Wisata

Menyusuri Jejak Megalitikum di Jawa Timur: Wisata Sejarah ke Masa Silam

Rabu, 23 April 2025 - 14:14 | 5.58k
Situs megalitikum di Desa Pekauman Kecamatan Grujugan Bondowoso. Situs ini manjadi bagian UNESCO Global Geopark (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia).
Situs megalitikum di Desa Pekauman Kecamatan Grujugan Bondowoso. Situs ini manjadi bagian UNESCO Global Geopark (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia).
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Jawa Timur tak hanya menyimpan keelokan alam dan kekayaan kuliner, tapi juga jejak-jejak budaya yang telah tertanam sejak ribuan tahun silam. Salah satunya adalah peninggalan budaya megalitikum, yaitu tradisi masyarakat prasejarah yang membangun struktur dari batu besar untuk keperluan ritual, pemujaan, atau pemakaman.

Beberapa wilayah di Jawa Timur seperti Bondowoso, Bojonegoro, Tuban, dan Magetan menyimpan situs-situs berharga ini. Situs situs megah ini mengajak kita untuk menelusuri peradaban purba yang pernah tumbuh di tanah Jawa.

Advertisement

Berikut situs-situs megalitik yang tersebar di Jawa Timur berdasarkan catatatan Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur.

Bondowoso: Museum Megalit Terbuka di Timur Jawa
Bondowoso sering dijuluki sebagai "Kota Seribu Dolmen", dan julukan ini bukan tanpa alasan. Di berbagai penjuru wilayahnya, tersebar puluhan situs megalitik dengan berbagai bentuk dan fungsi.

Bukit Andung di Pakuniran, Maesan menyimpan belasan batu kenong—batu-batu berbentuk bulat dengan tonjolan di tengah, yang dulunya berfungsi sebagai umpak atau fondasi rumah. Menariknya, formasi batu ini membentuk lingkaran, memberi gambaran tentang bentuk rumah adat purba yang kemungkinan mirip rumah tradisional Pulau Nias.

Di Pujer dan Lombok Kulon, Wonosari, kita bisa menemukan dolmen, yaitu meja batu tempat penguburan nenek moyang. Beberapa dolmen berdiri kokoh dengan tiga atau empat kaki penyangga, bahkan masih berada di area persawahan warga, menambah sensasi eksotis saat berkunjung.

Desa Nangkaan dan Glingseran di Wringin adalah tempat ditemukannya sarkofagus, peti kubur dari batu yang masih menyimpan misteri masa silam. Beberapa di antaranya telah rusak, namun ukurannya yang besar (hingga hampir 3 meter) menunjukkan pentingnya tokoh yang dikuburkan di sana.

Di Grojogan, terdapat dolmen dan menhir dengan bentuk menyerupai sosok manusia. Salah satu menhir bahkan diduga menggambarkan figur perempuan, menunjukkan bahwa simbolisme gender sudah dikenal dalam budaya megalitik.

Bojonegoro, Tuban, dan Magetan: Jejak Batu yang Terlupakan
Selain Bondowoso, wilayah seperti Bojonegoro, Tuban, dan Magetan juga menyimpan peninggalan megalitik, meskipun tidak sebanyak Bondowoso.

Di Tuban dan Bojonegoro, beberapa situs batu kenong dan dolmen ditemukan di kawasan pedesaan yang masih alami. Sayangnya, banyak di antaranya belum terdokumentasi secara luas dan belum ditetapkan sebagai cagar budaya.

Magetan, yang terletak di lereng barat Gunung Lawu, juga memiliki temuan megalitik yang tersebar di beberapa desa. Lokasinya yang berada di dataran tinggi menyiratkan pola hidup masyarakat purba yang menyatu dengan alam pegunungan.

Tips Mengunjungi Situs Megalitik

  • Berkunjung dengan Pemandu Lokal: Karena banyak situs belum sepenuhnya dikelola sebagai destinasi wisata resmi, menggunakan jasa pemandu lokal akan sangat membantu.
  • Hormati Situs dan Budaya Sekitar: Situs-situs ini masih dianggap sakral oleh masyarakat sekitar. Hormatilah adat dan jangan merusak atau mengambil benda dari lokasi.
  • Waktu Terbaik Berkunjung: Musim kemarau (Mei–September) adalah waktu terbaik untuk berkunjung, karena banyak situs terletak di area terbuka seperti sawah dan perbukitan.

Menggenggam Masa Silam di Batu-Batu Sunyi
Melancong ke situs megalitik bukan hanya perjalanan fisik, melainkan juga perjalanan spiritual dan historis. Batu-batu tua yang tersebar di Bondowoso dan sekitarnya bukan sekadar sisa masa lalu, tetapi saksi bisu yang menyimpan cerita tentang leluhur, kepercayaan, dan kebijaksanaan lokal yang telah mengakar ribuan tahun lamanya. Jawa Timur, dengan segala pesonanya, mengajak kita untuk melihat ke belakang, bukan untuk terjebak di masa lalu, tapi untuk lebih memahami siapa kita hari ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES