Sofa Botol Plastik Buatan Bank Sampah Sapu Jagad Magetan Tarik Perhatian Berbagai Kalangan

TIMESINDONESIA, MAGETAN – Memanfaatkan sampah menjadi barang bernilai ekonomis dari Bank Sampah Sapu Jagad (BSSJ) Magetan nampaknya mampu menarik perhatian dari berbagai kalangan.
Hal itu terbukti Bank Sampah Sapu Jagad menerima Study Tiru dari Desa Kedungbocok, Kecamatan Tarik, Kabupaten Sidoarjo untuk membuat sofa dari bahan botol plastik yang akan diikuti oleh kurang lebih 100 orang yang tergabung dari Pemdes, BPD, Kader RT/RW serta LPM.
Advertisement
Direktur Bank Sampah Sapu Jagad, Juli Kuswanto mengatakan, Bank Sampah Sapu Jagad memang cukup sering menjadi objek penelitian mahasiswa dari beberapa Universitas ternama di Indonesia, serta cukup sering menjadi tempat untuk Study Tiru dari berbagai kalangan.
"Sofa botol plastik (botik) memang menjadi daya tarik sendiri, karena di Jawa Timur yang menghasilkan daur ulang botol plastik menjadi sofa itu baru di Magetan," ujarnya saat ditemui TIMES Indonesia di Sekretariat Bank Sampah Sapu Jagad, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, Sabtu (16/12/2023).
Nantinya, dalam Study Tiru bersama Pemdes, BPD, Kader RT/RW serta LPM dari Kabupaten Sidoarjo akan mempelajari bagaimana melakukan pemilahan sampah serta membuat sofa yang elegan dan bernilai ekonomis tinggi dari botol plastik.
"Sampah itu kalau kita kelola dengan baik dapat menghasilkan nilai jual yang tinggi, dari hanya pada dibuang. Ini bisa bermanfaat kalau mau kreatif dan inovatif dan menghasilkan produk daur ulang, daripada hanya dijual kiloan yang harganya hanya Rp 1500/kilogram," jelasnya.
Rombongan dari Desa Kedungbocok, Kecamatan Tarik, Kabupaten Sidoarjo saat belajar membuat Sofa dari botol plastik. (Foto: Aditya Candra/TIMES Indonesia)
Pun, sofa dari botol plastik tersebut memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi, bagaimana tidak, untuk satu set nya saja dihargai mulai dari Rp 1.500.000-2.000.000.
"Yang membedakan harganya itu hanya ukuran volumemya saja. Dengan adanya BSSJ ini kita juga ikut memperdayakan masyarakat setempat dalam pengelolaan sampah," tuturnya.
Sukarno, Pendamping Desa Pemdes Kedungbocok, menambahkan, di Desa nya belum ada pemanfaatan sampah yang terpadu, dan tujuannya datang ke Bank Sampah Sapu Jagad pihaknya ingin belajar mengelola sampah agar tidak salah konsep, sehingga sampah dapat tertangani di lingkungan masyarakat.
"Rencana kita kedepan, sampah dapat selesai dirumah. Untuk nanti praktik cara pengelolaan sampah dari rumah, setelah dikelola, dipisah dan diimplemntasikan seperti bank sampah, lalu kemudian baru ada pemanfaatkan hasilnya, Kalau cuman dipisah saja tapi tidak dimanfaatkan ya sama saja," ungkapnya saat melakukan Study Tiru ke Bank Sampah Sapu Jagad Magetan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |