Politik 1 Abad NU

Kala Hubungan PKB dan NU Kembali Menjadi Perbincangan

Kamis, 02 Februari 2023 - 14:16 | 265.83k
Kolase Logo NU dan PKB. (FOTO: Jakarta Poskota)
Kolase Logo NU dan PKB. (FOTO: Jakarta Poskota)
FOKUS

1 Abad NU

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Momentum 1 Abad NU dan juga tahun politik menjelang pemilu serentak 2024 mendatang membuat NU dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) kembali hangat dibicarakan. 

Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Said Aqil Siroj dalam acara Serasehan Nasional Satu Abad NU yang digelar DPP PKB di Jakarta pada Senin (30/1/2023) lalu mengatakan, bahwa PKB dan NU memiliki banyak kesamaan diantaranya sama-sama memiliki Mabda' Siyasi (pondasi). 

“Mabda' Siyasi persis seperti Mabda' Siyasi PBNU, partai mana yang ada Mabda'Siyasi seperti PBNU,” kata KH Said Aqil Siroj menyamakan NU dengan PKB yang dikutip dari keterangannya pada Kamis (2/2/2023). 

KH Said Aqil Siroj yang juga merupakan bagian dari tim lima yang di berikan SK oleh PBNU untuk mendirikan partai politik yang kini bernama PKB menegaskan, NU adalah PKB dan PKB adalah NU. 

“Jadi PKB adalah NU, NU adalah PKB. Harus didengungkan itu. Kita suarakan itu. Enggak boleh surut. Enggak boleh kendor,” tegas KH Said Aqil Siroj. 

Berbeda dengan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf yang pada 23 Mei 2022 lalu mengungkapkan bahwa tidak ingin ada partai politik yang mengeksploitasi NU untuk kepentingan politik identitas jelang Pemilu 2024.

“Saya ingin sampaikan disini bahwa kami tidak mau dan memohon parpol jangan pakai politik identitas, terutama identitas agama, termasuk identitas NU,” kata Yahya di Kantor PBNU, Jakarta, Senin, 23 Mei 2022 lalu. 

Dia mengingatkan NU bukan untuk parpol tertentu, melainkan untuk seluruh bangsa. "Tidak boleh mengeksploitasi identitas NU untuk politik. NU ini untuk seluruh bangsa," tegasnya.

Permintaan itu ditujukan bukan hanya untuk parpol tertentu saja, melainkan kepada semua parpol yang memanfaatkan politik identitas untuk kepentingan tertentu. Dia mengimbau parpol tidak menggunakan NU sebagai senjata dalam konstelasi politik. Sebab, jika hal itu terus dilakukan, maka dikhawatirkan menjadi politik tidak sehat. "Semuanya, untuk semua partai. Jadi, NU itu enggak boleh digunakan sebagai senjata untuk kompetisi politik, karena kalau kami biarkan terus begini, ini tidak sehat," tuturnya. 

Diberitakan sebelumnya, mantan Ketua Umum PKB, Alwi Shihab, berharap PKB yang didirikan oleh para ulama Nahdlatul Ulama (NU) bisa terus meningkatkan perolehan suaranya pada Pemilu 2024 mendatang.

Hal tersebut diungkapkan Alwi Shihab saat menjadi pembicara dalam acara Ijtima' Ulama Nusantara bertajuk "Ulama Bangkit Bersatu Menjaga Indonesia" di Hotel Milenium Jakarta, Jumat (13/01/2023) malam lalu. 

Lebih jauh, Alwi mengatakan, salah satu kunci untuk membesarkan PKB adalah bagaimana warga NU bisa kompak dalam satu gerbong politik PKB. “Kita harus mencari celah agar warga NU ini bisa kompak, sepakat untuk memenangkan partai ini (PKB). Kalau ada orang NU yang memilih partai selain PKB itu agak aneh sebenarnya, apalagi memusuhi,” seloroh mantan Menteri Luar Negeri itu.

Lagu 1 Abad NU

Hal lainnya yang menjadi pembahasan antara PBNU dan PKB adalah lagu mars 1 abad NU digunakan sebagai lagu latar dalam kegiatan Sarasehan Nasional Satu Abad NU yang digelar oleh DPP PKB pada Senin (30/1/2023) lalu. 

Ketua Bidang Keorganisasian PBNU, Ishfah Abidal Aziz mengaku kecewa karena lagu yang didedikasikan untuk warga NU malah digunakan untuk kepentingan politik. 

"Yang jelas kita kecewa kalau kemudian mars 1 abad NU yang didedikasikan untuk keberkahan bagi warga Nahdlatul Ulama malah digunakan untuk kepentingan politik praktis. Kita jelas kecewa," kata Ishfah Abidal Aziz, dikutip dari Kompas.com pada Kamis (2/2/2023).

Ia menjelaskan alasan dirinya menyebut acara itu sebagai kepentingan politik praktis. Menurutnya, pemakaian mars 1 abad NU itu menegaskan upaya PKB untuk mengesankan dirinya terafiliasi dengan NU sebagai ormas, jelang Pemilu 2024.

Padahal, sejak Yahya Cholil Staquf menakhodai NU pada akhir Desember 2021, eks juru bicara Presiden Abdurrahman Wahid itu sudah menegaskan bahwa ormas Islam terbesar di Indonesia itu tidak akan terlibat politik praktis, juga tidak berafiliasi dengan salah satu kubu/partai politik termasuk PKB yang secara historis memang didirikan ulama dan pengurus PBNU.

"Saya minta kepada teman-teman di PKB untuk berpolitik secara jujur dan bertanggung jawab. NU tidak untuk mendukung atau kemudian diklaim milik partai tertentu," ujar Ishfah.

"NU milik bangsa dan negara serta menyerahkan dan membebaskan warga Nahdlatul Ulama untuk menyampaikan aspirasi politiknya," sambungnya. 

PKB pun angkat bicara setelah dituding berupaya memanipulasi nahdliyin untuk kepentingan politik praktis jelang Pemilu 2024.

Wakil Ketua Umum PKB, Jazilul Fawaid, justru menganggap ada penyusup di tubuh pengurus ormas Islam terbesar di Indonesia itu.

"Sak karepmu (suka-suka kamu)! Aku enggak ngurusi mars. Hikmat PKB akan jalan terus dari Satu Abad ini sampai kapan pun," ungkap Jazil dikutip dari Kompas.com.

Ia justru menyuruh PBNU tidak mengingkari fakta sejarah bahwa kelahiran PKB dibidani oleh para ulama NU dan pengurus PBNU di era kepemimpinan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Jazil berujar bahwa hal itu adalah tanggung jawab sejarah dan PKB akan terus memikulnya.

"Justru yang perlu diwaspadai itu adalah para penumpang gelap yang menyusup di tubuh PBNU," ucap dia.

"Karena mereka itu yang sering mengatasnamakan NU untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya," tandasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES