Sosiolog UMM: Elektabilitas WarSa Makin Meroket, Petahana Susah Mengejar
TIMESINDONESIA, MALANG – Dari hasil survei yang dilakukan Lingkar Survei Indonesia (LSI) Denny JA disebutkan bahwa elektabilitas pasangan Warsubi-Salmanudin Yazid (Warsa) terus meroket. Ini membuat Paslon petahana akan susah mengejar mengejar ketertinggalannya di Pilkada Kabupaten Jombang.
Seperti diketahui, survei kedua LSI Denny JA telah merilis elektabilitas pasangan WarSa di angka 60,0 persen dan pasangan Mundjidah Wahab-Sumrambah di angka 22,5 persen, sementara masih ada suara yang belum memutuskan/merahasiakan pilihannya sebesar 17,5 persen.
Advertisement
"Berdasarkan pengalaman survei, jika suatu Paslon mengalami penurunan elektabilitas terus menerus, maka Paslon tersebut akan kesulitan untuk naik kembali. Mereka sudah kehilangan momentum," ujar Profesor Wahyudi Winarjo, Dosen Sosiologi Politik FISIP Univ. Muhammadiyah Malang (UMM), Sabtu (16/11/2024).
Paslon tersebut, kata dia, telah kehilangan momen untuk naik kembali elektabilitasnya. Arus kecenderungan pilihan politik dari konstituen akan terus tergerus karena Poslon tersebut sudah kehilangan kepercayaan dari masyarakat.
"Nilai, trust, dan jaringannya juga akan makin berkurang. Perlahan menghilang. Paslon yang terus menerus menurun elektabilitasnya akan kehilangan modal politik. Legitimasi dirinya terus terkikis," tambah Profesor Wahyudi.
Ia menambahkan, incumbent yang dikalahkan elektabilitasnya oleh Paslon pendatang baru itu berarti asumsinya, incumbent tersebut ketika menjabat belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.
"Dalam perspektif teori sosiologi, dapat dikatakan, bahwa kinerja politik dan kinerja ekonomi dari incumbent belum sesuai dengan harapan masyarakat, sehingga dia mengalami deligitimasi," tambahnya.
*Black Campaign Tidak Akan Mempengaruhi Suara*
Ditanya soal black campaign yang muncul ketika menjelang pencoblosan, Profesor Wahyudi menekankan bahwa hal tersebut tidak terlalu signifikan mempengaruhi suara di bawah.
"Sudah bukan hal yang baru. Black campaign akan selalu terjadi di setiap momen politik. Tidak ada pengaruh pada pemilih rasional dan kritis," katanya.
Meski begitu, black campaign mungkin akan mempengaruhi pemilih yang tidak rasional dan tidak kritis, yang mana mereka itu umumnya kurang memiliki literasi politik yang tinggi. Hanya jumlahnya mungkin tidak akan terlalu signifikan. Sebab saat ini masyarakat sudah banyak yang melek politik. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Sholihin Nur |