Ditengah Kurang Gregetnya Debat Paslon Wali Kota Banjar, BBWS Diserang Sudarsono di Panggung Debat
TIMESINDONESIA, BANJAR – Debat publik perdana pasangan calon wali kota Banjar (Paslon Wali Kota Banjar) dan wakilnya pada Selasa malam mendapatkan beragam tanggapan dari masyarakat yang menyaksikan melalui siaran virtual di beberapa platform yang disediakan KPU.
Salah satunya dari mantan komisioner KPU sekaligus aktivis perempuan, Rohani yang menyebut bahwa pelaksanaan debat semalam kurang greget.
Advertisement
"Relatif datar ya, pertanyaan yang digali oleh panelis juga kurang menukik sehingga para calon menjawabnya tidak secara maksimal," ujarnya kepada TIMES Indonesia, Rabu (6/11/2024).
Aktivis yang akrab di sapa Teh Awit ini juga menyampaikan bahwa para paslon dinilai tidak mempersiapkan diri dengan data.
"Mestinya mereka sebelum melakukan debat publik sudah mempersiapkan data yang akurat. Padahal, data tersebut kan bisa diminta ke BPS seperti berapa jumlah prosentasi kemiskinan di Kota Banjar dan berapa jumlah tenaga kerja yang membutuhkan lapangan kerja, semuanya lengkap di BPS," bebernya.
Teh Awit menilai apa yang di perdebatkan semalam adalah hal-hal yang tidak urgent seperti masalah exit tol, Citanduy apalagi kalau misalnya rekam jejak digital ini ada yang memotong-motong.
"Seperti serangan dengan bahasa menukik yang disampaikan paslon nomor urut tiga, Sudarsono ya dimana disebutkan bahwa kehadiran BBWS tidak bermanfaat di Kota Banjar padahal kita tahu persis BBWS ini sudah banyak melahirkan kebermanfaatan apalagi irigasi-irigasi di Kota Banjar yang jauh-jauh hari sudah dibangun oleh BBWS," paparnya.
Pasangan calon yang dinilai relatif tidak keluar dari visi misi awal disebutkan Teh Awit ini adalah paslon nomor urut 1 dimana program yang dimiliki juga relatif realistis pada saat penyampaian visi misinya.
"Tapi ada kelemahannya yaitu di tataran publik speakingnya ya yang menurut saya lebih mengena di paslon no 4 didalam menjawab persoalan-persoalan lebih cepat tanggap dan lugas karena didampingi calon wakilnya yang merupakan gen Z ya generasi kekinian sehingga publik speakingnya mampu menyihir para generasi Alpha yang ada," terangnya.
Menurutnya, paslon no 4 memiliki wawalkot yang menguasai media sehingga lebih bisa menjabarkan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
"Kalau paslon no 2, saya rasa dengan kesederhanaannya harusnya lebih mendalami permasalahan yang digali oleh panelis," tambahnya.
Paslon no 3 disebut mantan dosen di Stisip BP ini sudah relatif bagus dan banyak turun ke bawah untuk merangkul masyarakat.
"Sayangnya dalam debat semalam mereka nampaknya kurang membekali diri dengan data sehingga kalau dalam bahasa sundanya mah mancawura," imbuhnya.
Datarnya debat publik perdana yang digelar KPU semalam di Gesung GBI dinilai Rohani tidak menaikkan adrenalin atau animo para pemilih untuk memberikan applause terhadap ke empat paslon.
Kendati demikian, debat semalam juga menyisakan sebuah bumerang dimana Sudarsono mantan anggota DPRD yang kini maju di perhelatan Pilwalkot menyerang institusi BBWSnya saat debat dengan paslon no 4 Bambang Hidayah yang merupakan mantan Kepala BBWS Citanduy.
"Satu bahasan itu yang cukup menjadi bumerang ya sepertinya dan saya kurang paham apakah beliau ini keceplosan atau bagaimana," katanya.
Hal senada juga disampaikan Iwan, salah satu masyarakat yang menyebut bahwa debat semalam tak ubahnya seperti diskusi di warung kopi.
"Mungkin masih pemanasan karena debat perdana ya tapi memang semalam itu saya lihat tidak didukung data, fakta dan analisa yang mendalam," katanya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |