Kisah Tenzing Norgay, Sosok Inspiratif yang Jadi Rujukan Filosofi Ketulusan Hati
TIMESINDONESIA, SURABAYA – Pangdam V/Brawijaya Mayjen Farid Makruf di depan para veteran berkisah tentang sosok Tenzing Norgay di Makodam V/Brawijaya Minggu malam (9/5/2023). Sosok pahlawan sesungguhnya di balik para pahlawan yang tampak di permukaan. Siapa sosok Tenzing Norgay? Berikut catatan TIMES Indonesia.
***
Advertisement
Senin, 29 Mei 1953 menjadi hari bersejarah ketika Sir Edmund Hillary, pendaki asal Selandia Baru. Ia berhasil mencapai puncak Gunung Everest. Gunung tertinggi di dunia.
Namun, di balik keberhasilan luar biasa ini, ada kisah menginspirasi tentang Tenzing Norgay, penduduk asli Nepal. Tenzing adalah pekerja yang memandu para pendaki. Di negara itu biasa disebut sherpa.
Sherpa sendiri adalah pemandu gunung bagi para pendaki yang ingin mendaki Everest. Tenzing salah satunya yang menjalani profesi itu.
Pada 29 Mei pukul 11.30, Tenzing Norgay bersama Sir Edmund Hillary mencapai puncak Everest setelah melalui perjalanan yang berat dan penuh tantangan. Keberhasilan mereka menjadi inspirasi bagi ratusan pendaki gunung lainnya.
Apalagi sebelumnya tujuh tim ekspedisi telah berusaha menaklukan gunung tersebut. Namun mereka gagal. Beberapa di antaranya juga pernah dipandu oleh Tenzing Norgay.
Kisah ini menjadi fenomenal. Terutama karena Perang Dunia II baru saja berakhir kala itu.
Atas keberhasilannya, Sir Edmund Hillary mendapatkan gelar kebangsawanan dari Ratu Elizabeth II. Dia pun menjadi terkenal di seluruh dunia.
Akan tetapi, Tenzing Norgay justru tidak mendapatkan pengakuan yang sama meski perannya sangat penting dalam menentukan keberhasilan Sir Edmund Hillary mencapai puncak Everest.
Setelah kembali dari puncak Everest, hampir semua jurnalis dunia berebut mewawancarai Sir Edmund Hillary. Hanya ada satu reporter yang mewawancarai Tenzing Norgay. Wawancara jurnalis radio itu sangat terkesan hingga kini.
Ini cuplikan wawancaranya:
Jurnalis: "Bagaimana perasaan Anda dengan keberhasilan menaklukan puncak gunung tertinggi di dunia?"
Tenzing Norgay: "Sangat senang sekali!"
Jurnalis: "Apakah Anda seorang sherpa bagi Edmund Hillary? Tentunya posisi Anda berada di depannya, bukankah seharusnya Anda yang menjadi orang pertama yang menjejakkan kaki di puncak gunung Everest?"
Tenzing Norgay: "Ya, benar sekali, pada saat tinggal satu langkah mencapai puncak, saya persilakan dia (Edmund Hillary) untuk menjejakkan kakinya dan menjadi orang pertama yang berhasil menaklukan puncak gunung tertinggi di dunia ini."
Jurnalis: "Mengapa Anda melakukan itu untuk dia?"
Tenzing Norgay: "Karena itu adalah impian Edmund Hillary, bukan impian saya, impian saya adalah berhasil membantu dan mengantarkannya meraih impiannya."
Wawancara ini dikutip banyak media hingga sekarang. Para motivator pun seringkali mengisahkan ulang kisah ini.
Kisah Tenzing Norgay ini mengajarkan kita tentang kebesaran hati dan ketulusan dalam membantu orang lain mewujudkan impiannya. Dia tidak mengejar ketenaran atau takut menjadi populer, sekalipun ada kesempatan di depannya.
Tenzing Norgay bangga dapat membantu Sir Edmund Hillary mencapai puncak impian. Penghargaan yang diperoleh Hillary tidak ia sesalkan. Malah sebaliknya. Sangat bahagia!
Kisah Tenzing Norgay menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang. Khususnya di kalangan pendaki gunung dan komunitas penduduk Nepal. Kepeduliannya terhadap rekan pendaki dan dedikasinya untuk membantu orang lain mencapai tujuan mereka menjadi contoh yang patut ditiru.
Tenzing kemudian melanjutkan karirnya sebagai pemandu gunung dan mendirikan perusahaan yang menyediakan layanan pemandu bagi para pendaki yang ingin mencoba mendaki Gunung Everest. Selain itu, ia juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan lingkungan, berkontribusi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Nepal dan menjaga kelestarian alam di sekitarnya.
Keberhasilan Sir Edmund Hillary dan Tenzing Norgay dalam menaklukkan Gunung Everest membuka peluang bagi pendaki gunung lainnya untuk mencoba meraih mimpi mereka. Selama beberapa dekade sejak pencapaian mereka, ratusan pendaki berhasil mencapai puncak Everest.
Beberapa di antaranya juga berasal dari Nepal dan mengikuti jejak Tenzing Norgay sebagai sherpa yang mengantarkan pendaki gunung mencapai puncak.
Kisah Tenzing Norgay menjadi bukti bahwa kebesaran hati dan ketulusan dapat menciptakan kesuksesan dan kebahagiaan yang lebih berarti, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Kepedulian dan dedikasi yang diperlihatkan Tenzing Norgay mengajarkan kita bahwa kebahagiaan sesungguhnya adalah ketika kita dapat membantu orang lain mewujudkan impiannya. Bukan hanya mengejar kesuksesan dan ketenaran semata.
Melalui kisah ini, semoga kita semakin terinspirasi untuk saling membantu, bekerja sama, dan menghargai peran serta kontribusi orang lain dalam mencapai tujuan bersama. Karena pada akhirnya, keberhasilan yang dicapai bersama akan menjadi lebih berharga dan bermakna dalam kehidupan kita. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Khoirul Anwar |
Publisher | : Rifky Rezfany |