Menunggu Asap Putih dari Kapel Sistina Setelah Mangkatnya Paus Fransiskus

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Menyusul mangkatnya Paus Fransiskus, tradisi dan transisi apa yang akan berlangsung setelah seorang Paus meninggal dunia?
Kurang lebih begini urutan Suksesi Kepausan setelah seorang Paus meninggal dunia, yakni dimulai dari Berkabung, Transisi, dan Pemilihan Paus Baru.
Advertisement
Bagi Gereja Katolik, meninggalnya seorang Paus menandai dimulainya transisi yang khidmat dan sangat simbolis.
Malam ini sekitar pukul 21.00 tadi, setelah konfirmasi resmi kematian, Gereja akan memasuki masa berkabung selama sembilan hari, diikuti oleh proses pemilihan Uskup Roma yang baru.
Dalam periode ini sarat dengan tradisi dan menarik perhatian global.
Protokol Awal
Setelah Paus meninggal, Camerlengo (Kamerlain) lah yang bertanggung jawab untuk mengonfirmasi kematian tersebut.
Secara tradisional, Camerlengo akan mengetuk dahi Paus dengan palu perak dan memanggil nama baptisnya tiga kali. Namun, praktik ini kini telah dihentikan, dan verifikasi sekarang dilakukan melalui cara lain, seperti konfirmasi medis.
Setelah kematian dinyatakan secara resmi, Camerlengo memberi tahu pejabat senior gereja dan masyarakat Roma.
Camerlengo kemudian menyegel apartemen kepausan dan kantor-kantor lainnya, sebuah tradisi yang berasal untuk mencegah penjarahan dan sekarang berfungsi sebagai akhir simbolis dari kekuasaan Paus.
Kemudian Vatikan akan memasuki masa berkabung selama 9 hari , dimana beberapa Misa diadakan untuk menghormati mendiang Paus.
Menurut konstitusi Universi Dominici Gregis , yang mengatur transisi kepausan, Paus harus dimakamkan antara hari keempat dan keenam setelah kematiannya.
Sebelum pemakaman, jenazah Paus akan disemayamkan, yang memungkinkan publik untuk memberikan penghormatan terakhir. Upacara pemakaman, yang diadakan di Lapangan Santo Petrus, akan dihadiri oleh para pemimpin dunia dan ribuan umat Katolik.
Paus kemudian dimakamkan di Basilika Santo Petrus, melanjutkan tradisi yang telah berlangsung lama.
Masa Interregnum
Periode antara paus, yang dikenal sebagai Interregnum, adalah waktu yang krusial bagi masa depan Vatikan. Selama waktu ini, Dewan Kardinal mengawasi administrasi Gereja, tetapi tidak ada keputusan penting yang dibuat.
Konklaf, proses pemilihan paus baru, akan dimulai antara 15 hingga 20 hari setelah meninggalnya Paus.
Saat ini dari 252 kardinal yang masih hidup, ada 138 yang usianya di bawah 80 tahun dan mereka memenuhi syarat untuk memberikan suara dalam konklaf.
Sebelum memberikan suara, mereka mengambil sumpah kerahasiaan dan mengasingkan diri di Kapel Sistina, dan itu terputus dari pengaruh luar. Pemilihan tersebut membutuhkan beberapa putaran pemungutan suara hingga seorang kandidat menerima mayoritas dua pertiga.
Jika tidak ada keputusan yang dicapai setelah beberapa putaran, hari doa dan refleksi diadakan sebelum melanjutkan pemungutan suara.
Sepanjang periode ini, dunia memperhatikan sinyal asap dari Kapel Sistina. Bila asap hitam yang keluar itu menunjukkan pemungutan suara yang tidak meyakinkan. Tapi jika asap putih yang keluar itu tandanya paus baru sudah terpilih.
Setelah seorang paus terpilih, pimpinan Dewan Kardinal akan bertanya kepada kandidat terpilih apakah ia menerima jabatan tersebut dan kemudian memintanya untuk memilih nama paus.
Paus baru kemudian diperkenalkan dari balkon yang menghadap ke Lapangan Santo Petrus, dimana kata-kata “Habemus Papam” (Kami memiliki seorang Paus) dikumandangkan, dan ia memberikan berkat pertamanya kepada khalayak.
Meninggalnya seorang paus bukan hanya akhir dari kekuasaan seorang pemimpin, tetapi juga awal dari transisi sakral bagi Gereja Katolik. Dari masa berkabung yang khidmat hingga konklaf yang bersejarah, tradisi-tradisi ini mencerminkan adat istiadat dan keberlanjutan Gereja yang mengakar kuat.
Pemilihan paus baru menandai dimulainya babak baru, yang menjalin tradisi dengan masa depan Vatikan dan komunitas Katolik global.
Untuk sementara, seorang kardinal yang dikenal sebagai camerlengo, atau bendahara, yang akan menjadi kepala sementara dengan kekuasaan terbatas. Karena itu mari kita tunggu asap putih yang keluarkan cerobong di Kapel Sistina, tempat dimana para kardinal telah memberikan suaranya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |