Peristiwa Internasional

Korea Selatan Bisa Terseret Perang China-Taiwan

Jumat, 08 September 2023 - 14:48 | 81.96k
Helikopter militer Tiongkok terbang melewati Pulau Pingtan, salah satu titik terdekat Beijing dari Taiwan, di provinsi Fujian. (FOTO: Korea Times)
Helikopter militer Tiongkok terbang melewati Pulau Pingtan, salah satu titik terdekat Beijing dari Taiwan, di provinsi Fujian. (FOTO: Korea Times)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Ada kekhawatiran dari para ahli menguatnya Korea Selatan terseret ke dalam perang China-Taiwan.

Kekhawatiran mereka mencuat, setelah ditandatanganinya perjanjian keamanan baru Korea Selatan-AS-Jepang bulan lalu dalam rangka penguatan kerja sama di kawasan Indo-Pasifik.

Advertisement

Tadinya perjanjian keamanan Korea Selatan-AS-Jepang yang ditandatangani di Camp David bulan lalu itu tujuannya tidak akan membuat Korea Selatan menghadapi risiko perang Taiwan yang lebih besar. 

Tapi para kritikus di Korea Selatan, seperti dilansir The Korea Times, justru mengkhawatirkan sebaliknya, bahwa perjanjian tersebut membuat negara mereka menghadapi risiko yang lebih besar untuk terseret ke dalam potensi perang terkait Taiwan, yang menjadi titik konflik negara adidaya.

Dalam pertemuan baru-baru ini dengan para pejabat oposisi Partai Demokrat Korea, Kim Do-gyun, mantan komandan Komando Pertahanan Ibukota mengatakan, dengan komitmen mereka terhadap persatuan, Korea Selatan kini lebih cenderung terlibat dalam isu-isu potensi konflik senjata.

"Sangat mungkin bahwa langkah tersebut, yang dikemas sebagai kemitraan keamanan trilateral melawan ancaman Korea Utara, sebagian besar bertujuan untuk memperkuat pembendungan terhadap Tiongkok," katanya.

Pandangan seperti ini dianut oleh lebih dari segelintir politisi.

Sebuah jajak pendapat yang dirilis pada Rabu (6/9/2023) menunjukkan bahwa 44,8 persen responden mengatakan mereka yakin perjanjian tiga pihak itu justru tidak akan membantu keamanan negara mereka.

"Sangat mungkin bahwa langkah tersebut, yang dikemas sebagai kemitraan keamanan trilateral melawan ancaman Korea Utara, sebagian besar bertujuan untuk memperkuat pembendungan terhadap Tiongkok," katanya.

Namun menurut pakar keamanan dan hubungan luar negeri, argumen tersebut lemah.

Mereka mengatakan, dengan telah berlakunya Perjanjian Pertahanan Bersama dengan AS pada tahun 1953, Korea Selatan memang harus merespons secara militer terlepas dari pakta trilateral tersebut jika pasukan AS bentrok dengan pasukan China terkait Taiwan, sebuah pulau dengan pemerintahan sendiri yang diklaim China sebagai wilayahnya itu

"Dengan mempertimbangkan faktor-faktor risiko lain sebelum dan sesudah kemungkinan pecahnya kekerasan di wilayah tersebut, Korea Selatan menjadi lebih aman dengan adanya perjanjian tersebut," tambah mereka.

Analis pertahanan senior di Rand Corporation, sebuah lembaga pemikir AS, Bruce Bennett mengatakan, agar dipertimbangkan, bahwa perjanjian Pertahanan Bersama AS-Korsel adalah perjanjian pertahanan bersama. 

Bruce mengaku telah membaca perjanjian tersebut yang mengatakan bahwa meskipun ROK (Korea Selatan) memutuskan untuk tidak mengirim pasukan untuk membantu Taiwan dalam konflik, maka itu sebuah keharusan, ketika Tiongkok menyerang negara mana pun. 

"Jika pangkalan militer AS berada di Pasifik, Korea Selatan akan memiliki tanggung jawab untuk mendukung AS," kata Bruce.

Perjanjian tersebut menyatakan bahwa dalam kasus-kasus seperti itu, masing-masing pihak akan bertindak untuk mengatasi bahaya bersama sesuai dengan proses konstitusionalnya.

"Saat ini sebagian pihak di Korea Selatan mungkin menganggap bahwa ini adalah persyaratan lemah yang mungkin dihindari oleh Korea Selatan. Tetapi bayangkan saja, bagaimana reaksi rakyat Amerika jika Tiongkok menyerang Pangkalan Udara Kadena AS di Jepang, lalu Korea Selatan tidak  mendukung Amerika Serikat setelah beberapa dekade melakukan serangan. Dukungan AS,” kata Bennett.

"Tentu saja itu merupakan pilihan Korea Selatan apakah akan mengirim pasukan untuk membela Taiwan atau tidak, namun kegagalan Korea Selatan untuk membela pasukan AS dan warga sipil setelah serangan Tiongkok terhadap fasilitas AS atau Amerika Serikat, bagi saya, berarti pencabutan ROK atas fasilitas tersebut. Perjanjian Pertahanan Bersama, dan KTT Trilateral tidak berpengaruh pada tanggung jawab bilateral Korea Selatan," ujar dia.

Menurut Sean King, wakil presiden senior di Park Strategies, sebuah firma penasihat yang berbasis di New York, Sean King, masuknya Jepang ke dalam sistem keamanan Korea Selatan-AS yang sudah ada tidak akan merusak inti kemitraan tersebut.

"Tidak ada satu pun hal yang dibicarakan atau ditandatangani di Camp David yang membuat potensi keterlibatan Korea Selatan pada masa perang menjadi lebih besar atau lebih kecil kemungkinannya," katanya.

 "Presiden Joe Biden sekali lagi menegaskan kembali komitmen pencegahan Amerika terhadap Korea Selatan di Camp David yang hanya baik untuk aliansi AS-ROK dalam jangka panjang," katanya.

Ketika ditanya tentang prospek invasi Tiongkok ke Taiwan, para ahli mengatakan mereka berpendapat hal tersebut sangat kecil kemungkinannya, mengingat stabilitas yang dihasilkan dan didukung oleh prinsip-prinsip keamanan internasional di kawasan tersebut, termasuk pakta Korea Selatan-AS-Jepang.

"Saya pikir hal itu tidak mungkin terjadi untuk saat ini. Saya pikir pencegahan bersama sudah stabil," kata Daniel Pinkston, pakar Asia Timur di Universitas Troy di Korea Selatan.

"Saya pikir pernyataan trilateral ini bertujuan untuk menghalangi Beijing menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan masalah Taiwan," katanya lagi.

Jadi, lanjut Daniel, hal ini mengubah apa yang masyarakat yakini tentang kredibilitas sinyal pencegahan tersebut.

Daniel menyatakan,  cenderung melihatnya sebagai hal yang kredibel.

"Jadi, menurut saya, risikonya adalah Tingkat konflik lebih rendah dibandingkan jika Amerika Serikat mengabaikan komitmen keamanannya di kawasan dan jika tidak ada kerja sama keamanan trilateral seperti dengan Korea Selatan-AS-Jepang," ujar Daniel. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES