Wisata

Situs Watu Kebo, Legenda Kerbau Membatu di Bumi Blambangan

Kamis, 03 Januari 2019 - 07:00 | 457.98k
Situs Watu Kebo, di Desa Watu Kebo, Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi. (Foto : Roghib Mabrur/ TIMES Indonesia)
Situs Watu Kebo, di Desa Watu Kebo, Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi. (Foto : Roghib Mabrur/ TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Bagi masyarakat Banyuwangi, nama Watu Kebo, tentunya sudah tak asing lagi. Sebuah situs yang diyakini sebagai peninggalan era kejayaan kerajaan Blambangan. Yang selanjutnya dijadikan nama desa di mana situs ini berada.

Ya, Desa Watu Kebo, Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi.

Advertisement

Situs Watu Kebo berada di dalam area SDN 1 Watu Kebo. Watu adalah bahasa Jawa yang berarti batu dan Kebo memiliki makna kerbau. Sesuai dengan namanya, situs Watu Kebo merupakan batu yang berbentuk menyerupai kerbau sedang tidur.

Dan bagi masyarakat setempat, diyakini situs Watu Kebo memang berasal dari kerbau pada umumnya.

Dari cerita tutur, situs Watu Kebo bermula dari 44 ekor kerbau milik Raden Karto Asmoro, asal Yogyakarta. Kawanan kerbau tersebut akan diberikan kepada Made Kuppe, putri kerajaan Negara, Bali. Sebagai hadiah atas kesediaan dipersunting.

Dalam perjalanan, rombongan beristirahat. Konon tempat istirahat tersebut adalah lokasi SDN 1 Watu Kebo berada. Saat hendak meneruskan perjalanan, ada kerbau yang membandel. Karena tetap tak mau bergerak, maka sang Raden pun murka.

“Lalu dikutuklah si kerbau menjadi batu,” ucap Slamet Supriyadi (42), penjaga sekolah sekaligus juru kunci situs Watu Kebo, Kamis (3/1/2019).

Di era 90 an, lanjut Slamet, situs Watu Kebo dikenal sangat wingit. Banyak kejadian aneh dan tak masuk akal terjadi. Mulai dari tangan siswa SD yang tiba-tiba terjepit sela-sela batu hingga kesurupan massal.

“Lalu dilakukan ritual, di situlah mahkluk gaib si penunggu situs minta dibuatkan guyangan atau kolam, dan sejak saat itu gangguan terhadap siswa SD tak terjadi lagi,” katanya.

Sebagai orang yang paling sering berada di dekat situs Watu Kebo, pengalaman mistis sudah bukan hal aneh lagi. Namun yang paling membuat dia terbelalak terjadi pada tahun 2013 silam.

Kala itu dia bersama sejumlah teman hendak mengembalikan alat-alat kesenian di aula SDN 1 Watu Kebo. Letaknya memang berdekatan dengan situs.

“Teman saya yang sinden kan menunggu sambil duduk di dekat situs, tiba-tiba dia teriak dan langsung lari, ternyata dia melihat sosok kakek tua memegang tongkat bersama anak-anak kecil yang sedang bermain, mungkin tuyul,” ungkap Slamet.

Oleh masyarakat setempat, situs Watu Kebo, hingga kini tetap dianggap sakral. Setiap tahun, usai hari raya Idul Fitri, warga rutin menggelar ritual bersih desa di lokasi setempat. Termasuk ritual adat kebo-keboan yang merupakan tradisi masyarakat agraris Bumi Blambangan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani
Sumber : TIMES Banyuwangi

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES