Gaya Hidup

Udeng Banyuwangi, Ikat Kepala dengan Filosofi Keseimbangan dan Kebanggaan

Senin, 15 Januari 2024 - 11:31 | 207.22k
Potret Presiden Indonesia, Joko Widodo, saat mengenakan udeng Banyuwangi. (Foto: Laila Yasmin/TIMES Indonesia)
Potret Presiden Indonesia, Joko Widodo, saat mengenakan udeng Banyuwangi. (Foto: Laila Yasmin/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Udeng, salah satu ikat kepala tradisional dari Nusantara, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kebudayaan Indonesia. Meskipun asal usulnya sering dikaitkan dengan Bali, kini Udeng Banyuwangi menarik perhatian dengan keunikan dan filosofi keseimbangannya.

Berbeda dengan Udeng Bali yang memiliki gunungan di bagian kanan lebih tinggi daripada bagian kiri, Udeng Banyuwangi hadir dengan desain yang sejajar. Motif khas Banyuwangi yang mencolok adalah gajah oling, memberikan sentuhan estetika yang unik. Kain Udeng Banyuwangi bisa berbentuk segitiga atau bujur sangkar, menambah keberagaman gaya dan pilihan bagi pemakainya.

Advertisement

Pentingnya Udeng dalam kehidupan sehari-hari di Banyuwangi terlihat dari penggunaannya oleh masyarakat setempat, bahkan oleh pejabat di berbagai kesempatan. Udeng bukan hanya sekadar aksesori, tetapi juga menjadi simbol kebanggaan dan identitas budaya bagi masyarakat Banyuwangi.

Makna filosofis Udeng Banyuwangi pun semakin mendalam. Udeng Banyuwangi mengandung pesan tentang keseimbangan alam, hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan alam raya. Konsep ini diwujudkan dalam dua segitiga di sisi kanan dan kiri Udeng, mencerminkan harmoni dalam kehidupan.

Bukan hanya menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari, Udeng Banyuwangi juga menjadi salah satu simbol kebanggaan bagi masyarakat setempat. Filosofi dan keindahan Udeng Banyuwangi bahkan diimplementasikan dalam arsitektur modern, seperti yang terlihat di Bandara Internasional Blimbingsari.

Kabupaten Banyuwangi sendiri dikenal sebagai kota seribu budaya, menjadi persinggungan antara kebudayaan Jawa, Bali, dan kebudayaan asli. Keanekaragaman budaya ini tidak hanya memperkaya warisan lokal, tetapi juga menjadi daya tarik bagi wisatawan dari berbagai belahan dunia.

"Saya selalu membawa udeng di tas, karena bagi saya, udeng bukan sekadar sehelai kain untuk menutup kepala. Lebih dari itu, udeng adalah simbol kebanggaan dan identitas budaya saya sebagai warga Banyuwangi. Kemana pun saya pergi udeng selalu menemani saya," kata Hendra, salah satu penggiat seni di Banyuwangi, Senin (15/1/2024).

Dengan Udeng Banyuwangi, masyarakat setempat tidak hanya menjaga tradisi warisan nenek moyang, tetapi juga membangun identitas budaya yang unik dan menjadi kebanggaan seluruh komunitas. Udeng Banyuwangi bukan sekadar sehelai kain yang melingkari kepala, tetapi juga simbol keberagaman dan keseimbangan yang diwariskan dari generasi ke generasi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES