Ekonomi

Alarm BI: Bank Lebih Suka Parkir di Surat Berharga Ketimbang Salurkan Kredit

Rabu, 16 Juli 2025 - 21:12 | 8.81k
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Juli 2025 di Jakarta, Rabu (16/7/2025). (Foto: Antara/Rizka Khaerunnisa)
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Juli 2025 di Jakarta, Rabu (16/7/2025). (Foto: Antara/Rizka Khaerunnisa)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menyoroti perbankan yang cenderung menempatkan likuiditas pada surat-surat berharga daripada menyalurkannya sebagai kredit atau pembiayaan kepada debitur.

Selain itu, bank sentral juga menyoroti perbankan yang terlalu berhati-hati menyalurkan likuiditas sebagai kredit karena standar penyaluran (lending standard) yang tinggi.

Advertisement

“Dari sisi penawaran, preferensi bank yang menaruh alat likuidnya atau ekses likuiditasnya pada surat-surat berharga dibandingkan dengan mendorong kredit. Dan tentu saja juga kelihatan lending standard yang cenderung meningkat,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Juli 2025 di Jakarta, Rabu (16/7/2025).

Pada Juni 2025, kredit perbankan tumbuh sebesar 7,77 persen year on year (yoy) atau menurun dibandingkan dengan pertumbuhan Mei 2025 sebesar 8,43 persen (yoy).

Sementara itu, likuiditas perbankan yang tercermin dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tercatat tinggi, yakni sebesar 27,05 persen pada Juni 2025.

Di tengah pelonggaran suku bunga kebijakan, BI mencatat bahwa suku bunga kredit perbankan masih tinggi yaitu 9,16 persen pada Juni 2025, tidak jauh berbeda dari 9,18 persen pada Mei 2025.

“Pertanyaannya kenapa suku bunga (perbankan) belum turun. Kenapa kredit juga pertumbuhannya bulan lalu juga turun. Kami analisis dari sisi permintaan maupun penawaran kredit. Dari sisi supply of the bank, tadi kami sampaikan bukan masalah likuiditas karena AL/DPK sangat tinggi, 27 persen,” kata Perry.

Ia menegaskan, bank sentral sudah “all out” mendorong pertumbuhan ekonomi, termasuk mendorong kredit perbankan.

Di samping penurunan BI-Rate, BI juga terus menambahkan likuiditas melalui operasi moneter yang ekspansif serta memperkuat implementasi Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Total penyaluran insentif KLM kepada perbankan yang menyalurkan kredit sektor prioritas mencapai Rp376 triliun hingga minggu pertama Juli 2025.

“Bank Indonesia terus all out untuk mendorong pertumbuhan kredit. Dan bersama pemerintah, kita semua mendorong pertumbuhan ekonomi,” kata Perry.

Senada, Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menilai bahwa kondisi likuiditas perbankan saat ini sangat longgar. Hal ini tercermin dari tingginya minat perbankan dalam lelang Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), dengan rasio bid-to-win yang konsisten di atas 4 kali.

“Artinya, bank itu masih mempunyai kelebihan likuiditas,” catat Destry.

Sementara itu di pasar uang, suku bunga overnight INDONIA terus menurun dari 5,77 persen sebelum pengumuman penurunan BI-Rate pada Mei menjadi 5,14 persen pada 15 Juli 2025. Penurunan ini sejalan dengan penurunan BI-Rate.

Begitu pula pada suku bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan yang juga menurun dari masing-masing sebesar 6,40 persen, 6,44 persen, dan 6,47 persen sebelum penurunan BI-Rate pada Mei 2025 menjadi 5,85 persen, 5,86 persen, dan 5,87 persen pada11 Juli 2025.

Kemudian, imbal hasil SBN untuk tenor 2 tahun menurun dari 6,13 persen menjadi 5,86 persen, sementara untuk tenor 10 tahun menurun dari 6,71 persen menjadi 6,56 persen.

“Jadi kalau kita lihat di sini, transmisi (kebijakan suku bunga) itu sudah terjadi sampai di pasar uang kita dan pasar SBN,” kata Destry.

Namun, menurutnya, tantangan adalah mengubah preferensi bank yang selama ini menempatkan likuiditasnya pada surat berharga agar kembali aktif menyalurkan kredit. BI berharap berbagai program pemerintah dapat meningkatkan permintaan kredit, terutama jika didukung oleh suku bunga yang makin kompetitif.

Adapun pada RDG bulan ini, bank sentral memutuskan untuk memangkas BI-Rate sebesar 25 bps sehingga berada pada level 5,25 persen.

Dengan adanya pelonggaran kebijakan moneter terbaru bulan ini, maka Bank Indonesia telah memangkas BI-Rate sebanyak tiga kali sejak awal tahun.

Pemangkasan BI-Rate masing-masing sebesar 25 bps yang terjadi pada Januari, Mei, dan Juli sehingga kini berada pada level 5,25 persen. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hendarmono Al Sidarto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES