
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Surili (Prebystis comata), tak banyak yang mengenal primata lucu ini. Mukanya hitam manis, jambulnya mencolok, raut mukanya menggemaskan. Suaranya yang melengking semakin menambah keimutannya yang selalu membuat kagum siapapun yang melihat satwa ini.
Primata endemik Pulau Jawa ini ditunjuk menjadi logo Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016 . Primata yang juga menjadi fauna identitas kabupaten Bogor ini memang jarang terlihat bila dibandingkan dengan 2 monyet lain yang ada di Pulau Jawa, seperti Monyet Ekor-panjang (Macaca fascicularis) dan Lutung Jawa (Trachypetacus auratus).
Advertisement
Perilaku mereka yang pemalu dan jarang turun ke permukaan tanah membuat mereka lebih sulit dilihat, kecuali jika Anda benar-benar berniat untuk melihat keimutan si primata cantik yang satu ini.
Surili memiliki tubuh berukuran sedang, dengan bobot dewasa berkisar antara 6-8 kilogram dan panjang tubuh mencapai 60 cm. Ekornya lebih panjang daripada tubuhnya sendiri, mencapai ukuran 72 cm. Tubuh bagian punggung ditutupi oleh bulu-bulu gelap berwarna abu-abu, coklat gelap, hingga hitam gelap dan tubuh bagian bawahnya berwarna pucat.
Bagian kepala kecil dan lebih gelap dibandingkan anggota tubuh yang lain, dengan muka tanpa bulu berwarna hitam kemerahan dan titik putih samar di dahinya. Terdapat jambul kecil yang mencolok di atas kepala, membuat rupa primata ini semakin imut seperti boneka.
Surili hidup dalam kelompok berisi 7-12 ekor individu. Mereka merupakan hewan poligami, dengan satu kelompok hanya memiliki 1 jantan dewasa yang berhak mengawini seluruh betina. Mereka aktif di siang hari, berlompatan dari satu dahan ke dahan lain dalam mencari makanan favorit mereka.
Seperti jenis monyet daun yang lain, sebagian besar makanan Surili adalah daun-daunan muda (62%) dan daun-daunan tua (6%), sementara sisanya terdiri dari berbagai jenis buah-buahan, serangga, kulit kayu, dan lain-lain.
Jenis makanan yang tidak biasa ini dicerna dengan bantuan sistem pencernaan yang unik, dengan usus yang panjang untuk memfermentasikan dedaunan agar lebih mudah untuk diserap nutrisinya. Hal ini membuat perut Surili tampak buncit.
Sayangnya surili lucu ini terancam punah, selain habisnya rumah asli mereka karena pembukaan lahan, faktor perburuan juga turut andil dalam menurunnya jumlah surili. di alam bebas.
Untuk mendapatkan anak Surili, seorang pemburu harus membunuh induknya terlebih dahulu, bahkan seluruh kelompok akan dibantai jika mereka berusaha melindungi bayi tersebut. Kebanyakan bayi yang dipelihara akan mati karena kebutuhan gizinya yang spesial tidak dapat dipenuhi dengan baik.
Tingginya kedua ancaman tersebut membuat populasi Surili kian menurun dari waktu ke waktu. Pada tahun 1996, diperkirakan hanya terdapat 2500 ekor Surili dewasa yang tersisa di alam yang tersebar di sisa-sisa hutan di daerah pegunungan.
Hal ini membuat Surili dimasukan dalam daftar satwa terancam punah (Edangered) oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) dan dilindungi oleh Undang-undang no 5 tahun 1990. Berdasarkan peraturan tersebut, segala tindakan membunuh, menangkap, menjual dan memelihara Surili secara perorangan dilarang oleh hukum dengan alasan apapun.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Yatimul Ainun |
Publisher | : Sholihin Nur |