Polemik Perubahan Nama Bandara Lombok, Ini Kata Tokoh Lombok Tengah

TIMESINDONESIA, LOMBOK TENGAH – Tokoh masyarakat asal Lombok Tengah (Lo-Teng) Lalu Andi Sumantri berpendapat polemik dan kontroversi perubahan nama Bandara Internasional Lombok (BIL) menjadi Bandara Internasional Zainuddin Abdul Majid (ZAM) sangat kontraproduktif jika terjadi pembiaran yang berlarut-larut tanpa titik temu.
Ia menilai, jika polemik perubahan nama bandara terus berlanjut, maka akan merugikan citra baik masyarakat Gumi Pair Lombok yang terkesan tidak kompak dan bersatu. Ia pun meminta polemik tersebut segera dihentikan.
Advertisement
"Konfrontasi wacana dan aksi pro-kontra, jika tidak ada penyelesaian secara holistik dan kultural akan merugikan semua pihak yang bersengketa. Stigma lama bahwa masyarakat Lombok sulit bersatu dan mudah dipecah belah semakin kuat pembenarannya," kata Lalu Andi Sumantri, kepada TIMES Indonesia, Sabtu (15/9/2018).
Mamiq Andi sapaan akrabnya, mengaku prihatin dan tidak habis pikir mengapa urusan penggantian nama bandara internasional Lombok diributkan secara terbuka. "Padahal sebagai pulau seribu masjid, masyarakat harusnya bangga salah satu tokoh pahlawan nasionalnya diabadikan namanya dalam prasasti Bandara Internasional ZAM," ucapnya.
Lebih jauh, ia memaparkan, dengan perubahan nama tersebut, secara religius dan kultural ada penghormatan kepada ketokohan TGH Zainuddin Abdul Majid sekaligus wujud bakti warga Gumi Pair Lombok menghormati peran kepahlawanan dan perjuangan TGH Zainuddin Abdul Madjid. “Sebagai Umara tidak ada yang salah dalam pengabadian nama TGH Zainuddin Abdul Madjid sebagai nama bandara internasional di pulau Lombok,” ungkapnya.
Mamiq Andi mengaku merasa kuatir jika polemik ini tidak ditangani secara bijaksana oleh para stakeholder yang terlibat. Segresi sosial ini akan menjadi pintu masuk timbulnya konflik horizontal yang lebih dalam. ”Untuk itu pemerintah segera turun tangan menenangkan situasi meregangnya sosial kemasyarakatan yang sedang menyimpan bara api ini," tutur Mamiq Andi.
Sementara, tokoh Pemuda Milineal lintas ummat, Sudirman Harianto melihat kecenderungan meluasnya ekskalasi konflik pro kontra soal isu bandara diduga atau ditengarai faktor X dibalik isu ini.
Menurut dia, hal ini terlihat dari tampilnya sejumlah tokoh elit yang tidak bebas kepentingan dalam menggalang euforia psikologi massa dengan jargon-jargon perlawanan. "Segera melakukan moderasi ekskalasi konflik penting dilakukan agar tidak menjadi bola liar yang tidak bisa dikontrol,” ujarnya.
Sudirman memandang, dalam polemik tersebut yang "bertempur wacana" hanya sebatas elit politik. Karenanya, proses penyelesaian atau mediasi konfliknya lebih mudah terlokalisir karena tanpa melibatkan kekuatan rakyat dalam arti sesungguhnya.
“Model penyelesaian mencari titik temu diantara para elit penting dikedepankan secara adil dan transparan untuk mengurai permasalahan dari semua aspek,” kata Sudirman menutup pembicaraan.
Sebelumnya dikabarkan, perubahan nama baru Bandara Lombok yang berada di Kabupaten Lombok Tengah tersebut sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Perhubungan yang ditandatangani pada 5 September 2018.
Dalam surat itu disebutkan perubahan nama Bandara Lombok mendapatkan persetujuan dari DPRD NTB, Gubernur NTB, Mejelis Adat Sasak, dan Keputusan Presiden Indonesia Nomor 115/TK/Tahun 2017 tentang penganugerahan gelar pahlawan nasional. Hal ini menuai polemik di masyarakat Lombok.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Rochmat Shobirin |
Sumber | : TIMES Lombok |