Kreatif, UIBU Malang Deklarasikan Istilah Riyoyoan Sebagai Ganti Halal Bihalal

TIMESINDONESIA, MALANG – Universitas Insan Budi Utomo (UIBU) Malang bersama insan media se-Malang Raya tahun ini mendeklarasikan istilah tradisi halal bihalal menjadi 'riyoyoan'.
Gagasan ini dicetuskan Rektor UIBU, Dr. Nurcholis Sunuyeko, M.Si. Ia mengaku istilah ini telah dideklarasikan bersama civitas akademika UIBU, dan selanjutnya akan ditradisikan di tahun-tahun mendatang.
Advertisement
Sunuyeko merangkul semua organisasi media di antaranya PWI, AMSI, AJI, PFI, dan IJTI. Para ketua dan anggotana diundang semua. Setidaknya ratusan jurnalis dari berbagai media hadir.
Sunuyeko bersama civitas akademika UIBU masih berusaha menggodog bagaimana sebaiknya riyoyoan itu digelar. "Walaupun sebenarnya di dalam riyoyoan itu kandungannya juga adalah halal bihalal," katanya.
Hanya saja malam itu belum ada penjelasan lebih detail mengapa mereka menginginkan ada istilah baru dari tradisi halal bihalal menjadi riyoyoan. Namun demikian Sunuyeko menjelaskan, Riyoyoan telah dan akan terus dijadikan tradisi UIBU bersama insan media.
Sebagai Rektor, mewakili seluruh civitas akademika UIBU, Sunuyeko malam itu menyampaikan permohonan maaf lahir batin.
Ia berharap dengan digelarya acara kali pertama "riyoyoan" ini, menjadi awal yang baik. "Dan yang penting ini bisa dijadikan tradisi, dan UIBU pun siap terus untuk menjadi motor," tegasnya.
Di dalamnya, UIBU juga mengajak kepada seluruh insan media untuk juga mendoakan para pendahulu. "Apapun kita tidak boleh melupakan sejarah. Kita adalah generasi berikutny yang telah didahului oleh jasa-jasa generasi sebelumnya," katanya lagi.
Tema Kreatif
Kyai Abdul Wahid yang didatangkan malam itu untuk menyampaikan tausiyahnya menilai riyoyoan yang digelar UIBU bersama media ini merupakan tema kreatif, yang tidak mengambil bahasa Arab, meskipun di dalamnya mengandung makna halal bihalal.
"Riyoyoan itu sebenarnya bukan semata-mata diperintahkan kepada umat Islam saja. Tetapi seluruh umat manusia wajib berhalabihalal atau riyoyoan," katanya
Mengapa?, karena manusia itu harus saling kasih sayang, saling memaafkan dan saling mendamaikan diri masing-masing, jangan sampai ada permusuhan," ujar Abdul Wahid.
Pesan halal bihalal atau sekarang dijadikan riyoyoan itu, lanjut Abdul Wahid adalah pesan perdamaian, pesan kasih sayang sesama umat manusia.
"Karena di dalam Al-Quran bunyinya bukan wal 'afina wal muslimin, tetapi wal-afina anin-naas Orang yang riyoyoan itu harus legowo, harus berlapangdada. Siap memaafkan setiap kesalahan orang lain," tandasnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |