Sosok

Farel Yuda Kusuma, Bangkitkan Semangat Wayang di Tengah Gempuran Budaya Modern

Jumat, 11 April 2025 - 19:34 | 11.11k
Farel Yuda Kusuma, remaja 18 tahun asal Kelurahan Kaliwungu, Kecamatan/Kabupaten Jombang saat menunjukan kegemarannya terhadap wayang kulit. (Foto: Rohmadi/TIMES Indonesia)
Farel Yuda Kusuma, remaja 18 tahun asal Kelurahan Kaliwungu, Kecamatan/Kabupaten Jombang saat menunjukan kegemarannya terhadap wayang kulit. (Foto: Rohmadi/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JOMBANG – Di tengah arus globalisasi dan budaya populer yang kian menggerus warisan leluhur, seorang pemuda asal Jombang justru memilih jalan yang tak biasa. Farel Yuda Kusuma, remaja 18 tahun asal Kelurahan Kaliwungu, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang, membuktikan bahwa seni tradisional seperti wayang masih relevan dan bisa digemari generasi muda masa kini.

Sejak usia 7 tahun, Farel telah jatuh hati pada keindahan dan filosofi mendalam yang terkandung dalam tokoh-tokoh pewayangan. Ketertarikan itu muncul saat ia melihat gambar wayang di buku pelajaran Pepak Bahasa Jawa saat masih duduk di bangku kelas 1 SD. 

Advertisement

“Bentuk wayang yang unik langsung menarik perhatian saya waktu itu,” kenang siswa SMAN 3 Jombang ini kepada awak media, Jumat (11/4/2025).

Meski tidak berasal dari keluarga seniman wayang, darah seni mengalir dari sang kakek yang dikenal sebagai seorang pengrawit atau penabuh gamelan. Semangat itulah yang akhirnya mendorong Farel untuk belajar secara otodidak, baik dari buku maupun internet.

Saat menginjak kelas 4 SD, ia mulai mendalami seni membuat wayang dari kertas karton. Awalnya untuk koleksi pribadi, namun seiring waktu banyak orang yang tertarik hingga akhirnya ia mulai menerima pesanan. Dari sinilah lahir KF Productions, usaha kecil yang ia rintis untuk menjual karya-karya wayangnya melalui media sosial, khususnya Instagram.

Farel-Yuda-Kusuma-b.jpg

Tak hanya piawai menciptakan tokoh wayang, Farel juga aktif mengikuti pentas seni dan ekstrakurikuler karawitan di sekolahnya. Meski belum tampil penuh sebagai dalang, ia pernah berperan dalam pementasan di sekolah dengan dukungan teman-teman sebagai pengiring gamelan.

“Saya memang lebih sering belajar tentang musik tradisional, tapi semangat untuk menjadi dalang tetap saya pelihara,” ujarnya.

Farel sangat mengagumi cerita-cerita pewayangan, terutama lakon Pendawa Sukur atau Sesaji Rajo Joyo, yang mengandung pesan moral tentang perjuangan, keadilan, dan kebijaksanaan. Menurutnya, wayang bukan sekadar hiburan visual, melainkan cerminan kehidupan yang sarat nilai-nilai luhur.

“Buat saya, wayang itu punya kekuatan terapi. Saat bermain atau membuat wayang, ada rasa damai yang tidak saya temukan di aktivitas lain,” ungkapnya.

Kini, menjelang kelulusan dari SMAN 3 Jombang, Farel telah menyiapkan langkah besar berikutnya: melanjutkan pendidikan di Universitas Negeri Surabaya (Unesa), jurusan Seni Drama, Tari, dan Musik (Sendratasik). 

Di kampus itu, ia berharap bisa semakin mengasah kemampuannya dan terus berkontribusi dalam pelestarian budaya tradisional. Dengan semangat yang tak padam, Farel ingin menjadi inspirasi bagi generasi muda lainnya. 

“Boleh kagum dengan budaya luar, tapi jangan lupa akar budaya kita sendiri. Wayang itu warisan bangsa yang penuh nilai dan makna,” pungkasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES