Keramahan Khas Indonesia Bawa Wanita Ini Jadi Karyawan Inspiratif di Swiss

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Salah satu diaspora Indonesia yang menetap di Swiss, Jay Miguelly Rezkika, kembali membawa kabar membanggakan. Perempuan asal Indonesia ini baru saja dianugerahi penghargaan lokal dalam bentuk peliputan khusus dalam sebuah buku lokal Swiss berjudul Butter bis zum Rand.
Penghargaan tersebut diberikan sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi dan karakter luar biasa Jay dalam menunjukkan keramahtamahan selama bekerja di Nooch Asian Kitchen, sebuah restoran ternama di negeri Alpen tersebut. Ia menjadi simbol ketulusan pelayanan yang mencerminkan budaya asli bangsa Indonesia.
Advertisement
Wanita yang kini berusia 39 tahun tersebut dipilih sebagai sosok inspiratif karena dianggap memiliki karakter kuat dalam melayani pelanggan dengan sepenuh hati. "Saya merasa sangat terharu, tidak disangka sikap sederhana seperti melayani dengan hati bisa dihargai sebesar ini," ungkap Jay.
Sang pemilik restoran bahkan menyebut Jay sebagai salah satu kunci kesuksesan bisnis mereka. Hal itu tak lepas dari kehangatan dan etos kerja yang ia tunjukkan setiap hari.
Buku yang terbit awal Juli 2025 juga menulis tentang kegigihan Jay dalam bekerja sehingga menjadi salah satu karyawan yang menginspirasi sesama pekerja di restoran tersebut.
Nooch Asian Kitchen sendiri merupakan salah satu jaringan restoran Asia terbesar di Swiss yang berada di bawah naungan Familie Wiesner Gastronomie (FWG). Grup ini nyatanya kelompok restoran ternama yang juga memiliki merek lain seperti Negishi Sushi Bar, Miss Miu, dan The Butcher.
Nooch Asian Kitchen sendiri telah menyajikan street food khas Asia di Swiss selama lebih dari 15 tahun. Saat ini, Nooch memiliki 12 cabang yang tersebar di berbagai kota besar, khususnya area Zürich. Jay merasa bangga dapat menjadi bagian dari tim restoran tersebut. Ia menekankan bahwa nilai pelayanan sepenuh hati adalah kunci utamanya.
“Kami bukan hanya ramah, tapi juga terbiasa memberi pelayanan terbaik dan menolong sesama,” ungkap wanita yang sudah tinggal di Swiss elama 18 tahun ini.
Namun, perjalanan Jay tidaklah mudah. Tinggal jauh dari tanah air, ia dihadapkan pada berbagai tantangan, mulai dari kendala bahasa hingga adaptasi budaya. Jay menekankan pentingnya semangat belajar untuk bisa bertahan dan berkembang di luar negeri.
“Awalnya saya belum bisa berbahasa Jerman, tapi saya yakin kalau orang lain bisa, saya juga pasti bisa,” ceritanya. Dengan tekad kuat dan semangat belajar yang tinggi, Jay pun berhasil menaklukkan tantangan tersebut.
Kini ia dipercaya sebagai team leader di tempatnya bekerja. Kepercayaan itu menjadi bukti bahwa kerja keras tidak pernah mengkhianati hasil.
Jabatan tersebut membawa tanggung jawab baru yakni memimpin tim dengan latar belakang budaya yang beragam. Meski sempat merasa kesulitan, Jay menyatakan bahwa sebagai orang Indonesia, dirinya terbiasa dengan nilai-nilai keberagaman dan gotong royong.
“Yang penting mau belajar dan saling menghargai, karena di sini tidak ada pekerjaan yang lebih tinggi atau lebih rendah,” tuturnya. Semua pekerjaan menurut Jay memiliki nilai yang setara.
Keramahtamahan Jay juga membuat pelanggan ketagihan pelayanan profesionalnya. Salah satu momen paling membanggakan bagi Jay adalah ketika pelanggan secara khusus mencarinya saat ia tidak sedang bertugas.
Hal itu membuat Jay merasa keberadaannya sangat dihargai. “Rasanya luar biasa. Saya merasa dihargai bukan hanya sebagai pekerja, tapi sebagai pribadi,” katanya dengan penuh rasa syukur.
Dilansir dari laman KPU, saat ini sekitar 3.500 WNI tinggal di Swiss. Sebagian besar mereka bekerja dalam bidang hospitality industry seperti perhotelan, restoran, atau kafe. Beberapa juga bekerja di sektor kesehatan dan teknologi.
Kisah Jay Miguelly Rezkika mencerminkan potret diaspora Indonesia yang mampu bersinar di negeri orang. Dengan ketulusan, semangat belajar, dan karakter khas Indonesia yang menjunjung tinggi keramahtamahan, Jay tidak hanya berhasil beradaptasi, tapi juga memberikan dampak nyata bagi komunitas tempat ia bekerja.
Penghargaan yang diterimanya di Swiss menjadi simbol bahwa nilai-nilai luhur budaya Indonesia tetap relevan dan dihargai di panggung global. Jay hanyalah satu dari ribuan wajah diaspora yang membanggakan, namun kisahnya menjadi pengingat bahwa setiap peran, sekecil apa pun, dapat berkontribusi bagi citra positif bangsa. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Khodijah Siti |
Publisher | : Rizal Dani |