Danlanud Abd Saleh Marsekal Pertama Reza RR Sastranegara, Pemimpin Supel yang Mengudara dengan Hati

TIMESINDONESIA, MALANG – Langit Malang pagi itu membentang biru di atas Lanud Abd Saleh Malang, Jatim. Di bawahnya, deretan pesawat TNI AU tampak gagah berjajar, menanti tugas negara.
Namun ada yang lebih menarik dari sekadar deru mesin dan barisan prajurit. Sosok berseragam lengkap, wajah teduh, menyapa setiap anggota dengan senyum yang tak dibuat-buat.
Advertisement
Ia adalah Marsekal Pertama TNI Reza RR Sastranegara, S.Sos., M.A.P., MNSS. Komandan Pangkalan TNI AU Abdulrachman Saleh, sang pemimpin yang tak sekadar memerintah dari balik meja.
Reza datang bukan hanya membawa jabatan. Ia juga semangat baru. Di dunia militer yang kerap identik dengan disiplin kaku, ia hadir seperti angin sejuk yang membelai. Membawa nuansa kedekatan, ketulusan, dan keikhlasan.
“Saya mengenalnya sangat supel, suka berteman secara tulus. Baik hati,” ungkap Andri Ariestianto, sahabat lama Reza, saat mengenang awal perjumpaan mereka.
Marsma TNI Reza R.R. Sastranegara, S.Sos., M.A.P., MNSS
Sebuah testimoni yang mencerminkan sosok perwira tinggi ini bukan hanya dihormati. Ia juga dicintai.
Kisah Reza di TNI AU adalah kisah tentang ketekunan yang tak pernah surut. Berangkat dari penerbang muda, ia melesat bukan hanya karena kecakapan teknis, tapi juga karena etos kerja yang tak mengenal kata lelah.
Memimpin dengan Empati
Dari Skadron ke Wing. Dari Wing ke Pangkalan, jejaknya selalu meninggalkan warna: semangat, loyalitas, dan empati.
Pada 2020, ia dipercaya menjadi Komandan Wing Udara 2 di Lanud Abdulrachman Saleh. Posisi strategis yang menuntut kepemimpinan taktis dan hati yang besar. Reza menjalankan dua-duanya.
Saat memimpin di Bali sebagai Danlanud Ngurah Rai, Reza menunjukkan bahwa militer bukan hanya soal strategi dan pertahanan. Tapi juga tentang menjangkau hati masyarakat.
Reza membuka ruang sinergi dengan komunitas lokal. Saat menjabat Danlanud Ngurah Rai kala itu juga menggelar air show yang tak hanya atraktif tapi juga membumikan semangat cinta tanah air.
Di situlah ia hadir di tengah rakyat. Membagikan bantuan, menjabat tangan warga, dan menunjukkan bahwa TNI AU bisa menjadi sahabat.
Pendidikan strategisnya di Australian War College menjadi titik penting dalam penguatan visinya. Ia tak hanya belajar soal strategi geopolitik, tapi juga mengasah intuisi kepemimpinan global.
Sepulang dari sana, Reza tidak berubah. Dia tetap Reza yang sederhana. Reza yang menyapa duluan. Reza yang mendengarkan lebih banyak daripada berbicara. Namun yang baru, ada horizon berpikir yang lebih luas dan mendalam.
Kembali ke Bumi Arema
Dan kini, di pangkuan Gunung Bromo dan hamparan langit Jawa Timur, ia kembali ke Malang. Kali ini bukan sebagai komandan wing, melainkan sebagai komandan seluruh pangkalan.
Ia tahu benar tantangan yang menanti. Infrastruktur udara, kesiapsiagaan alutsista, pembinaan personel, hingga sinergi dengan pemerintah daerah. Namun seperti biasa, Reza tidak mengeluh. Ia bekerja. Diam-diam, tuntas.
Wali Kota Malang Wahyu Hidayat menyambutnya dengan harapan besar. Kolaborasi antara Lanud dan Pemkot makin erat, termasuk dalam program MBG. Makan Bergizi untuk anak-anak sekolah.
Reza turun langsung ke lapangan, meninjau dapur umum, menyuapi semangat lewat senyum yang hangat. Di sana, tak ada jarak antara Marsekal dan rakyat. Hanya ada kemanusiaan yang menyatu dalam pengabdian.
Marsma TNI Reza R.R. Sastranegara, S.Sos., M.A.P., MNSS
Para prajurit muda menjadikannya teladan. Tidak sedikit yang meniru gaya kepemimpinannya: tenang, tapi tegas. Sabar, tapi presisi.
“Pak Reza itu seperti langit yang teduh,” ujar seorang prajurit.
“Kalau sedang ada masalah, cukup bicara dengannya sebentar, hati langsung adem.”
Dalam struktur militer, nama Reza makin dikenal bukan karena retorika, tapi karena rekam jejak. Setiap tempat yang ia tinggalkan, selalu rapi, teratur, dan meninggalkan kesan baik.
Reza tidak pernah berusaha tampil mencolok. Tapi justru karena itu, cahayanya semakin nyata.
Kini, setiap pagi di Lanud Abdulrachman Saleh, saat matahari mulai meninggi, suara instruksi terdengar lebih bersemangat. Semangat itu datang dari seorang pemimpin yang bekerja dengan hati.
Ia bukan sekadar Marsekal. Ia adalah sahabat, panutan, dan inspirasi.
Di langit yang biru itu, nama Reza RR Sastranegara melayang tinggi. Bukan karena pangkat, namun juga karena integritas.
Bukan karena kekuasaan, tapi karena kasih sayang. Sebab pada akhirnya, pemimpin terbaik bukan yang paling keras suaranya. Tetapi pemimpin yang paling tulus jiwanya.
Dan Marsekal Pertama TNI Reza RR Sastranegara, S.Sos., M.A.P., MNSS., dengan segala kesahajaannya, telah membuktikan bahwa langit bukan batas. Langit juga ruang untuk terus mengabdi. Terbang membawa harapan Indonesia. Sukses sehabat. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Rochmat Shobirin |