Wisata Bondowoso Republik Kopi

Secangkir Kopi di Lereng Kawah Ijen yang 'Meraung'

Jumat, 06 Mei 2016 - 16:37 | 243.77k
Seorang wisatawan asing yang sedang asyik menikmati keindahan pemandangan Lereng Kawah Ijen di Kabupaten Bondowoso, dengan ditemani secangkir kopi. (Yatimul Ainun/TIMES Indonesia)
Seorang wisatawan asing yang sedang asyik menikmati keindahan pemandangan Lereng Kawah Ijen di Kabupaten Bondowoso, dengan ditemani secangkir kopi. (Yatimul Ainun/TIMES Indonesia)
FOKUS

Bondowoso Republik Kopi

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Perkebunan kopi yang berlokasi di area Lereng Kawah Ijen, Kabupaten Bondowoso, salah satunya di wilayah Jampit, merupakan agrowisata di Kabupaten yang kini populer punya sebutan "Bondowoso Republik Kopi".

Mayoritas tanaman yang ibarat 'biji emas' yang ditanam di tanah Lereng Kawah Ijen itu, dikelola oleh PTP Nusantara VII Kalista Jampit. Perkebunan itu terletak pada 74 Km ke arah timur Kabupaten Bondowoso.

Advertisement

Perkebunan tersebut memiliki luas 4000 hektare dan terletak pada ketinggian 900 meter, dari permukaan laut. Saat kru TIMES Indonesia berkunjung menjelajah kebun kopi, yang ada di areal itu, alam pegunungan yang ada terasa sejuk.

Selain menawarkan suasana hijau dan sejuk, setiap pengunjung yang datang, juga bisa menyaksikan secara langsung proses penggilingan hingga pengemasan kopi jenis Arabika, yang sudah siap di pasarkan di berbagai daerah di Indonesia bahkan di berbagai negara di dunia.

Setiap wisatawan yang datang, selain bisa leluasa menikmati hal-hal berbau kopi, juga dimanjakan beebrapa fasilitas lain, seperti bisa menikmati taman bunga, memancing, renang di kolam air panas, bermain tenis atau hanya bersantai dan menikmati sejuknya suasana alam di lereng Ijen.

Misalanya, saat wisatawan mendatangi rumah tua yang populer disebut 'Sepotong Eropa di Bondowoso', tak lepas dengan sajian kopi jenis Arabika dan Robusta. di rumah yang berdiri tahun 1927 itu, juga dijual aneka jenis kopi.

Menurut pengakuan Rais (32), seorang penjaga rumah kuno 'Sepotong Eropa di Bondowoso', dirinya sudah 11 tahun bertugas di rumah yang dibangun sejak tahun 1927 lalu itu.

Di rumah yang berlokasi di Desa Jampit, Kecamatan Sempol, Kabupaten Bondowoso itu, ia terlihat tak pernah lelah melayani pesanan kopi dari setiap pengunjung yang datang.

"Bangunan di belakang rumah kuno ini, dulu adalah pabrik kopi," katanya sembari menunjukkan bangunan bekas pabrik kopi itu. Bagi wisatawan yang akan menginap di rumah tersebut, dibanderol harga sewa Rp 2,2 juta, dalam sehari semalam.

MENIKMATI KOPI: Sepasang wisatawan sedang asyik menikmati kopi Bondowoso di Lereng Kawah Ijen. (Yatimul Ainun/TIMES Indonesia)

Wisatawan yang datang untuk berlibur dan menyewa rumah itu, tak hanya bermaksud akan menikmati keindahan alam yang ada.

"Tapi, tak lupa juga menikmati kopi jenis Arabika dan Robusta. Kita menyediakan kopi jenis itu," akunya.

Rumah kuno itu cerita Raih, pernah disewa oleh mantan Gubernur Jawa Timur, Imam Utomo, bersama keluarganya. "Beliau bersama istri tak lupa juga menikmati kopi Arabika dan Robusta," kenangnya.

Diketahui, kopi jenis Arabika, yang kini menjadi salah satu komoditas andalan 'Bondowoso Republik Kopi', sudah di ekspor ke berbagai negara di Eropa mapun Asia.

Nilai ekspor kopi Bondowoso diketahui, dari tahun ke tahun, terus mengalami peningkatan yang signifikan. Misalnya, harga ekspor kopi tersebut membuat para petani kopi di Bondowoso sudah mulai menikmati hasil yang menggembirakan.

"Menanam kopi bagi warga disini, sudah menjadi andalan. Jadi tabungan untuk bisa naik haji, jika sudah panen. Bisa beli mobil, sepeda motor. Kopi sudah jadi tabungan emas bagi warga Bondowoso," kata Bupati Bondowoso, Amin Said Husni, saat ditemui TIMES Indonesia, di pendapa Kabupaten Bondowoso, beberapa pekan lalu.

Menurutnya, kopi asli Bondowoso tak hanya memberikan sajian kenikmatan luar biasa bagi penikmat kopi dan wisatawan. "Namun, kenikmatan itu seakan meraung, karena saking nikmatnya kopi Bondowoso," katanya sembari tersenyum.

Nikmatnya kopi asli 'Bondowoso Republik Kopi' itu, tak hanya nikmat jika diseruput di tengah kota Bondowoso. Tapi akan lebih nikmat, jika dinikmatinya di berbagai obyek wisata yang ada di Lereng Gunung Ijen.

Menurut cerita Yusriyadi, salah satu pemiliki home industri, dengan mengangkat brand Java Raung, produk kopi Arabika, miliknya yang terdiri dari green bean (biji kopi) maupun kopi bubuk sudah berhasil menembus pasar ekspor.

"Untuk pasar luar negeri, produk kami sudah tembus ke Taiwan dan Malaysia," aku pria yang juga aktivis di komunitas Bondowoso Hills of Java ini.

Kembali menurut pengakuan Bupati Bondowoso, Amin Said Husni, ketersediaan kopi di tingkat pekebun, beberapa tahun ini, kini sudah terus meningkat.

Hal tersebut, setelah pemerintah daerah mendirikan kluster kopi hasil kerjasama dengan beberapa pihak. Para eksporter besar kini mulai memenuhi permintaan dari buyer di Eropa, seperti Swiss dan negara lainnya di dunia.

Setelah adanya kluster kopi, kini pengembangan Arabika di kawasan Sumber Wringin semakin bagus. Apalagi, kini juga sudah indikasi geografis dengan nama "Java Coffee Ijen Raung".

Produk Java Coffee Ijen Raung juga mulai memiliki tempat di pasar kopi internasinal, bersaing dengan jenis lain seperti Gayo, Kintamani, Wamena hingga Toraja.

"Jenis-jenis kopi Arabika, dikenal memiliki citarasa khas dibanding dengan produk dari negara lain. Selain itu, aneka obyek wisata yang ada di Lereng Kawah Ijen, cukup luar biasa. Banyak tokoh yang mengaguminya," ujar Amin Said.

Berkat perjuangan Bupati Amin Said, pada 2011 silam, kopi rakyat yang sebelumnya tidak terlalu bernilai, akhirnya berhasil berlayar ke Swiss. Padahal, Swiss dikenal sebagai negara yang sangat selektif dalam menerima komoditas dari negara lain.

"Ekspor perdana itu sebanyak 1 kontainer dengan berat 17.687 kg. Nilainya sekitar Rp 672 juta. Sejak saat itu, banyak petani yang tertarik untuk ikut menanam kopi bersama Puslitkoka," kata Amin.

SEPOTONG EROPA: Suasana di Villa Guest House, di Desa Jampit, Kecamatan Sempol, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur.

Bondowoso kini tak hanya dikenal dengan kenikmatan kopi. Tapi keindahan alam di lereng kawah Ijen, juga menarik simpati para wisatawan lokal dan interlokal. Keindahan puncak Megasari dan obyek wisata lainnya cukup menghipnotis banyak orang untuk datang.

Keindahan alamnya cukup memberi insirasi banyak wisatawan. Salah satunya, bagi desainer muda busana Muslim Indonesia, Dian Pelangi. Terbukti, dalam perhelatan Indonesia Fashion Week 2016, Dian Pelangi bersama brand make-upnya merilis koleksi dengan tema 'Lembayung Jiva'.

Dian Pelagi, mengaku terinspirasi dari Kawah Ijen, di Kabupaten Bondowoso. Akhirnya, ia menghadirkan busana berupa terusan berpotongan flare atau lebar, long coat, hingga vest dalam print motif alam yang terlihat abstrak.

"Untuk kolaborasi ini, aku memilih tema elemen api. Api kan identik dengan warna merah. Tetapi, karena terinspirasi dari Kawah Ijen, aku merasa tertantang untuk mengambil dari sisi biru dan ungunya api, terang Dian Pelangi, dalam jumpa pers Wardah CO[L]ORDINATION, 11 Maret 2016, di Plenary Hall, JCC.

Selanjutnya, sejak 2013 lalu, Pemkab Bondowoso, mulai mengarahkan petani kopi Robusta untuk beralih ke Arabika. Saat itu, Pemkab Bondowoso langsung mematenkan brand kopi dengan nama kopi Arabika Ijen Raung.

Bagi pecinta kopi dan wisatawan, terasa tak lengkap, jika tak pernah menikmati kopi di puncak lereng Ijen. "Bondowoso siap menyambut baik wisatawan untuk menjelajah ke kebun kopi dan obyek wisata lainnya di Lereng Kawah Ijen Bondowoso," ucap Amin Said Husni.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Khoirul Anwar

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES