Gus Kautsar: Jika Ingin Menjadi Santri Berguna, Pegang Erat Tradisi Pesantren

TIMESINDONESIA, MALANG – KH Muhammad Abdurrahman al-Kautsar, atau Gus Kautsar, menekankan agar santri dan alumni pesantren dapat memegang erat tradisi pesantren, terutama di era modern saat ini. Hal itu sebagai bagian dari perilaku sehari-hari para santri dan alumni pesantren.
Hal ini disampaikan Gus Kautsar dalam acara Pengajian Tafsir Jalalain dan Syarah Al Hikmah IMAP Malang Raya, bersama sama warga Malang Raya, dalam rangka Peringan Tahun Baru Islam 1446 H, dan Road to Satu Abad PP Al Falah Ploso, di Desa Krebet Senggrong, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, Senin (29/7/2024).
Advertisement
Perkembangan teknologi dan perubahan cepat dalam kehidupan sosial jelas Gus Kautsar, perlu diperhatikan dengan seksama, karena dapat menjadi ancaman.
Oleh karena itu, Gus Kautsar menegaskan bahwa para santri, khususnya santri Al Falah, Ploso, harus terus memelihara tradisi pesantren di masyarakat.
Saat Gus Kautsar membacakan Kitab Tafsir Jalalain dan Syarah al Hikam, ia menjelaskan bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan yang memiliki nilai historis dan kultural penting dalam perjalanan Islam di Indonesia.
"Pesantren bukan hanya tempat belajar agama. Tetapi juga tempat mempelajari dan meneruskan tradisi serta budaya Islam. Santri harus memahami betul tradisi pesantren sebagai bagian dari identitas mereka," tegas Gus Kautsar.
Gus Kautsar menjelaskan bahwa tradisi pesantren mencakup berbagai aspek. Mulai dari ritual harian, tata cara belajar, hingga metode pengajaran yang diwariskan secara turun-temurun.
"Tradisi bukan sekadar kebiasaan lama. Melainkan cara kita menghormati sejarah dan memastikan nilai-nilai agama dan budaya tetap hidup. Santri yang ingin berguna bagi masyarakat harus menjaga dan meneruskan tradisi ini," tegasnya.
Ia juga menambahkan bahwa dalam menjaga tradisi, santri harus dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman, tanpa mengorbankan nilai-nilai dasar yang ada. Gus Kautsar menekankan pentingnya keseimbangan antara inovasi dan pelestarian tradisi.
"Santri harus terbuka terhadap perubahan dan perkembangan. Tetapi tetap mempertahankan esensi dari tradisi. Keseimbangan ini akan membantu santri menjadi individu yang cerdas secara intelektual serta kaya akan nilai-nilai moral dan spiritual," tambahnya.
Gus Kautsar juga mengingatkan bahwa menjaga tradisi berkaitan erat dengan karakter dan sikap santri.
"Santri yang baik adalah mereka yang memiliki karakter kuat yang dibentuk oleh pemahaman dan pengamalan tradisi. Ini mencakup adab, etika dalam berinteraksi, dan kedisiplinan dalam menjalani rutinitas pesantren," ujarnya.
Ia percaya bahwa praktik tradisi yang konsisten akan membentuk karakter santri yang lebih baik dan mempersiapkan mereka menghadapi tantangan masa depan.
Selanjutnya, Gus Kautsar menyoroti peran pesantren dalam pengembangan masyarakat.
"Pesantren tidak hanya mendidik santri, tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi kehidupan masyarakat," jelasnya.
Ia berharap pesantren-pesantren di seluruh Indonesia dapat memperkuat peran dan fungsinya dalam masyarakat dengan tetap memegang teguh tradisi yang ada.
Gus Kautsar mengajak para santri untuk tidak melupakan tradisi yang membentuk dirinya sehingga dapat berguna di masyarakat.
Di akhir pembicaraannya, Gus Kautsar menekankan bahwa keberhasilan santri tidak hanya diukur dari kemampuan akademik atau keterampilan teknis, tetapi juga dari pemahaman dan penghargaan mereka terhadap tradisi.
"Santri yang berguna adalah mereka yang dapat memadukan pengetahuan dengan pengamalan nilai-nilai tradisional. Dengan demikian, mereka tidak hanya menjadi cendekiawan yang terampil, tetapi juga individu yang memiliki karakter dan moral yang kuat," pungkasnya.
Selanjutnya, Gus Kautsar berharap, pesantren terus berperan sebagai lembaga pendidikan yang tidak hanya mencetak santri berilmu, tetapi juga memiliki nilai-nilai moral dan spiritual yang kokoh.
Tradisi, menurut Gus Kautsar, adalah jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa depan, dan santri yang memahami serta memegang erat tradisi akan selalu menjadi aset berharga bagi masyarakat, bangsa dan negara serta agama. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Yatimul Ainun |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |