Jalan Karet Surabaya, Suguhkan Arsitektur Pecinan yang Tak Lekang Zaman

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Menyusuri sepanjang Jalan Karet di Surabaya, masyarakat seakan menikmati suasana Tionghoa dengan berbagai langgam arsitektur pecinan.
Lokasi sejarah yang kini telah menjadi kawasan perdagangan ini memang kental gaya pecinan dan berbatasan langsung dengan Jalan Kembang Jepun di samping area tersebut.
Advertisement
Beberapa bangunan gaya pecinan menghiasi sepanjang Jalan Karet. Tampak mulai tata ruang, jalanan dan bangunan gedung mempunyai struktur kuat beraroma Negeri Tirai Bambu.
Menyusuri Jalan Karet, masyarakat masih bisa merasakan nuansa kawasan mewah warisan nenek moyang. Namun sayang, kini banyak yang tak berpenghuni atau berubah fungsi.
Jalanan juga terasa teduh dan tampak anggun. Warna-warna monokrom serta bergradasi menjadikan Jalan Karet berkesan artistik.
Bila menilik lebih jauh, arsitektur lanskap dan bangunan di Kota Surabaya adalah campuran antara pengaruh Kolonial Belanda, China, Jawa, sebagian modern dan post-modern.
Jalan Karet yang sudah sangat tua meninggalkan jejak pecinan bercampur Kolonial Belanda yang kuat. Surabaya sebagai salah satu kota tua di Indonesia dan Asia Tenggara, kebanyakan memiliki bangunan rumah toko berlantai dua. Rumah-rumah toko ini terinspirasi dari tradisi Eropa dan China Peranakan.
Di Jalan Karet terdapat tiga rumah abu keluarga Han, The, dan Tjoa yang kini menjadi rumah sembahyang para masyarakat Tionghoa sekaligus menjadi jujugan alternatif para wisatawan yang melintas di Jalan Karet.
Saat ini aroma pecinan masih membekas di area tersebut. Ciri khas bangunan China abad pertengahan membuat masyarakat seakan berjalan kembali lorong waktu era lampau.
Gaya lama tersebut masih bisa disaksikan dengan jelas di kawasan perdagangan kota lama. Seperti di Jalan Kembang Jepun, Jalan Gula, Jalan Slompretan, Jalan Rajawali dan Jalan Karet sendiri.
Sejak dahulu, Jalan Karet tekenal menjadi pusat perniagaan dan perdagangan masyarakat Tionghoa. Meski kini Jalan Karet mengalami banyak perubahan semisal beberapa bangunan yang beralih fungsi menjadi gudang dan bongkar muat, Jalan Karet Surabaya tetap tidak kehilangan jati dirinya sebagai saksi bisu tumbuh kembangnya peradaban Tionghoa di Kota Pahlawan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |
Sumber | : TIMES Surabaya |