Ekonomi

Mengintip Tren Musim Resign Karyawan: Adaptasi AI Jadi Biang Kerok?

Kamis, 27 Juni 2024 - 06:20 | 15.75k
Ilustrasi. (Foto: Akademi AI Indonesia)
Ilustrasi. (Foto: Akademi AI Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Fenomena 'musim resign' semakin marak akibat adaptasi teknologi AI. Survei PwC menunjukkan peningkatan pekerja yang berniat pindah kerja dalam 12 bulan ke depan. Apa penyebabnya? Apa pula persiapan menghadapi gelombang itu? Berikut news analysis dari Rifqy Rezvany, mahasiswa Statistik ITS Surabaya yang juga Digital Journalist TIMES Indonesia.

***

Dalam setahun ke depan, fenomena 'musim resign' atau gelombang pekerja yang berhenti kerja diprediksi akan semakin ramai. Hal ini tidak terlepas dari semakin maraknya adaptasi teknologi kecerdasan buatan (AI) di berbagai sektor industri. 

Dikutip dari CNBC yang memaparkan survei global yang dilakukan oleh PwC, menunjukkan bahwa proporsi pekerja yang berniat untuk berpindah pekerjaan dalam 12 bulan ke depan mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan periode sebelumnya, bahkan melampaui "pengunduran diri besar-besaran" (great resignation) pada tahun 2022.

Menurut survei tersebut, sekitar 28% dari lebih dari 56.000 pekerja yang disurvei oleh PwC menyatakan mereka sangat atau sangat mungkin untuk meninggalkan perusahaan mereka saat ini dalam setahun ke depan. Angka ini meningkat dibandingkan dengan 19% pada tahun 2022 dan 26% pada tahun 2023. 

Adaptasi Teknologi dan Peningkatan Keterampilan

Di tengah gelombang resign yang semakin tinggi, para pekerja mulai menyadari pentingnya adaptasi terhadap teknologi baru seperti kecerdasan buatan generatif (GenAI). Survei Hopes and Fears 2024 yang dilakukan oleh PwC mengungkapkan bahwa para pekerja kini memprioritaskan peningkatan keterampilan di tengah meningkatnya beban kerja dan ketidakpastian di lingkungan kerja saat ini.

Pete Brown, pemimpin tenaga kerja global di PwC UK, menyatakan bahwa karyawan memberikan nilai lebih pada organisasi yang berinvestasi dalam peningkatan skill mereka, termasuk dalam penggunaan AI. Brown menekankan bahwa bisnis harus memprioritaskan pengembangan keterampilan dan pengalaman karyawan untuk dapat bersaing di era teknologi yang semakin maju ini.

Perubahan Tempat Kerja yang Semakin Cepat

Survei tersebut juga mengungkapkan bahwa sekitar 45% pekerja mengalami peningkatan beban kerja dan percepatan perubahan tempat kerja dalam 12 bulan terakhir. Lebih dari separuh responden, yaitu 62%, melaporkan bahwa mereka melihat lebih banyak perubahan di tempat kerja dalam satu tahun terakhir dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Di antara karyawan yang menggunakan GenAI setiap hari, sebanyak 82% menyatakan bahwa mereka berharap teknologi ini dapat meningkatkan efisiensi mereka dalam 12 bulan ke depan. Hal ini mencerminkan keyakinan bahwa peluang yang ditawarkan oleh GenAI akan mendukung pertumbuhan karier mereka. 

Bahkan, hampir separuh dari responden survei PwC memperkirakan bahwa penggunaan GenAI akan meningkatkan gaji mereka, dan hampir dua pertiga berharap teknologi ini akan meningkatkan kualitas pekerjaan mereka.

Investasi pada Karyawan dan Teknolog

Carol Stubbings, pemimpin pasar global dan layanan pajak serta hukum di PwC Inggris, menyatakan bahwa pengusaha harus berinvestasi pada staf dan platform teknologi untuk mengurangi tekanan dan mempertahankan talenta. "Temuan ini menunjukkan bahwa kepuasan kerja tidak lagi cukup," katanya. 

Stubbings menekankan pentingnya investasi pada karyawan agar mereka dapat beradaptasi dengan perubahan cepat yang terjadi di lingkungan kerja. Hal ini termasuk memberikan pelatihan yang relevan dan mendukung penggunaan teknologi baru seperti GenAI.

Fenomena 'musim resign' yang semakin marak menunjukkan bahwa adaptasi terhadap teknologi baru menjadi salah satu faktor utama yang mendorong pekerja untuk mencari peluang baru. Survei PwC memberikan gambaran bahwa para pekerja semakin menyadari pentingnya peningkatan keterampilan di tengah perubahan cepat di tempat kerja. 

"Organisasi yang mampu berinvestasi dalam pengembangan karyawan dan teknologi baru memiliki peluang lebih besar untuk mempertahankan talenta dan meningkatkan efisiensi serta kualitas pekerjaan," katanya.

Dengan demikian, adaptasi terhadap AI dan peningkatan keterampilan menjadi kunci utama dalam menghadapi tantangan di era teknologi ini. Perusahaan yang mampu merespon dengan cepat dan efektif terhadap perubahan ini akan mampu bertahan dan berkembang di tengah persaingan global yang semakin ketat. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rifky Rezfany

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES