Positive News from Indonesia

Perempuan Penjaga Hutan, Rekam Perjuangan Woman Champion di 3 Provinsi

Sabtu, 11 November 2023 - 21:55 | 48.88k
Peluncuran Buku Perempuan Penjaga Hutan di Hotel Santika Premiere Gubeng Surabaya.(Foto : Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Peluncuran Buku Perempuan Penjaga Hutan di Hotel Santika Premiere Gubeng Surabaya.(Foto : Lely Yuana/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Agna Komunika dan The Asia Foundation meluncurkan sebuah buku bertajuk Perempuan Penjaga Hutan di Hotel Shantika Premier Surabaya.

Buku Perempuan Penjaga Hutan tersebut merekam gerakan women champion di bidang perhutanan sosial. Mereka berasal dari tiga provinsi. Aceh Barat, Bengkulu, dan Sulawesi Tengah.

Advertisement

Buku Perempuan Penjaga Hutan  ini disusun oleh Agung Putu Iskandar dari Agna Komunika dan sejumlah penulis dengan pendampingan dari civil society organization (CSO) yang selama ini bergerak bersama para perempuan penjaga hutan atau yang disebut sebagai women champion.

Tiga perempuan yang menjadi pemimpin gerakan di 3 provinsi tersebut bercerita bagaimana perjuangan mereka menjalankan perhutanan sosial di wilayahnya. 

Ada Rita Wati, Ketua Kelompok Perempuan Peduli Lingkungan (KPPL) Maju Bersama, Desa Pal Delapan, Bengkulu. Lalu Velin, Sekretaris Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Masanang Himbiti, Rano, Sulawesi Tengah. Dan Masdalina, Sekretaris Lembaga Pengelola Hutan Kampung (LPHK) Damaran Baru, Aceh. 

Bincang-bincang buku Perempuan Penjaga Hutan dilakukan bersama dua narasumber Pinky Saptandari, seorang gender specialist dan dosen Prodi Antropologi FISIP UNAIR Mujtaba Hamdi, Direktur Wahid Foundation. Jurnalis sekaligus penulis buku senior, Hetty Palestina Yunani, bertindak sebagai moderator.

Dari ketiga perempuan penjaga hutan itu diketahui sejumlah kelompok perempuan menginisiasi pengelolaan lahan taman nasional melalui skema perhutanan sosial (perhutsos). 

Gerakan para perempuan tersebut berhasil menciptakan berbagai dampak mulai dari pemulihan lahan hutan dari kerusakan lingkungan hingga pemberdayaan ekonomi. 

Kisah kelompok perempuan mengawali perhutsos tersebut terekam dalam buku berjudul Perempuan Penjaga Hutan. 

Acara yang dimoderatori oleh Heti Palestina Yunani, yang juga menjadi editor dalam buku tersebut, dimulai dengan paparan Rita Wati merintis Perhutsos di desanya. 

Sepanjang hidup Rita Wati dan warga desa, Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) adalah kawasan terlarang. Pengelola TNKS yang mereka kenal sebagai polisi hutan melarang warga menggarap lahan di kawasan hutan konservasi itu.

Selama ini, hutan telah menopang kehidupan masyarakat desa. Namun, masyarakat tak bisa bebas mengakses karena tidak boleh ada kegiatan apa pun di taman nasional.

Rita lantas membangun komunikasi dengan Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (BBTNKS) yang menaungi kawasannya. Dengan pendampingan dari civil society organization (CSO) LivE melalui berbagai pengorganisasian masyarakat, Rita akhirnya berani menemui pihak BBTNKS. 

Dia bertanya apakah lahan hutan dalam wilayah taman nasional bisa dia kelola?

"Dari sana akhirnya kami memiliki akses untuk melakukan aktivitas pemberdayaan ekonomi di sana," katanya, Sabtu (11/11/2023).

Berbeda dengan Rita, kisah Donsri mengelola hutan diawali dengan relasi yang tidak harmonis dengan petugas BBTNKS. Beberapa kali Donsri harus bersembunyi setiap kali petugas melakukan patroli.

Pernah dia bersembunyi dari petugas justru membuatnya bertemu dengan ular besar. Belum lagi petugas menemukan lahan garapan mereka di hutan, lahan tersebut akan dirusak. 

Padahal, sekarang sudah ada skema bagi masyarakat untuk bisa mengelola hutan sekaligus menjaga kelestariannya. Meski Donsri tidak tampil dalam peluncuran buku tersebut, kisahnya tertulis di dalamnya. 

Yang menarik, kisah sukses pengelolaan perhutsos dalam buku tersebut hampir semuanya dilakukan oleh kelompok perempuan. 

Bahkan, di Damaran Baru, Aceh Barat, para perempuan membentuk ranger alias kelompok patroli penjaga hutan yang semuanya adalah perempuan di tengah budaya patriarki yang kuat Aceh. 

"Kalau bapak-bapak biasa kerja dengan otot, kalau kita perempuan dengan otak," kata Masdalina disambut tawa para hadirin. 

Lain halnya dengan Velin. Di Desa Rano, Palu, perhutsos sudah mampu memiliki kelompok usaha perhutanan sosial (KUPS). Kelompok tersebut memberdayakan masyarakat melalui pengolahan minyak kelapa. 

Padahal, Velin mengawali melakukan gerakan pemberdayaan masyarakat di usia yang masih sangat muda. Belasan tahun. Ditambah dirinya sebagai penyandang disabilitas, tidak banyak masyarakat yang mau mengikuti jejaknya.

"Tapi, saat ini masyarakat sudah bisa memiliki pendapatan dari aktivitas ini. Dari awalnya diremehkan, akhirnya mereka percaya bahwa masyarakat bisa melakukannya. Dan ini tanpa harus melanggar hukum atau kucing-kucingan dengan petugas," katanya.

Mujtaba Hamdi dari Wahid Foundation mengapresiasi buku tersebut. Menurut dia, buku ini masih merekam sebatas aktivitas perempuan pejuang atau woman champion di tiga provinsi. 

"Yang hadir dalam kongres ini ada 14 provinsi. Bagaimana jika ada 14 kisah yang berbeda dari masing-masing provinsi," katanya.

Selain itu, kata Mujtaba, buku tersebut juga bisa dilakukan pendekatan isu, tidak sekadar kewilayahan. Misalnya perempuan Aceh yang kerap disindir karena profesinya sebagai guru ngaji tapi rela keluar masuk hutan. 

"Situasi yang sama saya yakin juga terjadi di daerah lain. Bagaimana agama dihubungkan dengan lingkungan hidup. Ternyata, ada masyarakat yang menentang," katanya.

"Acara peluncuran itu berlangsung di tengah acara Konferensi dan Kongres Perempuan dan Generasi Muda Penjaga Hutan; Merawat Hutan, Memperkuat Kesetaraan, dan Menjaga Ketahanan Pangan Lokal, di Surabaya, 7-10 November 2023," kata ketua panitia Ike Sulistiowati, Direktur Yayasan PUPUK Surabaya. 

Dalam acara peluncuran buku Perempuan Penjaga Hutan yang digelar oleh PUPUK (Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil) itu, dihadiri ratusan peserta dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, Gender Focal Point (GFP), women champion dan youth champion yang berasal dari 14 provinsi (Aceh, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Selatan dan Papua.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES