Asap Hitam Masih di Atas Kapel Sistina, Paus Baru Belum Muncul

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Hingga pelaksanaan Konklaf ketiga Kamis (8/5/2025) sore sekitar pukul 17.50 WIB tadi, asap hitam yang keluar dari cerobong khusus yang dipasang di atas genteng Kapel Sistina, Vatikan.
Itu artinya Paus baru ke-276 masih juga belum terpilih.
Advertisement
Asap hitam mengepul dari cerobong asap di atas Kapel Sistina pada pukul 11.50 (waktu Vatikan) pada Kamis pagi, menandakan pemungutan suara kedua pada hari pertama konklaf dan pemungutan suara ketiga secara keseluruhan masih belum meyakinkan bahwa Paus ke-276 terpilih.
Putaran pagi sekitar pukul 12.00 waktu setempat (10.00 GMT) dan putaran malam sekitar pukul 19.00 (17.00 GMT).
Kini para kardinal sedang istirahat makan siang. Tetapi sekitar 150.000 orang masih berkumpul di alun-alun lapangan Santo Petrus dan mereka terus menatap cerobong asap dengan penuh harap. Pemungutan suara diperkirakan akan dilanjutkan mulai sekitar pukul 19:00 atau pukul 23.00 malam ini.
Di antara mereka yang berada di alun-alun itu adalah Sarah dan Cameron, pasangan pengantin baru dari Indiana yang sedang berbulan madu di Roma.
Mereka memberi tahu Kielce Gussie bahwa mereka seharusnya menghadiri Misa bersama Paus Fransiskus pada hari Kamis, tetapi meskipun sedih karena hal itu tidak lagi terjadi, mereka tahu bahwa "ini adalah kesempatan sekali seumur hidup".
Sarah mengungkapkan harapannya bahwa Paus yang baru mungkin mampu menjadi suara akal sehat di dunia yang sedang bermasalah.
Bukan hanya 150.000 orang di lapangan Santo Petrus Vatikan saja yang berharap cemas menunggu terpilihnya Paus pengganti Paus Fransiskus kali ini, 1,4 miliar umat Katolik se dunia saat ini juga menantikan hal yang sama, yakni munculnya asap putih dari cerobong yang dipasang di atas Kapel Sistina, Vatikan, Roma, Italia.
Saat ini 133 kardinal masih berkumpul di hari kedua konklaf untuk memilih penerus mendiang Paus Fransiskus.
Mata umat Katolik sedunia dan lainnya sedang tertuju pada cerobong asap di atas Kapel Sistina di Vatikan pada hari Kamis, tempat para kardinal yang bertugas memilih paus baru bertemu untuk hari kedua dalam konklaf yang terbuka untuk semua kemungkinan itu.
Ke-133 kardinal pemilih itu tidak bisa menyetujui nama paus berikutnya pada Rabu malam selama satu-satunya sesi pemungutan suara yang diadakan pada sore hari saat konklaf mereka dimulai.
Hal ini tentunya mengecewakan ribuan umat Katolik yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus di Vatikan ketika mereka melihat asap hitam mengepul dari cerobong asap.
Hal itu sudah diduga, karena putaran pertama pemungutan suara memungkinkan mereka mengukur kekuatan dari berbagai kekuatan sebelum musyawarah diantara para kardinal, yang mewakili berbagai faksi dalam Sinode Suci yang sangat beragam.
Hari ini, Kamis, "Para Pangeran Gereja," demikian para kardinal disebut, akan mulai memberikan suara lagi, dengan dua sesi selama sesi pagi dan dua sesi lagi di sore hari, atau malam ini Waktu Indonesia Bagian Barat (WIB).
Jika sebuah nama mendapat suara mayoritas dua pertiga, atau 89 suara, maka dunia akan segera mengetahuinya dan asap putih akan mengepul dari cerobong kecil di atap gereja.
Jika tidak ada kesepakatan mengenai nama, maka asap hitam yang akan mengepul dari kedua putaran pemungutan suara.
Durasi pelaksanaan seputar acara ini tidak diketahui dan sulit diprediksi. Sebagai perbandingan, konsili berlangsung selama dua hari untuk memilih Benediktus XVI pada tahun 2005 dan Paus Fransiskus pada tahun 2013.
Dengan jumlah rekor kardinal elektor dari 70 negara, termasuk 15 yang baru pertama kali hadir seperti Haiti dan Tanjung Verde, konklaf kali ini tampaknya terbuka terhadap semua kemungkinan.
Taruhan daring mengenai identitas paus berikutnya marak, dengan fokus pada warga Italia Pietro Parolin dan Pierbattista Pizzaballa, warga Malta Mario Grech, Uskup Prancis Jean-Marc Avelin dari Marseille, dan warga Filipina Luis Antonio Tagle .
Kartrid kalium perklorat
Tahukah anda, mengapa cerobong asap di atas Kapel Sistina itu bisa mengeluarkan asap berwarna hitam dan asap berwarna putih?.
Ternyata begini yang dilakukan para pelaksan dari balik kapel tempat para kardinal "dikurung dari dunia luar" itu untuk menentukan terpilihnya Paus ke 276 setelah meninggalnya Paus Fransiskus, 21 April 2025 lalu.
Di saat nama Paus belum terpilih, maka surat suara dari para kardinal itu dikumpulkan kemudian dibakar.
Saat dibakar, kertas-kertas itu kemudian dicampur dengan kartrid kalium perklorat, antrasena, dan sulfur, sehingga menimbulkan asap hitam
Nanti, bila nama Paus itu sudah terpilih, maka surat suara dari para kardinal itu juga akan dibakar, namun campurannya berbeda yakni klorat, laktosa, dan resin kloroform, sehingga menciptakan asap putih dan lonceng akan berbunyi.
Proses khidmat dan rahasia ini dimulai pada sore hari ketika 133 kardinal pemilih itu dikurung dalam kapel Sistina yang dikunci.
Para kardinal itu akan memberikan suara maksimal empat kali sehari yakni dua kali di pagi hari dan dua kali di sore hari, sampai seorang kardinal memperoleh mayoritas dua pertiga yang diperlukan untuk menjadi pemimpin ke-267 Gereja Katolik se Dunia.
Para kardinal akan tetap terkunci di Vatikan, disumpah untuk menjaga kerahasiaan dan tanpa akses ke dunia luar, sampai pemilihan pemimpin baru dari 1,4 miliar umat Katolik di dunia.
Dua konklaf sebelumnya pada tahun 2005 dan 2013, yang menyaksikan pemilihan Benediktus XVI dan Fransiskus, keduanya berlangsung selama dua hari.
Beberapa pemilihan paus pada abad ke-20 juga ada yang memakan waktu hingga lima hari sementara konklaf terpanjang dalam sejarah, pada abad ke-13, berlangsung selama dua tahun dan sembilan bulan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |