Kisah WNI yang Harus Rayakan Ramadan di Ceko, Meski Setiap Tahun Pulang ke Indonesia

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Warga Negara Indonesia (WNI) bernama Surya Gentha Akmal membagikan kisah Ramadan dan Idul Fitrinya selama dua tahu mengenyam pendidikan doktoral di Republik Ceko, tepatnya di Kota Praha.
Pria kelahiran Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Indonesia tersebut kini tengah menempuh pendidikan doktoralnya di Czech University of Life Sciences Prague sejak tahun 2020 awal lalu.
Advertisement
Saat dihubungi TIMES Indonesia, Surya membagikan pengalamannya sejak dua tahun terakhir menikmati perayaan Ramadan dan Idul Fitri di Kota Praha, Republik Ceko.
Menurut Surya, euforia perayaan Ramadan dan Idul Fitri di Indonesia dan tempat ia menumpuk pendidikan saat ini tentu sangat jauh berbeda.
Jika di Indonesia banyak atribut-atribut Ramadan hingga Idul Fitri, seperti yang ia ketahui di Sunda ada yang namanya tradisi Cucurak atau berkumpul dalam momen perayaan Ramadan dan Idul Fitri, untuk di Republik Ceko sendiri tentu atribut-atribut perayaan hari raya muslim tersebut pastinya tidak ada.
"Saat saya ke Eropa sudah gak ada lagi (tradisi perayaan Ramadan dan Idul Fitri). Semua beda, kita disini minoritas dan gak ada euforia Ramadan dan atribut-atributnya," ujar Surya, Jumat (8/4/2022).
Surya Gentha Akmal saat menikmati hidangan makanan bersama koleganya yang berasal dari India. (Foto: Dok. Pribadi Surya for TIMES Indonesia)
Disebutkan Surya, setidaknya Republik Ceko memiliki sekitar 10 masjid yang berdiri yang diperuntukan bagi umat muslim di sana. Lalu, untuk di Kota Praha sendiri, terdapat dua masjid yang biasa ia singgahi untuk beribadah.
Namun, ada dua perbedaan perayaan Ramadan di tahun 2021 lalu dan tahun 2022 ini. Jika di tahun lalu, yang dimana pandemi Covid-19 sedang merebak hebat, seluruh kegiatan termasuk peribadatan umat agama pin di larang, karena mengundang kerumunan.
Namun, untuk di tahun 2022 ini dengan aturan pengetatan yang mulai longgar, akhirnya peribadatan seperti kegiatan Tarawih selama bulan Ramadan pun diperbolehkan.
"Tahun lalu sama sekali tidak diizinkan melalukan Salat berjamaah di masjid. Tahun ini Tarawih bisa dilaksanakan di masjid-masjid Praha (Kota tempat Surya tinggal)," ungkapnya.
Perlu diketahui, Surya kini sedang menempuh Ph.D Candidate dengan study program Applied Zoology di departement Zoology and Fisheries, Fakultas Agrobiology, Food and Natural Resources.
"Umumnya di Eropa ini by riset ya tidak tatap muka pada umumnya. Disini saya ditugaskan sebagai peneliti doktoral dan statusnya staf di Departement Zoology and Fisheries itu," katanya.
Selain itu, Surya juga mengajar di kelas yang sesuai bidang keilmuannya. Profesor yang memboyong dia untuk melanjutkan pendidikan di Republik Ceko, memberikan kesempatan kepada Surya untuk mengajar beberapa mata kuliah.
"Sekitar satu dua hari dalam satu minggu saya mengajar. Murid yang masuk kelas juga terkadang beda-beda, karena sesuai ketertarikan mereka," imbuhnya.
Disisi lain, dalam momen Ramadan dan Idul Fitri, Surya memperkenalkan kedua orang yang ia anggap sebagai orang tua angkat bagi para pelajar-pelajar Indonesia di Republik Ceko, khususnya di Kota Praha.
Mereka menyebutnya adalah Bude dan Pakde Tasmuri yang tinggal di Rumah Diaspora Indonesia di dekat Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Republik Ceko.
"Beliau sering mengundang kami untuk Salat Tarawih dan Buka Bersama, sehingga atmosfir suasana Ramadan itu terasa luar biasa. Kami disuguhi makanan khas Indonesia disitu, sehingga kerinduan kami akan makanan Indonesia lepas sudah," bebernya.
Akan tetapi, di tahun 2022 ini yang dimana pengetatan akibat Covid-19 sudah mulai di longgarkan, masjid-masjid di sekitar Kota Praha, Republik Ceko pun mulai menyediakan tempat untuk buka bersama.
"Tahun 2022 ini biasanya di masjid disediakan kurma untuk membatalkan puasa setelah Salat Mahgrib baru kita dijamu makan untuk buka puasa," imbuhnya.
Diketahui, Surya sendiri tinggal di sebuah unit yang telah dipersiapan oleh Profesor yang membawanya untuk melanjutkan studi di Republik Ceko.
Bisa dibilang, unit dilingkungan kampus tersebut hanya bisa dipesan oleh profesor yang juga sekaligus sebagai SPV nya dengan diberikan seluruh fasilitas mulai akomodasi termasuk fasilitas kampus dan administrasi.
Surya yang juga sebagai ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia di kawasan Eropa menyebutkan, setidaknya ada sekitar 40 WNI yang mayoritas kebanyakan beragama muslim.
Di tahun ini yang dimana kelonggaran sudah mulai dilakukan dimasa pandemi Covid-19, Surya pun juga kerap kali mengundang teman-temannya untuk melakukan kegiatan buka bersama di tempat tinggalnya.
"Minggu awal puasa ini saya sudah undang teman-teman mahasiswa di Praha untuk buka bersama di tempat saya. Mayoritas pelajar Indonesia disini muslim, tapi ada sekitar 5 yang non muslim," tuturnya.
Sementara itu, pria yang juga lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut bisa pulang ke Indonesia setiap tahun, namun dua tahun terakhir ini ia selalu merayakan Ramadan dan Idul Fitri di Republik Ceko.
Bukan karena tak mau, akan tetapi jadwal kepulangannya ke Indonesia untuk melakukan penelitian wajib selalu di bulan yang berbeda saat merayakan Ramadan dan Idul Fitri.
"Setiap liburan musim panas pasti saya pulang bisa sampai 4 bulan di Indonesia. Jadi tahun lalu pulang bulan Juni sampai Oktober dan tahun ini perkiraan di bulan Juni juga saya pulang," jelasnya.
"Tahun lalu Idul Fitri di sini (Republik Ceko) dan gak ada Salat Ied baik di masjid ataupun di Wisma Duta Besar RI," imbuhnya.
Surya mengkisahkan bagaimana adaptasi Ramadan dan Idul Fitri saat pertama kali menginjakan kali di Eropa. Awalnya, ia mengaku sangat merasa lelah untuk beradaptasi.
Bagaimana tidak, waktu puasa yang terbilang sedikit lebih lama, yakni 15 jam dan tempat yang cukup kering, membuatnya kuwalahan untuk beradaptasi.
"Agak lebih berat dan jamnya panjang hingga waktu sahur pun juga sebentar," ucapnya.
Diperkirakan untuk waktu sahur sendiri berada di pukul 05.18 dan waktu buka puasa atau Mahgrib sekitar pukul 19.42.
"Apalagi matahari disini agak panjang ya jadi membuat puasa itu terasa lebih lama. Terus awal-awal dulu kita gak mudah juga mendapatkan makanan buka puasa gak seperti di Indonesia," ungkapnya.
Kesunyian saat Ramadan pun cukup terasa karena memang tak ada euforia atau ciri khas apapun di Republik Ceko. Seperti halnya takjil pun tak ada di sana, tidak seperti di Indonesia.
"Kalau buka puasa ya palinh minum teh dan makanan berat. Itu beda banget dan saya rasakan. Paling kalau mau cemilan ya cari toko halal di sini untuk beli kurma," tuturnya.
Surya menyebutkan bahwa program studi yang ditempuhnya berjalan hingga tahun 2025 nanti. Pria dua bersaudara tersebut jika pulang ke Indonesia harus menyambangi beberapa wilayah, sebab orang tuanya berada di Sumatera Barat dan adik Surya berada di Bondowoso, Jawa Timur ikut dengan suaminya.
Setiap pulang ke Indonesia, Surya pasti singgah terlebih dahulu di kediamannya di Perum IPB Alam Sinarsari, Dramaga, Kabupaten Bogor.
Lalu ia harus menyempatkan diri ke Sumatera Barat untuk mengunjungi orang tuanya dan ke Jawa Timur untuk melihat keponakan dan adiknya.
"Jadi ya kalau pulang harus di bagi-bagi. Pulang ke Bogor dulu, lalu kunjungi orang tua di Sumatera Barat, lalu lihat ponakan di Jawa Timur," pungkasnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dody Bayu Prasetyo |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |