Dampak Kemenangan Donald Trump bagi Palestina, Ini Kata Peneliti
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Donald Trump menang di Pilpres 2024 Amerika Serikat (AS). Laporan Media New York Times, ia meraih 50,9 persen atau 72 juta popular vote. Dia juga meraih 295 suara elektor mengalahkan Kamala Harris.
Kemenangan Trump tentu menjadi perhatian dunia. Itu karena politik AS akan mengalami perubahan, karena negara ini menjadi penentu banyak hal. Termasuk juga penjajahan yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina.
Advertisement
Peneliti Pusat Riset Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia (UI), Yanuardi Syukur, menyampaikan, sebagai ‘pendukung kuat’ Israel, Trump akan terus pasang badan untuk Israel.
"Tapi dia juga realistis bahwa Israel harus menyelesaikan perang itu, berhenti membunuh orang dan kembali ke perdamaian," katanya kepada TIMES Indonesia, Jumat (8/11/2024).
Ia mengatakan, di satu sisi Trump memang pro terhadap Israel, tapi Trump juga dinilai akan realistis bahwa berdasarkan kepentingan nasional AS, adalah tidak aman jika perang terus berlangsung lama.
"Yang itu akan menguras banyak sumber daya, menciptakan instabilitas geopolitik dan dapat berdampak pada perang dunia III," jelasnya.
Ia menilai, Trump sepertinya tidak tertarik untuk perang dunia III sebagaimana platform Partai Republik pada Pilpres 2024 lalu point 8, yakni “cegah perang dunia ketiga, pulihkan perdamaian di Eropa dan Timur Tengah..”
Apalagi, kata dia, perang saat ini sudah mulai melibatkan state atau non-state actor dari negara lain. Misalnya, untuk perang Israel telah melibatkan juga non-state actor di Lebanon, Yaman, Irak, dan Suriah, dan perang Rusia-Ukraina juga telah melibatkan lebih 11.000 pasukan Korea Utara yang bertempur di garis depan barat, yaitu di wilayah Kursk, Rusia.
"Trump kelihatannya lebih tertarik pada bagaimana menciptakan geopolitik yang damai, stabil dan makmur," jelasnya.
Menurutnya, sebagai pemimpin berlatar belakang pengusaha, logika Trump adalah jika gepolitik stabil dan damai, maka harga komoditas bisa lebih stabil dan kemakmuran dapat tercapai. Dalam pandangan Trump, semua negara pasti ingin mencapai kemakmuran.
Memperkuat Perdamaian
Menurut Yanuardi Syukur, Trump juga akan melanjutkan kembali ‘Abraham Accords’ untuk normalisasi negara-negara Arab dengan Israel yang telah terimplementasi sebelumnya antara Israel dengan Bahrain, Maroko, UEA dan Sudan.
Spirit perjanjian tersebut adalah bagaimana “menjaga dan memperkuat perdamaian di Timur Tengah dan di seluruh dunia berdasarkan saling pengertian dan hidup berdampingan, serta penghormatan terhadap martabat dan kebebasan manusia, termasuk kebebasan beragama.”
Target mendesaknya saat ini adalah dengan Saudi Arabia. Secara prinsip, Saudi berminat untuk normalisasi namun memberikan syarat yakni harus berdirinya negara merdeka Palestina dengan hak-hak yang harus diberikan untuk Palestina.
Saudi beberapa waktu lalu telah buat ‘aliansi global untuk solusi dunia negara’ yang berfokus untuk itu. Sejalan dengan itu, platform Partai Republik juga telah berkomitmen untuk memperkuat aliansi untuk memulihkan perdamaian di Timur Tengah, termasuk juga di Eropa.
Artinya, lanjut dia, jika Trump dan Netanyahu ingin mendapatkan normalisasi dengan Saudi, maka harga yang harus ditunaikan Israel adalah dengan berdirinya negara Palestina dulu.
"Secara umum, berbagai negara yang pro-solusi dua negara juga tidak menutup diri dengan Israel, namun syaratnya adalah berdirinya negara Palestina dengan hak-hak yang harus didapatkan masyarakat Palestina sebagai manusia dan warga dunia," katanya.
Oleh karena itu, Trump akan lebih realistis dalam politik luar negeri, yakni berupaya agar perang Israel terhadap Gaza berikut proksi Iran bisa selesai dan semuanya kembali damai, sesuatu yang kelihatannya sulit tapi sebagai usaha harus diperjuangkan.
Menurutnya, sebagaimana komitmen Partai Republik yang ingin menjadikan Amerika bangsa yang besar kembali dengan kebenaran, keadilan dan akal sehat, maka kebijakan luar negeri Trump juga seharusnya berasaskan pada tiga hal itu dengan memperhatikan ‘keadilan bagi masyarakat Palestina’.
"Dan, keadilan itu salah satunya adalah dengan serius menciptakan negara Palestina merdeka sesuai dengan prinsip solusi dua negara," ujarnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |