LHKI PP Muhammadiyah: Siapapun Pemenangnya, Semua Paslon Harus Terima dengan Lapang Dada

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Anggota Lembaga Hubungan dan Kerja sama Internasional (LHKI) PP Muhammadiyah, Hery Sucipto meminta kepada semua pihak untuk menahan diri dan mengembalikan semua proses Pemilu 2019 sesuai dengan tahapan dan mekanisme hukum yang berlaku.
Rakyat Indonesia telah memberikan hak politiknya pada 17 April dengan memilih calon pemimpinnya lima tahun mendatang. Karena itu apapun hasilnya harus diterima dengan lapang dada.
Advertisement
"Jangan ada main hakim sendiri, jangan ada upaya membenturkan antarpendukung kedua pasangan calon, dan terlebih, kepentingan bangsa dan negara harus menjadi prioritas utama. Apapun hasil pemilu, dan siapapun pemenangnya, harus diterima semua pihak," ujar Hery Sucipto dalam keterangannya, Senin (29/04/2019).
Menurut Hery, adanya klaim sepihak kemenangan oleh salah satu pasangan calon menunjukkan ketidakdewasaan berpolitik elite politik Indonesia.
Deklarasi pemilu damai kedua paslon dan diikuti para pendukung masing-masing saat awal kampanye, tidak bermakna sama sekali.
"Provokasi ini harus diakhiri dengan kembali kepada mekanisme dan tahapan pemilu yang telah ditetapkan KPU dan disepakati semua partai politik peserta pemilu," kata Hery yang juga menjabat Direktur Pusat Kajian Keamanan dan Strategi Global, Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Hery juga khawatir adanya upaya sistematis delegitimasi terhadap penyelenggara pemilu, yakni KPU, Bawaslu, dan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum (DKPP).
Khusus untuk KPU sebagai penyelenggara teknis, upaya delegitimasi itu sangat nyata dengan adanya hoax di berbagai tempat yang dilakukan pasangan calon tertentu dan ternyata itu tidak terbukti. Contohnya hoaks Ratna Sarumpaet, tujuh kontainer surat suara tercoblos, server KPU, dan masih banyak lainnya.
"Saya melihat hoaks ini bagian dari skenario untuk mengacaukan pemilu dan targetnya menggagalkan hasil pemilu itu sendiri. Mengapa ini terjadi? Karena ketidaksiapan mental siap kalah dan siap menang," jelasnya.
Upaya delegitimasi ini sekaligus sebagai bukti menolak hasil pemilu sehingga mereka akan menuntut pemilu ulang.
"Ini bukti jika ada upaya serius dari pihak tertentu untuk pembenaran bahwa pemilu gagal dengan adanya berbagai kecurangan dan lain sebagainya," tuturnya.
Anggota Lembaga Hubungan dan Kerja sama Internasional (LHKI) PP Muhammadiyah, Hery Sucipto menambahkan, Pemilu serentak pertama 2019 ini lanjutnya sebagai pemilu paling rumit dan melelahkan, bahkan memakan ratusan korban jiwa dan lebih seribu lainnya sakit. Ini pengalaman penting untuk penyelenggaraan Pemilu 2019 berikutnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |
Sumber | : TIMES Jakarta |