
TIMESINDONESIA, TAIWAN – Masih ada cerita lain menikmati Ilhas Formosa. Sebutan indah untuk Taiwan. Perjalanan TIMES Indonesia bersama Taiwan Tourism Bureau Kuala Lumpur berlanjut ke Kabupaten Hualien di perbatasan Samudera Pasifik dan Qingshui Cliff.
Terkesan dengan tebing sepanjang 21 kilometer dan tinggi 800 meter sebagai akses jalan menuju Taman Nasional Taroko. Tempat Suku Aborigin tinggal dan melestarikan budaya mereka.
Advertisement
Tebing marmer seperti kisah fiksi dalam cerita-cerita yang digambarkan oleh sineas barat dalam film Lord of The Rings atau Avatar. Tapi penulis lebih suka menyebut ini lokasi legenda Mulan berkembang.
Taroko layaknya seribu surga bagi penikmat kedamaian. Suku Taroko hidup dengan keahlian berburu dan membuat beberapa makanan lezat sebagai jamuan bagi wisatawan. Sedangkan untuk muslim, mereka akan menyajikan menu on the plate khusus dengan pelayanan istimewa dan proses memasak sesuai syariah Islam.
Pemerintah Taiwan menjadikan Taroko sebagai aset istimewa dengan status Taman Nasional. Bermalam sembari menghirup udara segar khas pegunungan di Taroko Village, sebuah cottage cantik dilengkapi fasilitas modern seperti toilet bersih, free wifi, kamar nyaman, air conditioner, dan welcome drink serta kue mochi.
Makan malam kami ditemani atraksi semi kolosal kisah perburuan babi hutan. Tapi sajian di atas meja adalah sepotong daging domba bakar yang menggoda lengkap dengan ubi manis hangat, salad, dan buah segar.
Zheng Ming Gang, Kepala Adat Toroko Village mengatakan jika makanan halal daging kambing merupakan arahan pada saat dia mengikuti Program Moslem Friendly Restaurant oleh The Chinese Muslim Association (CMA).
“Kami sudah mendapat arahan dan membeli daging yang sudah jadi. Namun sebelumnya saya juga mengajukan pertanyaan kepada asosiasi muslim bahwa makanan favorit di Taroko adalah babi hutan. Lalu dia (asosiasi) mengijinkan tapi harus mengikuti aturan asosiasi untuk menyediakan makanan moslem friendly dan menyediakan musholla berikut arah kiblat,” urai Zheng, Selasa (30/7/2019).
Tanpa ragu ia menunjukkan logo gambar arah kiblat di sebuah ruangan serbaguna. Logo Kabah tersebut dipahat di atas tatakan kayu yang dibuat oleh Suku Taroko.
“Biasanya ini adalah musholla,” tunjuk Zheng.
Taroko Village memang telah mendeklarasikan ramah muslim sejak 15 tahun silam. Meskipun tidak ada peningkatan signifikan tapi Zheng berharap ada orang yang membantu promo sehingga lebih banyak muslim yang menikmati kehangatan Truku, nama asli daerah tersebut.
“Saya suka orang Indonesia karena mereka begitu hangat,” tandasnya.
Sementara, Pemerintah Taiwan sendiri telah memiliki program mengumpulkan semua pihak hotel untuk mengadakan meeting dan memberi arahan tentang pelatihan moslem friendly kepada Zheng dan beberapa hotel serta tempat wisata.
“Saya langsung mengajukan untuk pertama kali,” kata Zheng bersahabat.
Tidak hanya ramah muslim, Taroko Village turut menawarkan hamparan surga bagi penikmat alam bebas. Letaknya yang cukup jauh dari pusat kota, membuat Taroko menjadi pilihan premium tersendiri.
“Dalam satu tahun tiap harinya tidak selalu penuh karena saya memilih tamu yang benar-benar suka alam bebas,” demikian sambungnya.
Karena sebelum ke Taroko, wisatawan merasa wajib menyusuri Qingshui Cliff sepanjang 1 kilometer dan mengabadikan momen berlatar tebing-tebing megah, sungai yang berpendar kebiruan dan berburu keindahan Swallow Grotto Yanzikou (sarang walet).
Setelah puas, Taroko Village akan menyambut Anda dengan ramah.
“Biyaksu,” sapa gadis-gadis dan pemuda di Taroko Village.
Anda cukup menjawab Biyaku. Atau sebaliknya jika mereka menyapa Biyaku, Anda hanya menjawab Biyaksu. Dan kehangatan Taroko Village menjadi milik Anda.
Jika beruntung, ada pertunjukan welcome party dengan sajian tari dan permainan alat musik pukul bernama Muji. Penulis cukup beruntung bertemu tiga artis kenamaan Taiwan, Antony Kuo, Uyan Tien, dan Justin. Kebetulan mereka mengisi program reality show di tempat tersebut.
Zheng Ming Gang sebagai Kepala Adat memimpin prosesi pertunjukan. Sangat menghibur dan melebur. Hingga pertunjukan usai dan penulis mendapat kesempatan singkat untuk kembali berbincang.
Zheng berkisah tentang asal mula Taroko.
300 tahun lalu dari Kabupaten Nantau ada sebuah Suku Sedek dengan jumlah populasi tinggi sehingga mereka kekurangan bahan makanan.
Sekelompok Suku Sedek memutuskan untuk berjalan mencari pegunungan tinggi dan tempat datar yang bisa ditinggali dan menasbihkan sebagai Suku Sedek Timur di sebuah tempat bernama Truku.
“Awalnya tempat ini bernama Truku yang artinya indah. Taroko asalnya adalah orang Suku Sedek Timur,” urai Zheng.
Kisah heroik Suku Taroko juga tercatat dalam sejarah pada tahun 1890 silam saat Taiwan dijajah oleh Jepang.
Tahun 1895 Jepang datang dan menempati daerah Taroko. Namun nahas pada 1896 tiga tentara dari Jepang melecehkan perempuan dari suku ini.
“Di sini hanya ada 8 orang setelah pulang ia bunuh diri dan keluarganya tidak terima lalu datang ke Camp Jepang untuk membunuh belasan tentara sejak saat itu pertikaian itu terus berkelanjutan,” lanjutnya.
Pada tahun 1914 Gubernur Jepang datang dengan membawa prajurit 20.000 orang untuk menghancurkan Suku Taroko.
“Suku Taroko hanya memiliki 7000 orang penduduk, yang mampu perang hanya 4000 sisanya anak-anak, orang tua, dan perempuan,” kisah Zheng kepada TIMES Indonesia.
Setelah ditekan terus menerus, tiga belas tahun berikutnya ada sebuah peristiwa Munalota yaitu pemberontakan Suku Taroko yang dipimpin oleh Hang Nawi, salah satu ketua adat pada saat itu. Hingga kini tugu untuk mengingat Hang Nawi masih berdiri di perbatasan.
Saat ini Suku Taroko berjumlah 10.000 orang dan hidup di sekitar Taroko National Park. Meskipun Zheng bukanlah keturunan Suku Taroko, tapi ia dihormati sebagai ketua adat atas jasanya membantu penduduk terutama anak-anak Suku Taroko untuk menikmati pendidikan.
“Kurang lebih saat ini saya memiliki anak-anak asuh berjumlah 50 lebih,” pungkas Zheng.
Demikian sekilas kisah tentang Hualien yang sungguh menggoda. Jika Anda bosan menikmati suasana kota di Taipei, terbanglah sejenak menuju Taitung dengan menaiki pesawat domestik Uni Air. Kabupaten Taitung terletak di Taiwan Timur. Pada jaman dahulu, saat Orang Spanyol berdagang menuju Filipina mereka singgah di sebuah pulau kecil yang mereka sebut Ilhas Formosa atau pulau yang indah. Wisata pinggir pantai timur di Kabupaten Taitung ini menawarkan panorama terbuka. Seperti saat pertama kali datang ke Qingshui Cliff dan jatuh hati pada Taroko Village pada pandangan pertama. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Sholihin Nur |