Perang AI di Pilpres: CEO OpenAI Sam Altman Sebut Bisa Jadi Ancaman Integritas Pemilu
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Perang AI di pilpres menahbiskan teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dalam kancah politik. CEO OpenAI Sam Altman bahkan menyebut AI dapat menjadi ancaman terhadap integritas pemilu.
Dikutip TIMES Indonesia dari Reuters pada Kamis (15/6/2023), Altman menyebut di depan Senat AS; "Dalam konteks pemilu dan AI, saya cemas."
Advertisement
Menurut pandangan Altman, AI memiliki potensi besar untuk merusak integritas pemilu jika tidak diatur dengan benar. Dia berpendapat bahwa regulasi pemerintah diperlukan untuk memastikan bahwa AI tidak disalahgunakan, terutama dalam konteks pemilu.
Negara seperti Amerika Serikat dan Indonesia, yang akan menyelenggarakan pemilu dalam waktu dekat, perlu mewaspadai penyebaran informasi palsu atau hoaks, yang dapat dipicu oleh penyalahgunaan AI. Altman memberikan contoh penyebaran gambar manipulatif mantan Presiden Donald Trump yang diborgol oleh polisi New York, yang viral di media sosial.
CEO OpenAI ini menekankan perlunya kreator gambar AI mengungkapkan bahwa karya mereka bukanlah asli. Dia juga sebelumnya menyerukan pemerintah AS untuk menerbitkan izin dan kewajiban uji coba bagi pihak yang ingin mengembangkan AI.
Model AI yang dirancang untuk persuasi dan manipulasi manusia, menurut Altman, harus mendapatkan izin. Pencipta model ini harus memiliki hak untuk menolak penggunaan data dan hasil kerja mereka dalam melatih AI.
Di sisi lain, Altman juga mencatat bahwa data yang ada di internet dapat digunakan oleh siapa saja, yang menambah kompleksitas masalah ini.
Pandangan CEO OpenAI Sam Altman ini menggarisbawahi pentingnya regulasi dalam mengelola perkembangan teknologi AI, terutama dalam konteks perang AI di pilpres dan pemilu dalam penyebaran informasi. Regulasi pemerintah dianggap penting dalam menjaga kepercayaan publik selama pemilu dan mencegah penyalahgunaan AI. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Rifky Rezfany |