Zakat Fitrah Disalurkan untuk Guru Ngaji, Bolehkah?

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Di tengah hiruk pikuk menjelang Hari Raya Idul Fitri, tradisi membayar zakat fitrah menjadi momen penting bagi umat Islam.
Di berbagai daerah, kebiasaan menyerahkan zakat fitrah kepada guru ngaji masih marak terjadi.
Advertisement
Namun, apakah hal tersebut sah secara hukum Islam?
Rais Syuriah PBNU, KH Mubibbul Aman Aly, menegaskan bahwa memberikan zakat fitrah kepada guru ngaji atas nama "sabilillah" tidak sah menurut Mazhab Syafi'i dan Maliki.
"Menurut Mazhab Syafi'i, guru ngaji tidak bisa menerima zakat fitrah atas nama sabilillah. Namun, bisa menerima zakat fitrah jika keadaannya fakir atau miskin," jelas Kiai Mubib.
Sementara itu, Imam Allakhomi dan Syaikh Sholeh bin Salim dari Mazhab Maliki memasukkan guru ngaji ke dalam kategori "sabilillah". Namun, terdapat perbedaan pendapat terkait alokasi zakat fitrah di Mazhab Maliki, yaitu:
Pendapat pertama, mashrifnya sama dengan zakat mal, boleh diberikan kepada delapan golongan.
Pendapat kedua, hanya boleh diberikan kepada fakir miskin.
Menyadari keragaman pendapat ulama, berikut beberapa solusi yang dapat dipertimbangkan:
1. Memahami Kebutuhan Guru Ngaji:
Penting untuk memahami kondisi ekonomi guru ngaji. Jika guru ngaji termasuk fakir miskin, maka mereka berhak menerima zakat fitrah.
2. Memilih Opsi Zakat Mal:
Jika ingin memberikan zakat kepada guru ngaji yang tidak termasuk fakir miskin, alternatifnya adalah dengan memberikan zakat mal. Zakat mal memiliki cakupan penerima yang lebih luas, termasuk guru ngaji.
3. Menyalurkan Zakat Fitrah ke Lembaga Resmi:
Penyaluran zakat fitrah melalui lembaga resmi terpercaya dapat memastikan pendistribusian yang tepat sasaran sesuai syariat Islam.
4. Dialog dan Edukasi:
Diperlukan dialog dan edukasi kepada masyarakat tentang hukum zakat fitrah yang tepat, termasuk pemahaman tentang kategori "sabilillah" dan delapan golongan penerima zakat.
5. Membangun Kesadaran Kolektif:
Upaya membangun kesadaran kolektif untuk membantu kesejahteraan guru ngaji melalui berbagai platform, seperti infak dan sedekah, dapat menjadi solusi jangka panjang.
(جواهر البخاري بشرح القسطلاني, 192)
أَهْلُ سَبِيْلِ اللهِ أَي الغُزَّاةُ الْمُتَطَوِّعُوْنَ بِالْجِهَادِ، وَإِنْ كَانُوْا أَغْنِيَاءَ، إِعَانَةً عَلىَ الْجِهَادِ وَيَدْخُلُ فِيْ ذَلِكَ طَلَبَةُ الْعِلْمِ الشَّرْعِيِّ وَرُوَّادِ الْحَقِّ وَطُلاَّبُ الْعَدْلِ وَمُقِيْمُوا الإِنْصَافِ وَالْوَعْظِ وَاْلإِرْشَادِ وَنَاصِرِ الدِّيْنِ اه
Dalam Kitab Jawahir Al-Bukhari karya Syaikh Muhammad Musthafa Imarah dijelaskan bahwa yang dimaksud sabilillah, yaitu seorang laki-laki yang rela berjihad, ia diberi bantuan meskipun ia kaya, untuk membantunya dalam peperangan. menjadi sukarelawan untuk berjihad, meskipun mereka kaya, termasuk para pembela ilmu Islam, pelopor kebenaran, pencari keadilan, orang-orang yang menjaga keadilan, penasehat, dan bimbingan, serta orang-orang yang mendukung agama yang benar.
شرح مختصر خليل للخرشي (6/ 350)
فقد أجاب سيدي محمد الصالح بن سليم الأوجلي حين سئل عن إعطاء الزكاة للعالم الغني والقاضي والمدرس ومن في معناهم ممن نفعه عام للمسلمين بما نصه : الحمد لله يجوز إعطاء الزكاة للقارئ والعالم والمعلم ومن فيه منفعة للمسلمين ولو كانوا أغنياء لعموم نفعهم ولبقاء الدين كما نص على جوازها ابن رشد واللخمي وقد عدهم الله سبحانه وتعالى في الأصناف الثمانية التي تعطى لهم الزكاة حيث قال { وفي سبيل الله } يعني : المجاهد لإعلاء كلمة الله ، وإنما ذلك لعموم نفعهم للمسلمين.
Sementara dalam Kitab Syarh Muktashar Khalil Alkharasyi Juz 6 Halaman 350, diceritakan bahwa Sayid Muhammad Al-Saleh bin Salim Al-Awjali menjawab ketika ditanya tentang zakat kepada ulama kaya, hakim, guru, dan orang-orang yang bermanfaat bagi umat Islam, beliau menyatakan: Segala puji bagi Allah. memberikan zakat kepada para pembaca, ulama, guru, dan siapa saja yang mempunyai manfaat bagi umat Islam, sekalipun mereka kaya, untuk kemaslahatan umum bagi mereka dan untuk kelangsungan agama, sebagaimana tercantum dalam kebolehannya.
Sebagaimana dituliskan oleh Ibnu Rusyd dan Al- Lakhmi, Tuhan Yang Maha Esa menggolongkan mereka ke dalam delapan golongan zakat, sebagaimana firman-Nya: “Dan di jalan Allah” artinya: berikhtiar meninggikan firman Allah, namun itu karena kemaslahatannya secara umum bagi umat Islam.
Oleh sebab itu, memberikan zakat fitrah kepada guru ngaji membutuhkan kehati-hatian dan pemahaman yang tepat tentang hukum Islam.
Mencari solusi alternatif selain zakat fitrah, dan membangun kesadaran kolektif untuk membantu kesejahteraan guru ngaji menjadi langkah penting dalam menjaga keharmonisan dan kemaslahatan umat. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Sholihin Nur |