Huawei Luncurkan Ponsel Pintar dengan OS Buatan Sendiri
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Raksasa teknologi China, Huawei menantang dominasi raksasa Barat, dimana akan meluncurkan telepon pintar pertamanya yang dilengkapi dengan sistem operasi (OS) buatan sendiri.
iOS milik Apple dan Android milik Google saat ini digunakan di sebagian besar ponsel.
Advertisement
Dilansir CNA, Huawei akan mengubahnya dengan perangkat Mate 70 terbarunya, yang berjalan pada HarmonyOS Next milik perusahaan itu sendiri.
Peluncuran ini menandai perubahan besar dalam nasib Huawei, yang sempat terhambat sanksi berat dari Amerika Serikat beberapa tahun terakhir ini. Tetapi akhir-akhir ini Huawei bangkit kembali, dan penjualannya yang melonjak.
"Pencarian sistem operasi seluler yang layak dan yang bisa ditingkatkan skalanya, yang sebagian besar bebas dari kendali perusahaan Barat, telah berlangsung lama di China," komentar Mitra untuk Tiongkok dan Pemimpin Kebijakan Teknologi di firma konsultan Albright Stonebridge Group, Paul Triolo kepada AFP.
"Namun telepon pintar baru ini yang juga didukung oleh chip canggih produksi dalam negeri menunjukkan perusahaan teknologi China dapat "bertahan," katanya.
Anggota parlemen AS marah setelah Huawei memperkenalkan laptop dengan chip AI Intel baru Mate 70 yang juga akan diluncurkan pada acara peluncuran perusahaan pada Selasa sore ini di kantor pusatnya di Shenzhen.
Menurut platform belanja daring Huawei, lebih dari tiga juta unit telah dipesan, namun hal itu tidak mengharuskan pemesan membelinya.
Risikonya tinggi, tidak seperti iterasi sebelumnya, yang berdasarkan kode sumber terbuka Android, HarmonyOS Next memerlukan penataan ulang yang menyeluruh pada semua aplikasi di telepon pintar yang didukungnya.
"HarmonyOS Next adalah sistem operasi lokal pertama, sebuah tonggak sejarah bagi Tiongkok untuk menjauh dari ketergantungan pada teknologi Barat untuk perangkat lunak dengan peningkatan kinerja," tambah ekonom senior di Natixis, Gary Ng kepada AFP.
Namun, sementara perusahaan China mungkin bersedia mengalokasikan sumber daya untuk berkontribusi pada ekosistem Huawei, masih ada tantangan apakah HarmonyOS Next bisa menawarkan jumlah aplikasi dan fungsi yang sama kepada konsumen global," kata Ng lagi.
Huawei mendapati dirinya berada di pusat persaingan teknologi yang intens antara Beijing dan Washington, dimana pejabat AS memperingatkan peralatannya itu bisa digunakan untuk memata-matai atas nama otoritas China. Namun tuduhan itu dibantah oleh Huawei.
Sejak 2019, sanksi AS telah memutus Huawei dari rantai pasokan global untuk teknologi dan komponen buatan AS, tindakan yang awalnya menghantam produksi telepon pintarnya.
Pertarungan itu bisa akan semakin memanas di bawah Presiden terpilih AS Donald Trump, yang telah menjanjikan tarif besar terhadap impor China sebagai respons atas apa yang disebutnya praktik perdagangan Beijing yang tidak adil.
Trump menjanjikan akan mengenakan tarif 25% untuk Kanada dan Meksiko, dan tarif lebih tinggi lagi untuk China.
"Daripada Huawei yang menginspirasi industri teknologi secara global, lebih baik kemandirian industri teknologi China sajalah yang memajukan Huawei," kata analis senior di firma riset teknologi Canalys, Toby Zhu kepada AFP.
Sikap keras AS terhadap produk-produk China akan tetap berlaku terlepas dari siapa yang memenangkan pemilihan presiden.
Itu berdampak buruk pada perusahaan-perusahaan di Asia Tenggara.
"Keberhasilan produk telepon pintar generasi baru Huawei akan menjadi ukuran utama apakah dorongan itu berhasil," kata Zhu lagi.
"Generasi produk ini tidak boleh kehilangan sasaran karena semua orang memiliki harapan tinggi terhadapnya," tambahnya.
Huawei pernah menjadi produsen telepon pintar domestik terbesar di China sebelum terlibat dalam perang teknologi antara Amerika Serikat dan China.
Perusahaan ini mengedarkan lebih dari 10,8 juta unit telepon pintar pada kuartal ketiga, itu hanya menguasai 16 persen pangsa pasar China, menurut laporan Canalys terkini.
Bulan September lalu, perusahaan ini meluncurkan ponsel lipat tiga pertama di dunia dengan harga tiga kali lipat lebih mahal dari iPhone terbaru, Mate XT, yang dibanderol dengan harga US$2.800.
Mate 70 tidak mungkin berharga semahal itu, meskipun harganya belum diumumkan, dimana pendahulunya diluncurkan dengan harga awal US$750.
"Masih belum jelas apakah pengembang di luar China akan bersedia mengeluarkan uang yang dibutuhkan untuk membangun versi yang sepenuhnya baru dari aplikasi mereka untuk telepon pintar terkini," kata salah satu pendiri dan CEO AppInChina, penerbit perangkat lunak internasional di China, Rich Bishop kepada AFP.
"Satu lembaga pihak ketiga di Tiongkok mengutip harga dua juta yuan (US$275.500) untuk menyesuaikan aplikasi asing untuk HarmonyOS Next," tambahnya.
"Untuk meyakinkan mereka, Huawei perlu terus meningkatkan perangkat lunak, menyediakan dukungan yang lebih baik bagi pengembang, dan meyakinkan komunitas pengembang bahwa Huawei berkomitmen pada pengembangan ekosistem Harmony dalam jangka panjang", kata Triolo lagi. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |