Religi

Idul Fitri dan Kota yang Mendadak Sepi: Alquran, Tradisi Ramadan, dan Mudik Mahasiswa Rantau

Jumat, 28 Maret 2025 - 16:47 | 22.16k
Oleh: M. Fauzan Zenrif, Guru Besar Ilmu al Qur'an dan Tafsif UIN Maliki Malang.
Oleh: M. Fauzan Zenrif, Guru Besar Ilmu al Qur'an dan Tafsif UIN Maliki Malang.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Idul Fitri sebentar lagi. Idul fitri di Kota, seperti Kota Pendidikan Malang, selalu ada fenomena mudik mahasiswa Rantau. Puluhan atau ratusan ribu mahasiswa yang pulang kampung membuat Kota Malang yang tak pernah tidur, mendadak lengang.

Sebagai Kota Pendidikan, jalan-jalan raya yang tadinya penuh sesak berjejalan sepeda montor berbagai merek dan plat nomor, semakin mendekati hari raya kian berkurang, dan menjadikan kota ini seperti “tertidur.” 

Advertisement

Setiap sudut Kota mendadak sepi. Menjelang idul fitri seperti sekarang, warung-warung besar dan kecil yang selama Bulan Ramadan penuh sesak dengan acara Buka Bersama (Bukber) sudah mulai tak nampak lagi.

Banyak warung kecil yang sudah tutup, dan beberapa kegiatan mahasiswa di café-café dekat kampus juga sudah tidak terlihat lagi. Acara Bukber dan kegiatan kajian Ramadan tidak hanya menjadi momen reuni ketemu dengan teman lama, tetapi juga menjadi ajang mebangun jaringan sosial. Kota, seperti Kota Malang, menjadi tempat terbangunnya jejaring sosial. 

Beberapa minggu lalu, di beberapa masjid kampus dan ruang kelas, masih terlihar riuh jenaka suara mahasiswa yang bersemangat berbagi. Beberapa komunitas mahasiswa daerah, juga organisasi intra dan ekstra kampus, kian banyak yang memilih kegiatan Ramadan dalam bentuk pelatihan mahasiswa produktif atau mahasiswa dan perkembangan teknologi AI.

Kegiatan seperti itu kemudian diakhiri dengan penggalangan donasi dan membagi takjil di pinggir jalan raya atau diantarkan ke rumah-rumah sekitar kampus. Hiruk riuh itu kini sudah tak terdengar dan terlihat lagi. Kota ini mendadak sepi.

Tradisi berbahagia di Bulan Ramadan digambarkan Alquran dalam QS. Yunus (10):57-59; ayat 7 menjelaskan bahwa Alqur’an yang diturunkan pada Bulan Ramadlan merupakan petunjuk (مَوْعِظَةٌ) dan penyembuh penyakit hati (وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ).

Hubungan sosial yang terbangun melalui kegiatan Bukber dan Kegiatan Ramadan Mahasiswa yang menhasilkan jejaring sosial, silatur rahim, berbagi, memberi, kata Malik Badri seorang psikoterapi berbasis spritualitas Islam, dapat meningkatkan kebahagiaan.

Teori ini memperkuat pandangan Martin Seligman yang memperkenalkan model PERMA, yakni kima elemen utama mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan psikologis, positive emotion, engagement, relationships, meaning, dan achievement. 

Melalui bimbingan Alqur’an (هُدًى وَرَحْمَةٌ), manusia bisa mencapai kebahagiaan itu, bahkan dari dunia hingga akhirat kelak. Kebahagiaan di dunia disebutkan dalam ayat 58 dengan kegembiraan (فَلْيَفْرَحُوا ), dan kegembiraan tersebut di Bulan Ramadlan digambarkan dengan rizki (رِزْقٍ) sebagaimana dalam ayat 59.

Pengunaan kata فرح yang berarti gembira menguatkan bahwa apa yang diperoleh mahasiswa melalui Bukber dan Kegiatan Ramadan merupakan kondisi emosi positif yang bersifat sementara karena muncul sebagai respon terhadap situasi tertentu, yakni gembira bertemu dengan teman dan membangun jejaring sosial dalam momentum menyenangkan.

Perasaan seperti itu biasanya hadir karena dipicu oleh kondisi eksternal yang instan. Menurut Ekman, merupakan luapan emosi dasar manusia yang muncul secara spontan.

Kondisi psikologis ini akan meningkat menjadi kebahagiaan. Dalam teori eudaimoinia Aristoteles dan model PERMA Martin Seligman, kegembiraan yang dihasilkan dalam kegiatan Bukber dan Kegiatan Ramadan itu akan menjadi kebahagiaan sejati jika dimunculkan sebagai kesejahteraan psikologis yang stabil, karena kegiatan Ramadan juga melibatkan aktvitas bermakna sehingga memiliki tujuan hidup dan dapat membangun hubungan baik dengan orang lain, baik melalui kegiatan berbagi takjil, santunan anak yatim, dan sedekah Ramadlan lainnya. Di sinilah relasi ajaran al-Qur’an dan munculnya Tradisi Ramdlan yang positif dan berdampak pada hubungan sosial yang positif.

Kini, Idul Fitri sudah tidak lama lagi. Mahasiswa rantau yang secara tidak langsung menjadi penggerak roda sosial dan roda ekonomi Kota Pendidikan Malang sudah tak terlihat lagi.

Selamat pulang kampung saudara seiman dan sebangsa ku. Biarkan Kota ini mendadak sepi dan kalian menyisakan kesejahteraan batin bagi penduduk Kota Pendidikan ini. Wallahu A’lam. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES