Peristiwa Daerah

Pawai Ogoh Ogoh Spektakuler di Malioboro Ramaikan Festival Jeron Banteng

Minggu, 13 April 2025 - 11:07 | 38.75k
Ribuan warga dan wisatawan tumpah ruah menyaksikan kemegahan Pawai Ogoh-Ogoh di Jalan Malioboro Kota Yogyakarta dalam rangkaian Festival Jeron Beteng 2025. (FOTO: A Riyadi)
Ribuan warga dan wisatawan tumpah ruah menyaksikan kemegahan Pawai Ogoh-Ogoh di Jalan Malioboro Kota Yogyakarta dalam rangkaian Festival Jeron Beteng 2025. (FOTO: A Riyadi)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA –  Suasana malam di Jalan Malioboro, Sabtu (12/4/2025), berubah menjadi lautan manusia. Ribuan warga dan wisatawan tumpah ruah menyaksikan kemegahan Pawai Ogoh-Ogoh yang digelar dalam rangkaian Festival Jeron Beteng 2025.

Jalan ikonik di jantung Kota Yogyakarta ini dipenuhi semangat kebersamaan dan semarak budaya yang menyatukan.

Advertisement

Tak sekadar atraksi, pawai ini menampilkan lima ogoh-ogoh raksasa yang dibawakan oleh komunitas Hindu. Sebelum lima ogoh-ogoh berjalan, para wisatawan terlebih dahulu disuguhi pawai bregodo tradisional dari Kadipaten, Patehan, dan Panembahan. Setiap ogoh-ogoh mengangkat cerita serta filosofi berbeda, menjadikan pertunjukan ini bukan hanya memukau secara visual, tapi juga sarat makna budaya.

Festival-Jeron-Beteng-2025-b.jpg

Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, Wahyu Hendratmoko, menegaskan bahwa kolaborasi antara Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) DIY dan komunitas lokal merupakan wujud nyata dari harmoni yang terjalin di Kota Gudeg.

“Jogja itu rumah bagi semua budaya, semua kepercayaan. Kita jaga bersama keberagaman ini,” tegas Wahyu saat membuka acara.

Wahyu juga mengungkapkan, sepanjang tahun 2025, Pemerintah Kota Yogyakarta telah menyiapkan 135 event budaya dan wisata, dari Januari hingga Desember. Tujuannya jelas: mengukuhkan Jogja sebagai destinasi budaya dan wisata kelas dunia.

Bersamaan dengan pawai ogoh-ogoh, di Alun-Alun Selatan juga digelar tari topeng massal pada Sabtu (12/4/2025) sore. Seni tari ini merupakan warisan budaya era Mataram Kuno yang masih dilestarikan oleh Kraton Yogyakarta hingga kini.

“Salah satu budaya kraton yang masih hidup adalah topeng. Bahkan wayang topeng. Ini jadi daya tarik wisata yang kami kembangkan,” tambah Wahyu.

Tak hanya itu, pengunjung juga disuguhi pertunjukan seni lainnya, mulai dari musik band, pentas tari, bazar UMKM, hingga penerbangan layang-layang hasil kolaborasi dengan Komite Olahraga Masyarakat Indonesia DIY. Flashmob tari topeng menjadi highlight tersendiri yang menarik ribuan mata.

Wisatawan: "Serasa di Bali, Tapi Ini di Jogja!"

Salah satu pengunjung, Bilqis, wisatawan asal Semarang, mengaku sengaja datang ke Jogja bersama suami dan tiga anaknya hanya untuk menyaksikan langsung pawai ogoh-ogoh.

“Biasanya saya lihat ogoh-ogoh cuma dari medsos menjelang Nyepi. Tapi sekarang bisa lihat langsung di Jogja. Serasa di Bali, padahal masih di Jawa Tengah,” ujar pengusaha fashion itu antusias.

Menurutnya, momentum ini sangat istimewa karena bertepatan dengan Lebaran Idul Fitri dan masih dalam suasana Hari Raya Nyepi umat Hindu.

Dinas Pariwisata mencatat, sepanjang libur Lebaran yang berlangsung selama 11 hari, Kota Yogyakarta dikunjungi sekitar 650.000 wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Rata-rata pengeluaran per wisatawan mencapai Rp 2,1 juta, dengan durasi menginap sekitar 1,6 hari.

Tak ketinggalan, malam itu juga ditampilkan para finalis Dimas Diajeng Kota Yogyakarta 2025, sebagai bagian dari promosi pariwisata dan budaya lokal menjelang grand final yang akan digelar Juni mendatang.

Event budaya seperti Festival Jeron Beteng bukan hanya hiburan, tapi juga panggung promosi pariwisata, penguat toleransi, dan bukti bahwa Jogja memang istimewa. Tak heran jika Kota Pelajar ini terus menarik hati wisatawan dari berbagai penjuru. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES