Kopi TIMES

Peta Politik Pilkada Bondowoso 2024

Sabtu, 18 Mei 2024 - 18:11 | 102.17k
Melfin Zaenuri, Magister Ilmu Politik Universitas Indonesia dan Wasekjen PB HMI Periode 2021-2023
Melfin Zaenuri, Magister Ilmu Politik Universitas Indonesia dan Wasekjen PB HMI Periode 2021-2023
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Pemilihan legislatif (Pileg) 2024 di Kabupaten Bondowoso menghasilkan konfigurasi politik yang tidak jauh berbeda dengan Pileg 2019. Berdasarkan keputusan KPU Kabupaten Bondowoso No. 783 Tahun 2024, terdapat 8 partai politik yang berhasil meloloskan wakilnya ke gedung DPRD Bondowoso. Adapun kedelapan partai politik tersebut adalah PKB (16 kursi), Golkar (7), PPP (7), PDIP (5), Gerindra (4), Demokrat (3), PKS (2) dan Gelora (1).

Kedelapan partai politik tersebut akan menentukan dinamika politik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Bondowoso yang akan diselenggarakan pada 27 November 2024. Jika merujuk pada UU Pilkada (UU No. 10 Tahun 2016), partai politik atau gabungan partai politik dapat mengusung pasangan calon kepala daerah apabila memiliki paling sedikit 20% kursi DPRD atau memperoleh 25 persen suara sah dalam pemilu anggota DPRD setempat.

Advertisement

Di Bondowoso, jumlah kursi DPRD adalah sebanyak 45 kursi. Sehingga, partai politik atau gabungan partai politik harus memiliki paling sedikit 9 kursi setara dengan 20% dari jumlah kursi– untuk mengajukan pasangan calon. Dengan demikian, hanya PKB dengan 16 kursi yang bisa mengusung calon bupati dan wakil bupati Bondowoso sendiri. Sementara partai politik lain perlu menjalin koalisi.

Karena itu, pelbagai partai politik di Bondowoso semakin intens membangun komunikasi politik untuk merajut koalisi. Di media sosial, terutama Instagram dan TikTok, para bakal calon kepala daerah telah melakukan ‘pemanasan’ politik, menyelipkan ‘kampanye’ dan membangun citra publik. Semua hal tersebut dilakukan untuk satu tujuan, memenangkan Pilkada Bondowoso 2024. 

Untuk memenangkan pilkada di Bondowoso, ada empat faktor penting, yaitu dukungan partai politik, dukungan kultural (kiai dan pesantren) dan ketokohan pasangan calon kepala daerah serta dukungan logistik (biaya politik). Keempat faktor tersebut harus saling mendukung satu sama lain. 

Dukungan partai politik sebagai tiket pencalonan sekaligus dukungan jaringan struktural partai politik. Dukungan kultural sebagai perluasaan ceruk pemilih hingga ke akar rumput. Ketokohan memastikan tidak adanya penolakan masyarakat terhadap pasangan calon. Sementara, dukungan logistik menjadi ‘bensin’ yang menggerakkan ketiga faktor lainnya.  

Dukungan Kultural

Kultur masyarakat Bondowoso didominasi oleh kultur Nahdlatul Ulama (NU). Kiai dan pesantren memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap semua sektor kehidupan masyarakat. Termasuk di sektor politik, di mana kiai menjadi ‘orang kuat lokal’ (local strongman), yang dalam setiap momentum kontestasi politik menjadi magnet elektoral (vote getter). 

Magnet tersebut tidak hanya berasal dari ketokohan dan kharisma kiai, melainkan juga berasal dari jejaring alumni dan simpatisan pesantren yang bisa bergerak (dan digerakkan) untuk kepentingan elektoral. Karena itu, dalam konteks Pilkada Bondowoso 2024, dukungan kultural menjadi salah satu kunci kemenangan.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bondowoso Tahun 2023, terdapat 142 pondok pesantren di Bondowoso. Selain pesantren yang berada di Bondowoso tersebut, terdapat setidaknya tiga pesantren yang berada di luar Bondowoso, namun memiliki pengaruh politik yang kuat karena jejaring alumni dan simpatisannya tersebar sekaligus mengakar kuat di tengah-tengah masyarakat Bondowoso. 

Bahkan, sebagian alumninya memegang jabatan publik yang strategis di Bondowoso. Disamping itu, banyak alumninya menjadi kiai yang memimpin pesantren, yang masuk ke dalam 142 pesantren di Bondowoso tersebut. Ketiga pesantren tersebut adalah PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo, PP Walisongo Situbondo dan PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo. Selain ketiga pesantren tersebut, terdapat beberapa pesantren yang memiliki cukup banyak alumni dan simpatisan di Bondowoso, yaitu antara lain PP Zainul Hasan Genggong (Probolinggo) dan PP Sidogiri (Pasuruan).

Dukungan Partai Politik dan Ketokohan

Dengan memperoleh 16 kursi pada Pileg 2024, PKB dapat mengusung pasangan calon kepala daerah sendiri. Dalam sejarah perhelatan pilkada langsung di Bondowoso, PKB selalu mencalonkan kadernya. Dalam Pilkada 2024 ini, bisa dipastikan PKB akan melanjutkan tradisi partainya untuk mencalonkan kadernya. Ada tiga nama yang beredar di publik, yaitu Ahmad Dhafir (Ketua DPRD), H. Tohari (Ketua Fraksi PKB DPRD) dan KH Abdul Hamid Wahid (Kepala PP Nurul Jadid, Paiton Probolinggo). 

Dari ketiga nama tersebut, melalui akun media sosial resminya, PKB Bondowoso telah memutuskan mengusung pasangan KH Abdul Hamid Wahid dan H. Tohari (RATOH, Ra Hamid dan H. Tohari). Dengan tidak mengambil ‘tiket pilkada’, nampaknya Ahmad Dhafir tetap ingin mempertahankan posisinya sebagai Ketua DPRD Bondowoso dan Ketua DPC PKB Bondowoso.

Bagaimana dengan petahana? PPP Bondowoso telah menyatakan untuk mencalonkan kembali petahana, KH Salwa Arifin. Namun, dengan perolehan 7 kursi, PPP butuh teman koalisi. Tantangannya adalah disharmoni antara eksekutif dan legislatif pada periode kepemimpinan KH Salwa menjadi catatan tersendiri bagi partai politik yang lain untuk menjalin koalisi dengan PPP.  

Dari Partai Golkar, muncul nama Ady Kriesna (Ketua DPD Golkar Bondowoso) dan Kukuh Raharjo (Sekretaris DPD Golkar Bondowoso). Keduanya adalah sama-sama politisi muda yang memiliki kapasitas mumpuni. Munculnya dua nama tersebut berpotensi menimbulkan konflik internal, meskipun rekomendasi DPP Partai Golkar untuk pilkada telah diberikan kepada Ady Kriesna. Dengan hanya memperoleh 7 kursi pada Pileg 2024, Golkar harus menjalin koalisi dengan partai politik yang lain. 

Sementara itu, koalisi yang telah terbentuk adalah Koalisi Bismillah (Gerindra, Demokrat dan PKS) dengan akumulasi kursi berjumlah 9 kursi. Dengan akumulasi kursi tersebut, koalisi ini bisa mengusung pasangan calon. Persoalannya adalah ketiadaan sosok dan tokoh, yang apabila terus berlangsung berpotensi bubar di tengah jalan.

Selain dari partai politik, bakal calon kepala daerah juga muncul dari kalangan non-partai politik. Nama-nama yang mencuat ke publik antara lain Bambang Soekwanto (Pj Bupati Bondowoso), Asnawi Sabil (Sekretaris BPSDM Kemendesa-PDTT, putra daerah Bondowoso) dan Fauzi Cahyo Purnomo (Mantan Kades Baletbiru, Sukowono, Jember). Bagi tokoh non-partai politik, ada satu tantangan berat, yaitu mengamankan tiket pencalonan dari partai politik. Sementara menempuh jalur independen, secara politik, jauh lebih berat.    

Jika melihat nama-nama yang muncul tersebut, pasangan Ra Hamid dan H. Tohari (Ratoh) merupakan pasangan menjanjikan, yang memiliki peluang besar untuk memenangkan Pilkada Bondowoso 2024. Pasangan ini telah memenuhi setidaknya tiga dari empat faktor penting, yaitu dukungan partai politik (PKB), dukungan kultural (setidaknya PP Nurul Jadid dan PP Walisongo) dan ketokohan yang kuat. 

Tiga faktor tersebut harus selaras dengan dukungan logistik yang mencukupi, mengingat Pemilu 2024 yang baru kita selenggarakan menjadi pemilu dengan biaya politik paling mahal. Di samping itu, pasangan Ratoh ini perlu memperluas ceruk pemilih, baik itu dari kalangan nasionalis, masyarakat kota maupun kelompok minoritas, mengingat pasangan ini berasal dari latar belakang kultur yang sama: NU dan pesantren.

Meskipun demikian, tidak ada yang baku, apalagi abadi, dalam politik. Selalu berubah dan dinamis adalah ruh politik. Karena itu, tidak menutup kemungkinan pasangan calon lain memiliki peluang kemenangan yang juga besar, bahkan lebih besar. Yang terpenting adalah niat baik yang diwujudkan dalam sikap dan tindakan serta visi-misi politik untuk membawa perbaikan untuk Bondowoso. 

***

*) Oleh : Melfin Zaenuri, Magister Ilmu Politik Universitas Indonesia dan Wasekjen PB HMI Periode 2021-2023

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES