dan beberapa bulan kemudian ia menjadi presiden.
De Klerk sangat percaya pada apartheid, tetapi setelah berkuasa, dia secara terbuka justru menyerukan Afrika Selatan yang tidak rasis.
Dalam pidatonya yang terkenal di parlemen pada tahun 1990, dia mengumumkan bahwa dia menghapus larangan terhadap partai-partai yang termasuk Kongres Nasional Afrika (ANC) Mandela dan mengatakan dia memerintahkan pembebasan Mandela dari penjara setelah 27 tahun.
Tindakannya membantu mengakhiri era apartheid Afrika Selatan, dan ia menjadi salah satu dari dua wakil presiden negara itu setelah pemilihan multi-partai pada tahun 1994 yang membuat Mandela menjadi presiden.
De Klerk pensiun dari politik pada tahun 1997, dengan mengatakan: "Saya yakin itu demi kepentingan terbaik partai dan negara."
Meskipun hubungan antara De Klerk dan Mandela sering diselingi oleh ketidaksepakatan yang pahit, presiden baru menggambarkan orang yang digantikannya sebagai seseorang yang berintegritas tinggi.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis, Yayasan Nelson Mandela juga mengatakan, De Klerk akan selamanya dikaitkan dengan Nelson Mandela dalam sejarah Afrika Selatan.
"Warisan De Klerk sangat besar. Ini juga tidak merata, sesuatu yang harus diperhitungkan oleh orang Afrika Selatan saat ini," tambahnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sholihin Nur |