Sosok

Hj Anis Zaida, Sosok di Balik Ikon Batik Garudeya hingga Dorongan IKM Naik Kelas

Selasa, 19 November 2024 - 20:50 | 34.38k
Ketua TP PKK Kabupaten Malang, Hj Anis Zaida (duduk), mendampingi Ketua Dekranasda Jawa Timur, Arumi Bachsin, berbincang dengan pengrajin batik, dalam sebuah acara yang digelar Pemkab Malang belum lama ini. (Foto IST)
Ketua TP PKK Kabupaten Malang, Hj Anis Zaida (duduk), mendampingi Ketua Dekranasda Jawa Timur, Arumi Bachsin, berbincang dengan pengrajin batik, dalam sebuah acara yang digelar Pemkab Malang belum lama ini. (Foto IST)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANGKabupaten Malang punya banyak  kerajinan khas, yang merupakan hasil kreasi kesenian lokal masyarakatnya. Diantaranya, hasil keterampilan dari seni membatik. 

Akan tetapi, kain batik dari pengrajin lokal Malang selama ini hanya berkutat dikenal masyarakat setempat. Cara memproduksi kain batik yang cenderung perorangan, juga tidak banyak menjadikan batik Kabupaten Malang cepat berkembang. 

Advertisement

Hj Anis Zaida Sanusi, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Malang, yang kemudian punya terobosan penting bagi pengrajin batik khas Kabupaten Malang, khusus batik bermotif Garudeya.

Cerita Motif Batik Garudeya

Bermula dari idenya memunculkan batik khas yang menjadi kebanggaan Kabupaten Malang, Hj Anis Zaida yang kemudian menjadi sosok penting yang melahirkan hak paten kreasi motif batik Malang, khususnya motif batik Garudeya. 

Dengan proses yang memakan waktu hampir dua tahun, penghargaan atas sertifikat Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) sebagai hak paten atas motif batik Garudya akhirnya didapatkan untuk Kabupaten Malang. 

Menurut Anis, proses yang dilakukan di antaranya melibatkan akademisi, dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang. Yakni, dimulai penggalian literasi peninggalan sejarah budaya yang berhubungan dengan relief Garudeya yang ada di Candi Kidal Tumpang. 

Penelitian dan kajian literasi Garudeya ini juga difasilitasi Balitbang Kabupaten Malang, selama sekitar satu bulan. Tim juga melibatkan pengrajin batik lokal asal Tumpang yang sebelumnya sudah pernah membuat kerajinan batik serupa. 

Selain bentuk detil gambar, motif batik Garudeya juga digali terkait bagaimana sulur, isian hingga pewarnaannya, yang disesuaikan detil relief yang ada di Candi Kidal Tumpang. 

Selain menjadi karya motif kebanggaan khas Kabupaten Malang, juga direncanakan produksi batik Garudeya, yang nantinya diharapkan bisa menaikkan nilai dan kesejahteraan para pengrajin batik lokal Kabupaten Malang. 

Tak cukup itu, Anis Zaida juga menyusun buku tentang batik Garudeya, juga cap paten batik Garudeya, untuk bisa digunakan bersama-sama dalam memproduksi kain batik motif kebanggaan Kabupaten Malang ini nantinya. 

Rencananya, bisa menjadi seragam batik bagi 18 ribu ASN se Kabupaten Malang. Termasuk, untuk seragam para pelajar di sekolah-sekolah. Selain jadi seragam resmi, motif batik Garudeya juga akan dibuat dalam berbagai bentuk cindera mata. 

Sementara ini, berbagai produk kain batik cap 'Garudeya' ini dikenalkan dan diproduksi terbatas, melalui galeri Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda) Kabupaten Malang.

Hj-Anis-Zaida-a.jpg

Mendorong Produk IKM Naik Kelas 

Hj. Anis Zaida Sanusi, yang juga Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Malang, adalah sosok yang selama ini getol mendorong pelaku Industri Kecil Menenagah atau Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (IKM/UMKM) bisa naik kelas. 

Melalui Galeri Dekranasda Kabupaten Malang, produk-produk IKM dan UMKM di Kabupaten Malang bisa lebih dikenal masyarakat secara luas. Rak-rak galeri Dekranasda Kabupaten Malang pun banyak dipenuhi produk mereka. 

Tercatat, ada sejumlah 700 jenis produk IKM/UMKM Kabupaten Malang yang sudah meramaikan Galeri Dekranasda, dan bisa dibeli masyarakat. 

Melalui program Dekranasda ini pula, Anis Zaida terus mendorong agar produk-produk IKM/UMKM Kabupaten Malang naik kelas. Hal ini karena tiap produk lokal yang bisa masuk di Dekranasda, diharuskan telah mengantongi Izin Pangan dan Industri Rumah Tangga (PIRT). Selain itu, izin BPOM dan sertifikasi halal juga disematkan pada produk-produk tersebut. 

"Adanya produk-produk di Dekranasda ini dengan sendirinya memberdayakan IKM dan UMKM Kabupaten Malang. Produk di Dekranasda ini kami harapkan bisa semakin menambah kecintaan terhadap produk lokal Kabupaten Malang, sehingga akan mengangkat UMKM dan IKM di Kabupaten Malang,” terangnya. 

Berdasarkan data Dinas Koperasi dah Usaha Mikro Kabupaten Malang, ada sejumlah 531 ribu usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) termasuk Koperasi. Akan tetapi, yang sudah mempunyai legalitas perizinan usaha dasar, jumlahnya masih 5 ribu unit usaha.

Legalitas perizinan usaha dasar ini sangat penting, karena menjadi prasyarat untuk pengurusan perizinan lainnya, sesuai kategori usaha yang dijalankan berikut jenis produknya. 

Menurut Anis, hal ini tentu harus mendapatkan perhatian serius. Karena, menurutnya, IKM maupun UMKM tidak akan bisa berkembang dan naik kelas, jika legalitas dan standardisasi terkait usaha yang dijalankan dikesampingkan. 

“UMKM dan IKM sebagai salah satu bentuk aktivitas ekonomi masyarakat. Harus kita upayakan keberlangsungannya. Siapa lagi yang bisa mengangkat UMKM dan IKM, jika kita tidak punya perhatian terhadap kelangsungan mereka,” tandasnya.

Ke depan, kata Anis, pihaknya akan memfasilitasi produk lokal, terutama olahan mamin pelaku usaha kecil ini bisa diterima di sektor pariwisata, khususnya perhotelan. Dimana, produk-produk UMKM dalam goodybag dan isinya, akan jadi fasilitas bagi pemesan kamar hotel. 

"Kita sudah bicara dengan pihak hotel, dan di Kabupaten Malang kan banyak. Tinggal kesiapan UMKM dengan fasilitasi dinas terkait. Termasuk, standar produk dan sertifikasi halalnya. Jadi, nanti produk UMKM kita akan terserap konsumen sektor pariwisata ini," demikian perempuan yang akrab disapa Ummi Anis ini. (*) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES