Masih Banyak yang Gagal Paham Soal Fungsi dan Estetika Lighting
TIMESINDONESIA, MALANG – Sebagian besar atau bahkan mayoritas orang awam, hanya asal-asalan dalam hal memilih lighting atau penerangan seperti lampu.
"Yang penting terang," pikir masyarakat umum. Hal tersebut ternyata menjadi pemahaman yang keliru. Terang tidak selalu membawa dampak yang bagus dari fungsi penerangan itu sendiri.
Advertisement
Seorang praktisi penerangan dari Kota Malang, Daud mengatakan, saat ini memang masih banyak masyarakat yang keliru dalam memfungsikan penerangan. Dia memberikan contoh, pamasangan lampu kamar dengan watt besar atau di atas 20 watt, agar kamar terlihat sangat terang, adalah kesalahan yang banyak terjadi di masyarakat.
Fungsi kamar adalah sebagai tempat istirahat, melepas penat, dan sebagainya. Sedangkan lampu di atas 20 watt di ruangan seperti kamar, bisa merusak estetika kamar itu sendiri, dan malah bisa membuat pemilik ruangan tidak bisa rileks. Bahkan bisa mempunyai beberapa efek samping bagi kesehatan.
Hal itu dikuatkan oleh penelitian mengenai efek temperatur warna cahaya terhadap kualitas tidur, yang dikutip dari www.academia.edu, Effect of Color Temperatur of Light Source on Slow Wave Sleep, Universitas Kyushu.
Dalam penelitian itu disebutkan warna cahaya redup pada ruang tidur akan membuat kualitas tidur lebih baik dibandingkan warna cahaya yang cerah di ruang tidur. Paparan warna cahaya ini rupanya memiliki kaitan dengan banyaknya produksi hormon melatonin atau hormon yang memengaruhi kualitas tidur.
Untuk itu, pemilihan lampu penerangan yang paling tepat untuk sebuah kamar adalah lampu dengan ukuran 7 - 15 Watt.
"Lighting itu punya fungsi dan estetikanya sendiri. Sehingga pemilihan penerangan ini harus sesuai dengan fungsinya. Untuk kamar tidur sendiri, untuk ruang belajar sendiri, dan tempat-tempat lainnya juga punya estetikanya sendiri," ucapnya.
Pria yang pernah belajar soal lighting di The Hague University of Applied Sciences Belanda itu memberikan contoh lain, diskotik selalu memakai penerangan yang cenderung gelap dan dipadu dengan warna-warna yang mencolok seperti merah, yang mengandung arti cinta, berani, dan kuat. Dalam bidang psikologi, warna merah dianggap sebagai bahaya dan peringatan, semangat dan energi, agresi, dominasi, gairah dan hasrat, juga kekuasaan.
Ketika seseorang masuk ke dalam diskotik, jiwa seseorang bisa langsung terasa menggelora, berhasrat, dan lain sebagainya, karena efek dari penerangan yang ada disana. Hal ini dia sebut sebagai fungsi penerangan itu sendiri.
"Berbeda lagi kalau di diskotik dipasang lampu putih terang, pasti suasananya akan berbeda. Itu salah satu contoh fungsi dan estetika penerangan," terangnya.
Meski terlihat sepele, hal ini ternyata butuh pemahaman yang benar, agar fungsi dan estetika penerangan ini tidak sampai melenceng.
Fenomena banyaknya masyarakat yang belum paham dengan fungsi dan estetika penerangan tersebut, membuat pemilik Toko Jagoan LED itu terpikirkan untuk membuat akademi lighting di Malang. Yang tujuannya adalah memberikan edukasi terhadap masyarakat umum perihal lighting.
"Sekolah lightning dan design di Asia saat ini hanya ada di di Thailand dan Jepang," kata dia.
Dengan menggelar akademi lighting ini nanti, dia berharap, masyarakat bisa lebih mengerti soal pemilihan, fungsi, dan estetika penerangan, tanpa jauh-jauh ke luar negeri.
"Nanti akan kita rumuskan lagi seperti apa teknis dan konsep dari akademi lighting itu," pungkas Daud. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |